Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 48 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dwi Setyorini
"Pandemi COVID-19 telah mengganggu banyak aspek kehidupan global. Tidak hanya memengaruhi perekonomian, penganggulangan pandemic untuk memperlambat laju penyebaran virus juga memberikan dampak bagi kondisi mental masyarakat. Studi ini ditujukan untuk melihat hubungan tingkat kebijakan pembatasan sosial, kehilangan pekerjaan, dan kehilangan pendapatan selama pandemic terhadap kesehatan mental individu. Penelitian ini menggunakan data nasional yang dikumpulan oleh CISDI melalui telepon survei. Sejumlah 1031 observasi, terdiri dari individu umur 15-65 tahun yang berpartisipasi di Angkatan kerja dan bekerja sebelum pandemi, digunakan dalam penelitian ini. Berdasarkan 5 indikator negative mental health impact, dari keseluruhan sampel, 42,93% merasa lebih takut, 47.72% merasa lebih cemas, 18,33% merasa lebih tidak berdaya, 39.67% mengalami peningkatan stress kerja, dan 46,36% mengalami peningkatan stress keuangan. Hasil dari regresi logistik biner yang dilakukan meunjukkan bahwa kehilangan pekerjaan dan kehilanagn pendapatan berkaitan dengan dampak kesehatan mental yang buruk. Sedangkan pembatasan sosial tidak berasosiasi secara kuat dengan dampak kesehatan mental yang buruk. Hasil ini berimplikasi bahwa efek ekonomi terbukti dirasakan oleh responden penelitian ini, tetapi efek isolasi sulit dibuktikan di sini. Keberadaan efek isolasi dapat dijelaskan dengan variabel lain, yaitu status bekerja dari rumah dan penurunan frekuensi bertemu langsung dengan teman/kolega/saudara.

The pandemic of COVID-19 has interrupted many aspects of life globally. Not only affecting the economy, the containment measures to slow down the spread of the virus has also impacting people’s mental well-being. This study aimed to assess the relation of social restriction policy level, job loss, and income loss during the COVID-19 pandemic to individual mental health. A national representative data collected by CISDI through a phone survey was used in this study. A total of 1031 observations aged 15-65 who participated in the labour force and worked prior to the pandemic were included in the study. Based on five negative mental health impact indicators, of all the sample, 42.39% felt more horrified, 47.72% felt more apprehensive, 18.33% felt more helpless, 39.67% increased stress from work, and 46.36% increased financial stress. The results from our binary logistic regression showed that job loss and income loss were attributed to negative mental health impacts. Meanwhile, the social restriction was not significantly associated with it. The findings imply that economic effect was evident in our sample, yet the isolation effect due to social restriction was barely proven here. Besides, the existence of isolation effects could be explained by WFH status and decreased meeting frequency with friends/colleagues/family.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2021
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pungky Widiaryanto
"Turisme alam di masa new normal, akibat pandemi Covid-19, akan menjadi sebuah tren. Sebagian besar lokasi wisata alam ini berada di taman nasional. Permasalahannya, penetapan taman nasional bukan seolah-olah hanya untuk destinasi wisata. Selain pariwisata, taman nasional juga berfungsi perlindungan keanekaragaman hayati, tempat tinggal masyarakat lokal, bahkan mempunyai nilai politis. Berkaca dari hal tersebut, tulisan ini mencoba membedah arti dan makna taman nasional bagi bangsa Indonesia dilihat dari beberapa sudut pandang. Penulisan artikel ini menggunakan pendekatan ekologi politik dengan mengulas beberapa pustaka tentang sejarah penetapan dan perkembangan taman nasional. Pandangan ekologi politik memungkinkan untuk mengkaji taman nasional dilihat dari aspek ekologi, sosial, ekonomi, dan politik. Berdasarkan hasil analisis, beberapa makna taman nasional: sebagai destinasi wisata, identitas nasional, kawasan konservasi, dan tempat tinggal suku adat. Perbedaan pandangan taman nasional tersebut justru dapat menjadi peluang taman nasional sebagai wujud nyata penerapan pembangunan berkelanjutan, khususnya melalui instrumen pariwisata berkelanjutan. Integrasi nilai-nilai tersebut juga memungkinkan taman nasional sebagai agen pembangunan berkelanjutan di lapangan. Di akhir, tulisan ini memaparkan rekomendasi beberapa program untuk mewujudkan konsep pariwisata berkelanjutan pada taman nasional dengan memperhatikan protokol tatanan baru atau new normal akibat pandemi Covid-19."
Jakarta: Kementerian PPN/Bappenas, 2020
330 BAP 3:2 (2020)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Meylani Yo
"Artikel ini menggambarkan kemampuan kelompok rentan perempuan Sumba dalam bertahan dan beradaptasi menghadapi pandemi Covid-19. Pengendalian pandemi menimbulkan masalah karena adanya berbagai perubahan seperti yang terjadi pada pola akses pelayanan kesehatan, cara berinteraksi dan berelasi sosial, pola kerja dan status hubungan kerja, penghayatan iman, serta sistem pendidikan sekolah. Untuk mengatasi dampak pengendalian pandemi mereka mengubah perilaku dan pola hidup seperti memanfaatkan mitra strategis dalam sosialisasi covid-19, berpartisipasi sebagai relawan sosialisasi, beralih profesi, dan membangun dukungan sosial antar sesama anggota komunitas. Penelitian ini menggunakan metode pendekatan kualitatif dengan teknik pengumpulan data melalui wawancara mendalam, diskusi kelompok terfokus secara daring, serta survei daring."
Jakarta: Yayasan Jurnal Perempuan, 2020
305 JP 25:4 (2020)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Rania Savira Attamimi
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran terkait peran self-compassion terhadap regulasi emosi pada dewasa muda dalam situasi pandemi Covid-19. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang melibatkan 138 partisipan dengan kriteria berusia 18-40 tahun dan berdomisili di Indonesia. Pengukuran regulasi emosi menggunakan alat ukur Emotion Regulation Questionnaire (ERQ) (Gross dan John, 2003) dan pengukuran self-compassion menggunakan alat ukur Self-Compassion Scale (Neff, 2003b). Hasil penelitian ini menunjukkan self-compassion secara umum ditemukan dapat memprediksi regulasi emosi secara signifikan (F(1,136) = 5.776, p < 0.05, R² = 0.041). Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi self-compassion yang dimiliki individu, akan semakin tinggi pula kemungkinan individu tersebut memiliki kemampuan regulasi emosi yang baik.

This study was conducted to describe the role of self-compassion on emotion regulation in young adults in the Covid-19 pandemic situation. This study is a quantitative study involving 138 participants with criteria aged 18-40 years and domiciled in Indonesia. The measurement of emotion regulation uses the Emotion Regulation Questionnaire (ERQ) (Gross and John, 2003) and self-compassion measurement using the Self-Compassion Scale (Neff, 2003b). The results of this study indicate that self-compassion is generally found to be able to significantly predict emotion regulation (F(1.136) = 5.776, p < 0.05, R² = 0.041). From these results, it can be concluded that the higher the individual's self-compassion, the higher the possibility that the individual has good emotional regulation abilities."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syifa Audrey Azzahra Febian
"This research aims to further discuss how the pandemic has changed intimate life (relationship). In this research, the researcher uses Social Penetration Theory, the concept of self-disclosure and digital media – dating apps. Using literature review, the researcher chose to have several journal articles that will be the foundation of this research. The result of this research shows that during the COVID-19 pandemic lockdowns, the ever growing technology and the Internet has become vital to all of us. The advancement of technology has blessed us with inventions such as dating apps, video conferencing apps, and streaming services that are used as tools to keep the intimacy alive during the pandemic. For future studies, it would be academically beneficial to consider reviewing the impact from media studies, interpersonal communication, and the role of social media.

Penelitian ini bertujuan untuk membahas bagaimana pandemi mengubah kehidupan intim (hubungan percintaan). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teori serta konsep berupa Teori Penetrasi Sosial, konsep self-disclosure dan media digital – aplikasi kencan online. Dengan menggunakan literature review, peneliti memilih beberapa artikel jurnal yang akan menjadi landasan penelitian ini. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa selama masa lockdown pandemi COVID-19, teknologi dan internet yang terus berkembang menjadi vital bagi kita semua. Kemajuan teknologi telah memfasilitasi kehidupan kita dengan penemuan-penemuan seperti aplikasi kencan, aplikasi konferensi video, dan layanan streaming yang digunakan sebagai alat untuk menjaga keintiman tetap terjaga selama masa pandemi. Rekomendasi dalam penelitian ini adalah untuk studi masa depan, akan lebih bermanfaat secara akademis untuk mempertimbangkan dan meninjau dampak dari studi media, komunikasi interpersonal, serta peran sosial media."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Risyad Prabowo
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana tingkat kesiapan menghadapi era industri 4.0 berkaitan dengan loyalitas kerja sebelum dan selama pandemi Covid-19 terjadi. Selain itu, penelitian ini juga akan menganalisis hubungan antara tingkat kecemasan dalam menghadapi pandemi Covid-19 dengan besarnya perubahan tingkat kesiapan menghadapi era industri 4.0 dan besarnya perubahan loyalitas kerja. Hal ini dibutuhkan perusahaan untuk mencari tenaga kerja yang tetap loyal kepada perusahaan di masa pandemi Covid-19. Karena variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel laten dan ingin melihat hubungan antar variabel laten, maka metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Partial Least Square (PLS). Data merupakan data primer yang dikumpulkan melalui penyebaran kuesioner kepada responden yang merupakan pekerja aktif yang bekerja di perusahaan-perusahaan di ibukota DKI Jakarta dengan menggunakan metode snowball sampling dan diperoleh sampel sebanyak 228 responden. Hasil yang diperoleh adalah terdapat hubungan positif antara tingkat kesiapan menghadapi era industri 4.0 dengan loyalitas baik sebelum maupun setelah pandemi Covid-19. Selain itu, kesimpulannya adalah terdapat hubungan negatif antara tingkat kecemasan terhadap pandemi Covid-19 dengan tingkat kesiapan menghadapi era industri 4.0. Demikian juga tingkat kecemasan menghadapi era industri 4.0 memiliki hubungan negatif dengan perubahan tingkat kesiapan menghadapi era industri 4.0 pekerja DKI Jakarta. Namun, tingkat kecemasan menghadapi era industri 4.0 memiliki hubungan positif dengan perubahan loyalitas pekerja DKI Jakarta.

This study aims to determine how the level of readiness to face the industrial era 4.0 relates to work loyalty before and during the Covid-19 pandemic. In addition, this study will also analyze the relationship between anxiety levels in the face of the Covid-19 pandemic with the magnitude of changes in the level of readiness to face the industrial era 4.0 and the magnitude of changes in work loyalty. This is needed by companies to seek workers who remain loyal to the company during the Covid-19 pandemic. Because the variables used in this study are latent variables and you want to see the relationship between latent variables, the method used in this study is the Partial Least Square (PLS) method. The data are primary data collected through distributing questionnaires to respondents who are active workers who work in companies in the capital DKI Jakarta using the snowball sampling method and obtained a sample of 228 respondents. The results obtained are that there is a positive relationship between the level of readiness to face the industrial era 4.0 and loyalty both before and after the Covid-19 pandemic. In addition, the conclusion is that there is a negative relationship between the level of anxiety about the Covid-19 pandemic and the level of readiness to face the industrial era 4.0. Likewise, the level of anxiety facing the industrial era 4.0 has a negative relationship with changes in the level of readiness to face the industrial era 4.0 of DKI Jakarta workers. However, the level of anxiety facing the industrial era 4.0 has a positive relationship with changes in the loyalty of DKI Jakarta workers."
Depok: Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dzulfikar Akbar Cordova
"Pandemi covid-19 tidak hanya berdampak pada kesehatan manusia tetapi juga ekonomi yang disebabkan oleh penerapan pembatasan sosial dan karantina wilayah oleh banyak negara di dunia. Penelitian ini berfokus kepada bagaimana pandemi berdampak kepada perempuan bekerja yang telah menikah dan memiliki anak terhadap persepsi mereka aspirasi karir, beban pekerjaaan, dan pembagian tugas dengan suami. Dalam penelitian ini, penulis menyimpulkan bahwa Terdapat tambahan beban pekerjaan yang harus ditanggung oleh ibu pekerja di masa pandemi, yang mana tambahan beban tersebut disebabkan oleh kewajiban untuk menemani dan membantu anak yang bersekolah dari rumah. Bantuan yang diberikan oleh suami untuk mengurus rumah tangga dan mengasuh anak tidak lebih baik jika dibandingkan bantuan yang diberikan oleh keluarga atau pengasuh anak/asisten rumah tangga. Mayoritas responden menyatakan tidak mempertimbangakan untuk menahan laju karir (downshifting) dengan cara mengurangi jam dan beban kerja dimana kelompok responden yang sudah bercerai, tidak mendapatkan bantuan dari keluarga, dan tidak dibantu oleh pengasuh anak/asisten rumah tangga memiliki kecenderungan dengan poin lebih tinggi. Besarnya pendapatan responden juga memengaruhi persepsi untuk menahan laju karir (downshifting). Dalam hal mempertimbangakan untuk berhenti bekerja, ketidaksetujuan yang lebih tinggi ditunjukkan oleh kelompok-kelompok ibu pekerja yang sudah bercerai. Besarnya pendapatan responden juga memengaruhi persepsi untuk berhenti bekerja.

Pandemic had impacted human health and the economy caused by many countries' implementation of social restrictions and regional quarantines. This study focuses on how the pandemic affects working women who are married and have children on their perceptions of career aspirations, workload, and the division of tasks with their husbands. In this study, the authors conclude that there is an additional workload that working mothers must bear during the pandemic, which is an additional burden caused by the obligation to accompany and help children for school from home. The assistance provided by the husband to take care of the household and the children are worse than the assistance provided by the family or the babysitter/household assistant. The majority of respondents stated that they did not consider downshifting by reducing their hours and workload, where the group of respondents who were divorced, did not get help from their families, and were not assisted by a babysitter/household assistant tended to have higher points. Respondent's income also affects the perception of downshifting. In terms of considering quitting work, higher disapproval shows by the groups of divorced working mothers. The size of the respondent's income also affects the perception of quitting work."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Shinta Theresia
"Swamedikasi merupakan upaya yang paling sering dilakukan masyarakat untuk mengatasi gejala penyakit sebelum memutuskan untuk mencari pertolongan dari pelayanan medis. Pandemi COVID-19 mengakibatkan perubahan perilaku swamedikasi di masyarakat. Apoteker komunitas, yang ditemui pasien saat melakukan swamedikasi, memiliki peranan penting untuk memastikan praktik swamedikasi tetap rasional. Keputusan apoteker melayani swamedikasi dapat dipengaruhi oleh persepsinya dari berbagai faktor. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis persepsi apoteker terhadap praktik swamedikasi selama pandemi COVID-19 berdasarkan Social Cognitive Theory. Penelitian ini merupakan penelitian cross sectional dengan sumber data primer menggunakan kuesioner secara daring. Kuesioner dikembangkan berdasarkan literatur dan diuji validitas serta reliabilitasnya sebelum disebarkan kepada responden. Pengumpulan responden dilakukan dengan metode convenience sampling melalui akun Sistem Informasi Apoteker (SIAp) yang dapat diakses oleh apoteker seluruh Indonesia. Setelah dilakukan skrining kriteria inklusi dan eksklusi, diperoleh 434 responden dari 30 provinsi di Indonesia . Responden penelitian didominasi oleh apoteker komunitas dengan jenis kelamin wanita, berusia 25-44 tahun, tidak melanjutkan pendidikan setelah Profesi Apoteker, memiliki status Apoteker Penanggungjawab Apotek (APA) dengan pengalaman praktik di apotek ≤5 tahun, dan telah memenuhi standar minimal pelayanan dengan durasi praktik 5-10 jam/hari. Hasil penelitian menunjukkan faktor kognitif, lingkungan, dan perilaku memiliki hubungan yang saling meningkatkan. Peningkatan faktor kognitif akan meningkatkan faktor lingkungan (r=0,367, p=0,000) dan perilaku (r=0,442, p=0,000). Peningkatan faktor lingkungan turut mengakibatkan peningkatan faktor perilaku (r=0,283, p=0,000). Peningkatan faktor kognitif mengakibatkan peningkatan ketidaksesuaian praktik (r=0,201, p=0,000), sedangkan peningkatan faktor lingkungan (r=0,052, p=0,284) dan perilaku (r=0,051, p=0,286) tidak berdampak signifikan terhadap ketidaksesuaian praktik.

Self-medication is the most frequently and widely used method by community to overcome the symptoms of the disease before deciding to seek help from the healthcare service. The COVID-19 pandemic has resulted in changes in self-medication behavior in community. The community pharmacist, whom patient met when taking self-medication, has an important role to ensure that the practice of self-medication remains rational. The pharmacist's decision to give self-medication can be influenced by their perception of various factors. This study aims to analyze pharmacists' perceptions of self-medication practices during the COVID-19 pandemic based on Social Cognitive Theory. This research is a cross sectional study with primary data sources using online questionnaires. The questionnaire was developed based on the literature and tested for validity and reliability before distributed to respondents. Respondents were collected by convenience sampling method through Sistem Informasi Apoteker (SIAp) account which could be accessed by pharmacists throughout Indonesia. After screening, 434 respondents were obtained from 30 provinces in Indonesia. Respondents were dominated by female and 25-44 years old community pharmacists who had a professional level of Pharmacist education, worked as Pharmacist In Charge of Pharmacy (APA) with experience in pharmacies for 5 years, and had met the minimum standard of service with a duration of practice 5-10 hours/day. The results showed that cognitive, environmental, and behavioral factors had a mutually enhancing relationship. An increase in cognitive factors increased environmental factors (r = 0.367, p = 0.000) and behaviorial factors (r = 0.442, p = 0.000). An increase in environmental factors also increased behavioral factors (r=0.283, p=0.000). The increase in cognitive factors also resulted in an increase in irrational self-medication practice (r=0.201, p=0.000), while an increase in environmental factors (r=0.052, p=0.284) and behavioral factors (r=0.051, p=0.286) had no significant impact on irrational self-medication practice."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Denisa Putri Ramadhanty
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh faktor spesifik-bank terhadap kinerja bank konvensional dan bank syariah di Indonesia pada saat pandemi Covid-19. Metode penelitian yang digunakan adalah regresi panel data dengan model estimasi fixed effect model atau ordinary least square (OLS). Faktor spesifik-bank yang digunakan dalam penelitian adalah diversifikasi pendapatan, kualitas aset, kapitalisasi, dan efisiensi operasional. Hasil penelitian menemukan bahwa faktor spesifik-bank secara signifikan mempengaruhi kinerja sektor perbankan. Diversifikasi pendapatan, kapitalisasi, kualitas aset, dan efisiensi operasional berpengaruh negatif dan signifikan terhadap bank konvensional. Di sisi lain, kualitas aset berpengaruh negatif dan efisiensi operasional berpengaruh positif terhadap kinerja bank syariah. Diversifikasi pendapatan hanya berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROE, namun tidak signifikan mempengaruhi ROA. Sementara, kapitalisasi tidak signifikan mempengaruhi kinerja bank syariah.

This study aims to examine the influence of bank-specific factors on the performance of conventional banks and Islamic banks in Indonesia during the Covid-19 pandemic. The research method used is panel data regression with a fixed effect model or ordinary least square (OLS) estimation model. The bank-specific factors used in the study are income diversification, asset quality, capitalization, and operational efficiency. The results of the study found that bank-specific factors significantly affect the performance of the banking sector. Income diversification, capitalization, asset quality, and operational efficiency have a negative and significant effect on conventional banks. On the other hand, asset quality has a negative effect and operational efficiency has a positive effect on the performance of Islamic banks. Income diversification only has a positive and significant effect on ROE, but does not significantly affect ROA. Meanwhile, capitalization does not significantly affect the performance of Islamic banks."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Afifa Annrust Fatina
"Diabetes melitus merupakan penyakit kronis yang ditandai dengan kenaikan glukosa darah dalam tubuh akibat gangguan insulin. Penderita diabetes melitus membutuhkan perawatan jangka panjang yang konsisten dan diikuti dengan ancaman komplikasi serius. Sehingga, penerimaan diri merupakan komponen penting yang penting. Penerimaan diri semakin dibutuhkan selama masa pandemi COVID-19.. Oleh karena itu, diperlukan tindakan yang ekstra bagi penderita diabetes melitus dalam melakukan upaya pencegahan COVID-19. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan penerimaan diri dan upaya pencegahan COVID-19 pada penderita diabetes melitus. Desain penelitian ini adalah cross sectional dengan besar sampel 107 penderita diabetes melitus di Jakarta Timur menggunakan concecutive sampling. Instrumen yang digunakan adalah Diabetes Acceptance Scale (DAS) dan instrumen terkait perilaku pencegahan COVID-19. Data akan dianalisa secara univariat dan bivariat menggunakan uji Fisher’s Exact Test. Penelitian ini menemukan bahwa tidak ada hubungan antara penerimaan diri dan upaya pencegahan COVID-19 pada penderita diabetes melitus dengan nilai P value 0.136 atau >0.05. Penelitian selanjutnya diharapkan menggunakan sampel yang lebih besar, serta pemberian edukasi kepada penderita diabetes melitus terkait dengan penerimaan diri dan upaya pencegahan COVID-19.

Diabetes mellitus is a chronic disease characterized by an increase in blood glucose in the body due to insulin disorders. Patients with diabetes mellitus require consistent long-term care and are followed by the threat of serious complications. So, self-acceptance is an important important component. Self-acceptance is increasingly needed during the COVID-19 pandemic. Therefore, extra measures are needed for people with diabetes mellitus in making efforts to prevent COVID-19. This study aims to determine the relationship between self-acceptance and efforts to prevent COVID-19 in people with diabetes mellitus. The design of this study was cross sectional with a sample size of 107 people with diabetes mellitus in East Jakarta using consecutive sampling. The instrument used is the Diabetes Acceptance Scale (DAS) and instruments related to COVID-19 prevention behavior. The data will be analyzed univariately and bivariately using the Fisher's Exact Test. This study found that there was no relationship between self-acceptance and efforts to prevent COVID-19 in people with diabetes mellitus with a P value of 0.136 or > 0.05. Future research is expected to use a larger sample, as well as provide education to people with diabetes mellitus related to self-acceptance and efforts to prevent COVID-19."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5   >>