Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 87 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rina Nourmasari
"Pada tahun 2013 akhir hingga awal 2014, Pemerintah Kota Bandung telah meresmikan 5 taman tematik, yakni Taman Jomblo, Taman Musik, Taman Fotografi, Taman Lansia, dan Taman Pustaka Bunga. Konsep yang berbeda membuat masing-masing taman memiliki temanya sendiri. Penamaan yang dipadupadankan dengan desain tempat membentuk identitas pada masing-masing taman. Penelitian ini akan menjabarkan bagaimana Pemerintah Kota Bandung mengemas taman sedemikian rupa sehingga tujuan dari pembuatan taman tematik ini bisa diterima oleh masyarakat. Lebih luas lagi, pembangunan taman tematik ini dapat mengubah persepsi masyarakat terhadap masing-masing taman. Oleh sebabnya, dalam penelitian ini akan digunakan konsep framing yang dapat membantu kita menganalisis identitas taman. Pada analisis ini akan dijabarkan tentang 3 hal yang berperan dalam framing taman tematik. Pertama, aspek pemerintah yang berperan dalam pembuatan taman, meliputi penamaan dan tujuan khusus. Kedua, proses pengemasan taman sehingga sesuai dengan namanya, meliputi karakteristik fisik taman. Ketiga, dampak framing taman tematik yang meliputi persepsi pengunjung terhadap taman. Hasil dari penelitian ini adalah kesesuaian antara framing pada taman tematik dengan penamaan dan persepsi pengunjungnya.

In the end of 2013 up to early 2014, Bandung Government has built 5 thematic parks there are Taman Jomblo, Taman Musik, Taman Fotografi, Taman Lansia, and Taman Pustaka Bunga. Difference concepts of parks create their own theme. Name and design are combined to make identity which has uniqueness each others. This research will describe how the Government creates framing to each thematic park so that the civilization can support this program. Moreover, this framing can be able to change perception of civil to look at the parks. This research will use framing concept to analyze identity of the parks which describe 3 elements to create framing of thematic parks. First, in the Government side, we can see the name and the aim of the parks. Second is framing process which consists of physical characteristic of parks. Third is the framing impact of thematic parks which have difference perception from the civilization. The result of this research is seen by describing the process of framing to each park which has strength to change perception of civilization to look at thematic parks.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
S57014
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"A field survey was conducted in November 2013 to inventory invansive plant species present along the corridor of Kawah Ijen Nature Tourism Park exploratively. Result showed that there were 11 plant species found abundantly along the corridor. Typical native species were dominated by Cyathea contaminans, Casuarina junghuhniana and Vaccinium varingiaefolium. Three species were determined as invasive alien species i.e. Chrommolaena odorata, Acacia decurrens and Blumea lacera whereas five species were determined as native species but potentil invaders i.e Rubus moluccanusm, melastoma malabatrichum, Polygonum barbatum, Debregesia longifolia and Pteridium aquilinum. In term of tourism particularly on nature-based destinations enable moving in and out of invansive alien species due to opening the access of some natural protected areas. The environmental impact of an alien species whether it becomes invasive at its destination depends on its biological key point, what ecological role the species may play, and on additional factors such as its tolerance of the gross features of the environment in the new range."
JITUB 2:1 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Shilla Fathi Anjadini
"Di zaman modern ini, taman hiburan tampaknya menjadi daya tarik umum yang paling banyak dikunjungi di seluruh dunia. Dibalik dekorasi dan semua wahana yang ada, mereka tidak hanya ditujukan untuk anak-anak. Pertunjukan, wahana menegangkan, dan atraksi-atraksinya juga dibuat untuk pengunjung dari segala usia. Taman adalah bagian dari ruang terbuka hijau, yang berfungsi untuk memfasilitasi masyarakat dalam segi ekologis, estetis, dan sosial. Taman terdiri dari koleksi kebun, yang diatur sedemikian rupa untuk memenuhi fungsi tersebut untuk semua pengunjung. Namun demikian, berbagai taman menunjukkan bahwa ada berbagai jenis taman berdasarkan tipologi, fungsi, atau bahkan desainnya. Taman bermain, di sisi lain, adalah ruang yang dimanipulasi dan dirancang dengan satu ide besar dengan tujuan untuk memanjakan para pengunjungnya dengan kegiatan dan tempat-tempat rekreasi. Desain taman hiburan terdiri dari gabungan beberapa sub-tema, tetapi tidak seperti taman, fungsinya berfokus pada menghibur pengunjung dan memberi mereka pengalaman daripada fungsi ekologis. Bagaimanapun, dari pelajaran yang diperoleh dari teori dan analisis, kesimpulan dapat ditarik bahwa taman hiburan masih merupakan keluarga taman berdasarkan kesamaan yang ditemukan dalam karakteristik, fungsi, dan desain mereka.

In these modern days, theme parks seem to be the most visited public attraction around the world. Despite the decorations and all the rides, they are not just intended for kids. The shows, thrill rides, and attractions are also made for visitors of all ages. However, with in addition to its name, theme parks seem to relate a lot to park in general. Park is a part of green open space, which functions are to facilitate communities in an ecological, aesthetical, and social ways. Parks consist of collections of gardens, which are organized in such a way to fulfill those function for all their visitors. The variety of parks, however, show that there are different types of park based on its typology, function, or even design. Theme park, on the other hand, is a manipulated space designed with a unifying idea with a purpose to pamper its visitants with leisure activities and venues. Theme parks design consist of collections of sub themes, but unlike park, its function focuses on entertaining its visitors and giving them the experience of their lives rather than the ecological function. Nevertheless, from lessons obtained from the theories and the analysis, a conclusion was drawn that theme park is still a family of park based on the similarities found in their characteristics, functions, and designs.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Iqbal
"Taman merupakan sebuah tempat yang secara umum dikenal sebagai tempat tujuan berekreasi. Taman juga merupakan bagian dari Ruang Terbuka Hijau RTH, dengan kedudukan RTH sebagai sebuah infrastruktur yang penting kehadirannya bagi suatu kota. RTH membagi taman ke dalam dua kategori: taman lingkungan dan taman kota. Keduanya memiliki peran yang penting bagi keberlangsungan kehidupan urban masyarakatnya. Secara wujud fisik dan elemen-elemennya, taman kota dapat menjadi sederhana atau pun kompleks, karena untuk menjadi taman kota yang berfungsi dan digunakan dengan baik oleh masyarakatnya, hal yang penting adalah penempatan taman pada lokasi yang strategis dan kontekstual.Taman kota terdiri dari taman-taman gardens, dan menjalankan berbagai fungsi yang dibutuhkan oleh lingkungan atau kota dimana ia dibangun. Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah untuk mendefinisikan kembali pengertian akan taman kota masa kini, berdasarkan pengetahuan yang sudah ada dan meninjau berbagai aspek pada studi kasus Taman Kencana dan Taman Sempur sebagai taman kota di Kota Bogor.

Park as a place is generally known as a place for recreation. Park is also a part of public open space Ruang Terbuka Hijau RTH, noted that the RTH itself is a prominent component of a city. RTH divides park into two categories neighborhood park and urban park. Either neighborhood park or urban park have a significant role for urban life of the society in the city. In its physical form and elements, urban park may either be simple or complex, considering that to be a functioning park and used well by its society, the most important thing of a successful park is its strategic location and contextual value.Urban park is consisted of gardens, and performs numbers of functions that are needed by the neighborhood or city where it is built. The purpose of this study is to redefining the definition of urban park in present time based on the existing knowledge theories by observing some aspects of urban parks on the case studies mdash Taman Kencana and Taman Sempur mdash as urban parks in the city of Bogor.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Afni Anisah
"Ruang Terbuka Hijau (RTH) merupakan salah satu wujud dari pembangunan berkelanjutan suatu kota dalam memperbaiki kualitas ekosistem lingkungan perkotaan serta pemenuhan ruang sosial bagi masyarakat kota. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta telah mengupayakan revitalisasi berbagai RTH taman kota salah satunya taman kota Tebet Eco Park. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kualitas RTH taman kota Tebet Eco Park di Kota Jakarta Selatan berdasarkan persepsi pengguna. Konsep yang digunakan pada penelitian ini adalah kualitas ruang terbuka hijau oleh Project for Public Space (2022) yang terdiri atas empat dimensi yakni Access & Linkages, Comfort & Image, Used & Activities, dan Sociability. Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data mixed method dengan survei kuesioner berhasil menjaring 138 orang responden, wawancara mendalam pada 9 orang narasumber, studi kepustakaan, dan observasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat kualitas RTH Taman kota Tebet Eco Park berdasarkan persepsi pengguna telah tinggi. Hal ini dibuktikan dengan persentasenya yakni 87,7% atau 121 orang responden merasa bahwa tingkat kualitas taman kota Tebet Eco Park sudah tinggi. Dimensi Comfort & Image (kenyamanan & Citra) memiliki penilaian tertinggi (94,2%). Kemudian dari 21 indikator kualitas yang digunakan hanya 1 yang memiliki nilai rendah yakni pada ketersediaan lahan parkir kendaraan pribadi (42.8% atau 59 orang). Kendati demikian, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta masih perlu meningkatkan kualitas taman dalam beberapa hal yakni ketersediaan lahan parkir kendaraan pribadi, wadah bagi UMKM dan kebutuhan makan minum pengguna, keterhubungan dengan transportasi publik, serta kondisi kebersihan/kealamian sungai. Adapun rekomendasi utama yang peneliti berikan kepada Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sebagai aktor kunci adalah mengoptimalkan peran Dinas Perhubungan untuk meningkatkan integrasi moda transportasi publik menuju taman serta melakukan kolaborasi dengan stakeholder/warga sekitar dalam menyediakan lahan parkir yang lebih memadai.

Green Open Space (GOS) is a manifestation of the sustainable development of a city in improving the quality of urban environmental ecosystems and fulfilling social space for urban communities. The Provincial Government of DKI Jakarta has made efforts to revitalize various GOS city parks, one of which is the Tebet Eco Park city park. This study aims to analyze the quality of green open space in the Tebet Eco Park city park in South Jakarta City based on user perceptions. The concept used in this study is the quality of green open space by the Project for Public Space (2022) which consists of four dimensions namely Access & Linkages, Comfort & Image, Used & Activities, and Sociability. This study used a mixed method data collection technique with a questionnaire survey that managed to capture 138 respondents, in-depth interviews with 9 informants, literature study, and observation. The results of this study indicate that the quality level of the Tebet Eco Park urban green space based on user perceptions is high. This is evidenced by the proportion, namely 87.7% or 121 respondents felt that the quality level of the Tebet Eco Park city park was already high. The Comfort & Image dimension has the highest rating (94.2%). Then of the 21 quality indicators used, only 1 had a low score, namely the availability of private vehicle parking (42.8% or 59 people). Nevertheless, the Provincial Government of DKI Jakarta still needs to improve the quality of the park in a number of ways, namely the availability of parking lots for private vehicles, containers for MSMEs and users' food and drink needs, connectivity with public transportation, and the condition of cleanliness/naturalness of the river. The main recommendation that the researchers gave to the Provincial Government of DKI Jakarta as a key actor is optimizing the role of the Department of Transportation to improve the integration of modes of transportation to public parks and to collaborate with stakeholders/local residents in providing more adequate parking space."
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rutledge, Albert J.
New York: John Wiley & Sons, 1985
712.2 RUT v
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Castells, Manuel
London: Routledge, 1994
607.2 CAS t (1);607.2 CAS t (2);607.2 CAS t (2);607.2 CAS t (2);607.2 CAS t (2)
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Suharso A.S.P.
Yogyakarta: Kanisius , 1995
712.5 SUH t (1)
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Isa Ihyaroza
"Taman kota adalah taman yang berada di lingkungan perkotaan dalam skala yang luas dan dapat mengantisipasi dampak yang ditimbulkan oleh perkembangan kota dan dapat dinikmati oleh seluruh warga kota. Fasilitas yang berada di taman dapat mempengaruhi pola kegiatan yang dilakukan oleh pengunjung. Dalam pemanfaatannya, pihak pengelola taman mempunyai rencana pemanfaatan akan fasilitas-fasilitas yang ada di taman. Taman Sepat merupakan taman kota yang dikelilingi oleh permukiman penduduk sehingga mayoritas pengunjung merupakan warga sekitar. Fasilitas yang berada di taman ini mendukung aktivitas untuk refreshing dan berolahraga. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa pola kegiatan pengunjung Taman Sepat berdasarkan rencana pemanfaatan yang disusun oleh pengelola taman. Penelitian ini menggunakan pendeketan kuantitatif dan menggunakan metode observasi dan wawancara untuk mengumpulkan data yang diperlukan. Penelitian memakai dua jenis analisis data yaitu analisis kuantitatif deskriptif dan analisis keruangan. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa aktivitas active angagement cenderung dilakukan pada tempat yang luas dan juga yang sudah difasilitasi oleh pihak pengelola. Aktivitas active engagement paling banyak dilakukan pada pagi hari dan weekend. Aktivitas passive engagement dilakukan pada tempat duduk yang tersedia di taman untuk melakukan aktivitas ini. Aktivitas passive angagement dilakukan terutama pada sore hari. Ketika seluruh tempat duduk terpakai oleh pengunjung yang akan duduk pada ruang terbuka. Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa semua ruang kegiatan dimanfaatkan sesuai dengan rencana pemanfaatannya.  Pengecualian dapat terjadi apa bila semua tempat telah digunakan.  Hal ini mendorong pengunjung untuk memanfaatkan ruang-ruang kosong walaupun tidak sesuai dengan rencana pemanfaatan yang telah ditetapkan Hal ini terjadi terutama untuk aktivitas active.

The city park is a park located in the urban environment on a large scale and can anticipate the impacts caused by urban development, enjoyed by all city residents. Facilities in the park can influence the activity patterns of visitors. In its utilization, the park management has a utilization plan for the existing facilities. Taman Sepat is an urban park surrounded by residential areas, so the majority of visitors are local residents. The facilities in this park support activities for refreshment and exercise. This study aims to analyze the activity patterns of Taman Sepat visitors based on the utilization plan prepared by the park management. The research uses a quantitative approach and employs observation and interviews to collect the necessary data. The study uses two types of data analysis, namely descriptive quantitative analysis and spatial analysis. The results of this study show that active engagement activities tend to be carried out in spacious areas and those already facilitated by the park management. Most active engagement activities are conducted in the morning and on weekends. Passive engagement activities are carried out in the available seating areas in the park. Passive engagement activities are mainly carried out in the afternoon when all the seats are occupied by visitors who want to sit in open spaces. The conclusion of this study indicates that all activity spaces are utilized according to their utilization plan. Exceptions may occur when all spaces are already in use, encouraging visitors to use empty spaces even if it does not align with the established utilization plan, especially for active activities."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ernita Sari
"Vegetasi mempunyai beberapa syarat tumbuh yang harus dipenuhi untuk dapat
hidup dengan optimal Faktor-faktor yang memungkinkan keberadaan suatu
vegetasi di suatu wilayah adalah faktor edafis, fisiografis, klimatis dan biotis
(Polunin, 1990).
Perubahan vegetasi sejalan dengan pertambahan ketinggian dari permukaan
laut (elevasi), namun masih banyak faktor-faktor iklim yang penting dalam
lingkungan pegunungan, terrnasuk jumlah dan penyebaran curah hujan, cahaya
dan singkapanlexposure lereng (Loveless, 1989).
Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango sebagal wilayah penelitian
tergolong sebagal Hutan Hujan Tropis Pegunungan (Loveless, 1989), yang
memungkinkan terdapatnya variasi vegetasi hutan dalam zona sub montana,
montana maupun sub alpin (Novinita, 1992).
Permasalahan yang ingin diutarakan adalah bagaimana penyebaran vegetasi di
Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango, sehubungan dengan kondisi
ketinggian, curah hujan serta penyinaran matahari pada musim hujan dan
kernarau. Satuan analisis yang akan dipergunakan adalah lereng.
Yang dimaksud dengan vegetasi adalah tumbuhan yang belum mendapat
pengaruh, campur tangan, serta rekayasa manusia. Vegetasi yang akan diamati
diklasiflkasikan mengacu pada Dansereau (1957) dalam Cohn (1969), dan
Yamada 0977 yang kemudian diolah, yaitu : Vegetasi Al, lapisan pertama,
tinggi Iebihlsama dengan 25 m, batang kayu keras, Vegetasi AZ lapisan
kedua, tinggi kurang dari 25 m, pohon, batang kayu keras, tidak termasuk
conifer, Vegetasi B, lapisan kedua, tinggi kurang dari 25 m, batang kayu keras,
daun jarum/conifer, Vegetasi C, lapisan bawah, tinggi kurang dari 6 m, batang
keras atau lunak, (semak herba, perdu, pakis, palma, bambu), Vegetasi D,
lapisan bawah, tinggi kurang dari 6 m, menumpang pada tumbuhan lain (paku,
epifit, liana), Vegetasi E, lapisan bawah, tinggi kurang dari I m, (rumputrumputan,
alang-alang), Vegetasi F, lapisan bawah, tinggi kurang dari 0,1 m,
(lumut, jamur). Vaniabel yang akan dilihat adalah ketinggian dan faktor klimatis, yaitu curah
hujan serta penyinanan matahani pada musim hujan dan musim kemarau.
Penyinaran matahani yang akan dilihat adalah rata-rata lama penyinaran
matahari dalam 1 bulan. 100% berarti rata-rata tiap hari 8 jam.
Untuk menjawab permasalahan pada penehitian mi dilakukan penampalan peta,
dengan mengacu pada data-data yang diperoleh dari Badan Meteorologi dan
Geofisika, Departemen Perhubungan, Direktorat Jenderal PHPA Taman
Ui Nasional Gunung Gede-Pangrango, beberapa eneI itian -te dahu lu, serta
diperkuat meIaui survey lapangan dengan metode sampel yang mewakUi setiap
lereng. Hasil analisa akan disajikan secara diskriptif dengan bantuan peta, tabel
serta diagram.
Hasil yang diperoleh dari penelitian mi dapat diringkas menjadi:
- Setiap vegetasi mempunyai region tersendini untuk ditempat, dan
didominasi. Khusus vegetasi Al clan A2 mempunyai kesamaan, tenluas pada
region ketinggian, curah hujan clan lama penyinaran matahari pada kedua
musim yang sama, di setiap lereng.
- Setiap vegetasi tidak selalu menempati dan mendominasi region setiap
variabel yang sama pada lereng yang berbeda.
- Keanekaragaman vegetasi adalah sebagal benikut:
- Keanekaragaman vegetasi maksimal
lereng utara,
pada region montana (meliputi ketinggian 2.000 - 2.400 rn), yaitu vegetasi
Al, A2, C, D, E, F, dengan curah hujan sedang pada kedua musim, serta
lama penyinaran matahani sedang clan tinggi pada kedua musim.
lereng timur,
pada region montana (meliputi ketinggian 1.700 - 1.800 rn), yaltu vegetasi
Al, A2, B, C, D, E, F, dengan curah hujan tinggi pada musim hujan, curah
hujan sedang clan tinggi pada musim kemarau, serta lama penyinaran
matahari rendah clan sedang pada musim hujan, Oan lama penyinaran
matahari sedang pada musim kemarau.
lereng s&atan,
pada region sub montana (meliputi ketinggian 1.000 - 1.100 m), dan region
montana (meliputi ketinggian 2.100 - 2.400 rn), yaitu vegetasi Al, A2, B, C,
D, E, F, dengan curah hujan sedang clan tinggi pada musim hujan, curah
hujan rendah clan tinggi pada musim kemarau, serta lama penyinaran
matahani rendah clan sedang pada musim hujan, lama penyinaran matahari
sedang clan tinggi pada musim kemarau.
lereng barat,
pada region montana (meliputi ketinggian 2.100 - 2.400 m), yaltu vegetasi
Al, A2, B, C, D, E, F, dengan curah hujan sedang pada musim hujan clan
curah hujan rendah clan sedang pada musim kemarau, serta lama
penyinaran matahari rendah clan sedang pada kedua musim.
- Keanekaragaman vegetasi minimal:
lereng utara,
pada region sub alpin (meliputi ketinggian 2.800 - 3.019 m), yaitu vegetasi
C, E, F, dengan curah hujan sedang clan tinggi pada musim hujan, curah
hujan rendah, sedang clan tinggi pada musim kemarau, serta lama
penyinaran matahari rendah padá kedua musim.
lereng timur,
pada region montana (meliputi ketinggian 1.500 - 1.700 m), yaitu vegetasi
A2, B, dengan curah hujan sedang clan tinggi pada kedua musim, serta lama penyinaran matahari rendah clan sedang pada musim hujan, lama
penyinaran matahari sedang pada musim kemarau.
lereng selatan,
pada region sub alpin (meliputi ketinggian 3.000 - 3.019 m), yaitu vegetasi
C, E, F, dengan curah hujan sedang clan tinggi pada musim hujan, curah
hujan rendah dan tinggi pada musim kemarau, serta lama penyinaran
matahari rendah pada kedua musim.
lereng barat,
pada region sub alpin (meliputi ketinggian 2.800 - 3.019 m), yaitu vegetasi
C, E, F, dengan curah hujan sedang pada musim hujan, curah hujan rendah
dan sedang pada musim kemarau, serta lama penyinaran matahari rendah
pada kedua musim."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1997
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9   >>