Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 39 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mulyanah Abdulhaq
"Salah satu indikator puskesmas yang bermutu adalah apabila puskesmas dapat memberikan kepuasan kepada pasienya. Kepuasan pasien di puskesmas, khususnya di Poli KIA di Indonesia pada umumnya masih rendah, sehingga perlu ditingkatkan. Survei pendahuluan di Poll KIA Puskesmas Kecamatan Cilandak, Jakarta Selatan, diketahui sebesar 27,5% pasien menyatakan tidak puas terhadap pelayanan Poll KIA.
Tujuan penelitian ini adalah diperolehnya pengaruh pemaparan hasiI survei dalam peningkatan kepuasan pasien di Poli KIA Puskesmas Kecamatan Cilandak, Jakarta Selatan. Jenis penelitian ini adalah kuasi eksperimen, dengan model kuasi eksperimen ulang non random, yang menggunakan tempat penelitian di Poli KIA Puskesmas Kecamatan Cilandak, Jakarta Selatan sebagai eksperimen, dan Poli KIA Puskesmas Kecamatan Mampang Prapatan, Jakarta Selatan sebagai kontrol.
Penelitian ini menganalisis kepuasan pasien berdasarkan tingkat kesesuaian antara harapan dan pelaksanaan pelayanan yang diterima pasien, berdasarkan dimensi tangible, reliability, responsiveness, assurance, dan emphaty. Kepuasan pasien terwujud apabila tingkat pelaksanaan pelayanan yang diterima pasien minimal sama dengan tingkat harapan pasien. Selanjutnya dianalisis dengan menggunakan diagram kartesius atau importance and performance analysis.
Penelitian ini berlangsung dari tanggal 12 Februari sampai dengan tanggal 20 Juni 2002. Data diperoleh melalui kuesioner terstruktur dari pasien sebanyak 480 orang, yang terbagi dari dua puskesmas, masing-masing puskesmas dilakukan dua kali survei (pre dan post). Informasi dari kepala puskesmas, penanggung jawab Poli KIA dan staf Poli KIA diperoleh melalui wawancara mendalam tak terstruktur dan diskusi. Untuk melihat fenomena perubahan lingkungan yang terjadi dilakukan observasi. Hasil survei kepuasan pasien awal diumpanbalikan ke Puskesmas Kecamatan Cilandak, Jakarta Selatan melalui forum pertemuan resmi, sebagai bentuk intervensi dalam penelitian ini. Kepada Puskesmas Kecamatan Mampang, Jakarta Selatan, umpan balik disampaikan melalui laporan tertulis. Sekitar dua bulan kemudian dilakukan survei kembali untuk melihat pengaruh pamaparan tersebut. Data yang terkumpul diolah secara statistik dengan menggunakan perangkat komputer.
Hasil penelitian pada survei kepuasan pasien awal di Poli KIA Puskesmas Kecamatan Cilandak, Jakarta Selatan, diperoleh tujuh unsur yang tidak memuaskan pasien, sedangkan pada survei kepuasan pasien akhir hanya satu unsur yang tidak memuaskan pasien, yaitu kebersihan WC. Pada survei kepuasan pasien awal di Poli KIA Puskesmas Kecamatan Mampang Prapatan, Jakarta Selatan, terdapat 6 unsur yang tidak memuaskan pasien, dan pada survei kepuasan pasien akhir diketahui 5 unsur yang tidak memuaskan pasien.
Hasil lainnya, menunjukkan adanya perbedaan proporsi kepuasan pasien yang bermakna antara proporsi kepuasan pasien sebelum dan sesudah pemaparan hasil survei kepuasan pasien di Poli KIA Puskesmas Kecamatan Cilandak, Jakarta Selatan, dengan p = 0,023, OR = 2,390 (CI: 1,166 - 4,898), dan terdapat perbedaan proporsi kepuasan pasien yang bermakna antara kepuasan pasien survei akhir di Poli KIA Puskesmas Kecamatan Cilandak, Jakarta Selatan dengan kepuasan pasien survei akhir di Poli KIA Puskesmas Kecamatan Mampang Prapatan, Jakarta Selatan, dengan p = 0,016, OR 2,505 (CI: 1,226 - 5,118).
Dari hasil penelitian ini disarankan agar dilaksanakan peningkatan kebersihan WC dengan cara optimalisasi tenaga cleaning service dalam mengontrol dan membersihkan WC, penggunaan WC terintegrasi antara petugas dan pasien, penempelan slogan kesebersihan WC, penyediaan sarana tempat sampah di sekitar WC. Pemantauan kepuasan dilanjutkan secara berkesinambungan dan diuji terapkan ke unit lain di lingkungan puskesmas, hasil pemantauan dipaparkan kepada seluruh staf puskesmas, Bagi Suku Dsinas Kesehatan Jakarta Selatan, dapat mereplikasikan survei kepuasan pasien ke puskesmas lainnya di wilayah Jakarta Selatan, dan hasil survei kepuasan pasien dipaparkan kepada pihak terkait. Daftar bacaan: 45 (1984 - 2001).

Influence of survey result exposure in enhanging patient satisfaction at mother and child health (KIA) policlinic in Cilandak sub-district community health center (puskesmas), South Jakarta, year 2002.One of the qualified community health center (puskesmas) indications is when the clinic can afford to provide patients satisfaction. As the patients satisfaction in the clinic especially at KIA policlinic, all over Indonesia is generally still low, there must be any increase in service. The preliminary survey at KIA polyclinic in community health center Cilandak, South Jakarta, found up to 27,5 % patients stated dissatisfied with the service.
The aim of this research was to produce the influence of survey result explanation for the patients satisfaction at KIA polyclinic in community health center Cilandak, South Jakarta. This kind of research was non-random quasi experiment modeld, located at KIA polyclinic in community health center Cilandak, as the experiment, and in community health center Mampang Prapatan, South Jakarta as the control.
This research analyzed the patients satisfaction based on appropriateness level between the expectation and the service performance among it's five dimentions the: tangible, reliability, responsiveness, assurance and emphaty. The satisfaction was fulfilled if the minimal gain of the service implementation level equals to the expected. Then, the cartesius depicted or importance and performance analysis.
The research was conducted from February 12th up to June 20th, 2002. Data were collected from the structured questionnaire given to 480 patients in two local government clinics with in two periods of surveys (pre and post). The information from the clinic head and the responsible person from KIA polyclinic through indepht
interview were not in structure and the observation was done- to see the" on going environment chanbe phenomena. The first survey to the patients satisfaction was the feedback for community health center Cilandak, mainly the KIA polyclinic officers and head in formal meeting forum as the intervention. To see the influence of the exposure, the re-survey was held about two months later.
From the initial research in community health center Cilandak, seven elements were dissatisfying the patients, meanwhile only one was found in the final namely the cleanliness of water closet. In community health center Mampang Prapatan, there were six elements in the beginning and five in the end. Another result indicated that there was statistically satisficated difference between patients satisfaction before and after the intervention = 0,023, OR = 2,390 (CI:1,166 - 4,898)}. Similar to the result mentioned above there was also statically satisficated difference between the final survey at KIA polyclinic in community health center Cilandak and community health center Mampang Prapatan = 0,016, OR = 2,505 (CI:1,226 -- 5,118)1.
By this research, the implementation water closet cleanliness is suggested to be improved by means of optimizing the cleaning service men in order to control and clean it, integration between officers and patients in using the water closet, attachment of water closet slogan, provision of means of trash can around it. The satisfaction controlling was continuous and implemented to other units in the clinic environment, and its result was explained to the staff for the health service in community health center Cilandak, South Jakarta. For Suku Dinas Kesehatan Masyarakat, South Jakarta, it is suggested to replicate the patients stisfaction survey and the following intervention to other community health centers in South Jakarta.
References: 45 (1984 -- 2001).
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2002
T449
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rusbi Azhar
"Belum adanya gambaran kepuasan klien merupakan masalah di Poliklinik Penyakit Dalam lnstalasi Rawat Jalan RSMH Palembang. Kepuasan klien yang rendah akan berdampak kunjungan pasien pada rumah sakit, sehingga pada akhirnya akan menurunkan pendapatan rumah sakit.
Studi ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang kepuasan klien dan Faktor yang diduga herhubungan dengan kepuasan klien yaitu interaksi perawat-klien dan karakteristik klien. Penelitian ini dilakukan di Poliklinik Penyakit Dalam Instalasi Rawat Jalan RSMH Palembang dari tanggal 12 Maret sampai 17 Maret 2001 dengan pendekatan kuantitatif, crossc sectional pada 114 klien rawat jalan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kepuasan klien sebesar 55,3 % yang merupakan gambaran komposit dari respon perawat, kecepatan pelayanan, keramahan dan kejelasan informasi yang dilakukan oleh perawat. interaksi perawat-klien dicerminkan dengan 4 komponen yaitu perilaku, tampilan emosional, waktu dan tahapan interaksi. Keempat komponen ini seluruhnya berhubungan dengan kepuasan klien dan salah satu diantaranya yaitu perilaku merupakan faktor yang paling dominan.
Dengan hasil penelitian ini disarankan kepada Kepala lnstalasi Rawat Jalan untuk lebih meningkatkan layanan kepada masyarakat melalui petugas kesehatan untuk dapat memperhatikan klien yang mempunyai harapan yang tinggi terhadap perilaku perawat dan cenderung tidak puas terhadap layanan perawat. Perlu penelitian lebih lanjut tentang kepuasan ini terutama menyangkut tentang kepuasan klien diruang-ruang rawat inap dan kualitas pelayanan keperawatan di Instalasi Rawat Jalan."
Universitas Indonesia, 2001
T568
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agustin Darwis
"Dalam menghadapi era globalisasi dan kompetisi yang ketat rumah sakit harus menyusun strategi yang tepat untuk dapat mengembangkan diri dan menjaga citra rumah sakit, masyarakat menuntut pelayanan yang lebih baik dan bermutu . Salah satu indikator untuk mengukur mutu pelayanan kesehatan adalah dengan kepuasan pasien.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran tingkat kepuasan pasien rawat inap di rumah sakit bersalin Lenggogeni Padang. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Data primer didapat melalui pengisian kuesioner oleh pasien. Analisa statistik yang dipakai adalah uji chi-square untuk melihat hubungan kepuasan pasien dengan faktor-faktor yang diteliti dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan grafik serta tabel uji silang.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa keseluruhan tingkat kepuasan pasien baik, kecuali pada faktor lingkungan yang didapatkan perbedaan yang bermakna. Berdasarkan penelitian ini disarankan perlunya melakukan pengukuran tingkat kepuasan pasien rawat inap di RSB.Lenggogeni Padang secara berkesinambungan.

The Study on patient Satisfaction with Hospital Services at Lenggogeni Maternity Hospital, Year Padang 2001In the presence of globalization and tight competition, hospitals need to establish a meticulous strategy in developing itself and safeguard the image of good hospital, because more and more people will demand a better and more qualified service. One of the indicators in measuring the quality of health service is the satisfaction of its patients.
This study aims at obtaining the degree of inpatient satisfaction at Lenggogeni Maternity Hospital in Padang, carried out quantitatively with cross-sectional approach. Primary data was collected using the completion of questionnaire by patients. Chi-square analysis was applied to evaluate the relationship between satisfaction factor with researched variables, and the result was presented in frequency distribution tables and cross-analysis tables.
The result showed that in general the satisfactory rate was good, except in the environmental factor which significantly different from other factors in generating the overall satisfaction outcome. We suggest that the service in this area to be improved and further study on the same factors be carried out regularly.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2001
T1388
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Peter Andreas
"Penyakit gigi dan mulut termasuk dalam 10 peringkat penyakit terbanyak yang diderita masyarakat. Karies gigi merupakan penyakit gigi yang banyak dijumpai pada masyarakat di Indonesia dengan prevalensi dan derajat keparahan yang cukup tinggi.
Penyakit karies gigi, kelainan periodontal, dan gangguan traumatik yang kronis dapat menyebabkan kelainan pada pulpa gigi yang akhirnya memerlukan perawatan endodontik. Salah satu jenis perawatan endodontik adalah perawatan saluran akar yaitu perawatan gigi dengan cara pengangkatan seluruh jaringan pulpa gigi. Di dalam perawatan saluran akar terutama pada perawatan endodontik konvensional diperlukan waktu kunjungan yang berulangkali yaitu antara 3 - 4 kali. Ketidakpatuhan dalam menjalani perawatan saluran akar dapat menyebabkan kegagalan perawatan yang berakibat perawatan harus diulang kembali. Hal ini berarti menambah biaya dan waktu.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku kepatuhan pasien dalam perawatan saluran akar yang datang ke Poliklinik Konservasi Gigi FKGUI Jakarta dari bulan September 1997 sampai dengan bulan Agustus 1998. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari 1999. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan mengambil seluruh pasien yang datang yaitu sebanyak 131 orang. Dari seluruh populasi hanya 117 orang saja yang dapat diteliti. Perilaku kepatuhan dibagi dalam dua kategori yaitu patuh dan tidak patuh dilihat dari penyelesaian perawatan dan jadwal serta jumlah kunjungan yang telah dianjurkan oleh dokter giginya.
Hasil analisis univariat menunjukkan bahwa hanya 54 orang (46,2%) yang patuh menjalani perawatan dan yang tidak patuh sebanyak 63 orang (53,8%). Hasil analisis bivariat antara 8 variabel bebas dengan variabel terikat, menghasilkan 6 variabel yang mempunyai hubungan bermakna (p<0,05), yaitu variabel pengetahuan tentang perawatan saluran akar, persepsi tentang perawatan saluran akar, sikap terhadap perawatan saluran akar, waktu tunggu selama menjalani perawatan saluran akar, pelayanan petugas, dan dukungan keluarga/teman. Sedangkan 2 variabel lainnya yaitu aksesibilitas dan biaya, ternyata tidak mempunyai hubungan yang bermakna dengan perilaku kepatuhan (p>0,05).
Hasil analisis multivariat dengan metoda regresi logistik dari delapan variabel bebas, ternyata hanya tiga variabel yang mempunyai hubungan yang bermakna (p<0,05), yaitu variabel waktu tunggu, sikap, dan persepsi. Hal ini menunjukkan bahwa hanya variabel waktu tunggu, sikap, dan persepsi saja yang mempunyai pengaruh terhadap perilaku kepatuhan dalam perawatan saluran akar gigi, dengan tetap melihat faktor-faktor lainnya.
Intervensi perilaku berupa pendidikan kesehatan gigi bagi pasien dan masyarakat pada umumnya dapat menjadi alternatif yang terbaik untuk meningkatkan kepatuhan pasien dalam menjalani perawatan gigi, terutama perawatan saluran akar yang memerlukan kunjungan yang berulangkali. Intervensi perilaku tidak hanya ditujukan pada pasien dan masyarakat saja, tetapi juga bagi tenaga kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan gigi di masyarakat. Disamping itu perlu juga peningkatan sumberdaya dan fasilitas kesehatan untuk meningkatkan derajat kesehatan gigi masyarakat.

Factors associated with compliance behaviors of patients for root canal treatment at the Faculty of Dentistry, University of Indonesia in 1998.Oral disease is the tenth prevalent disease in the community. Dental caries has high prevalence and severity level in Indonesia.
Dental caries, periodontal disease and chronic traumatic disorder can be the causes of dental pulpal disorder that may lead to endodontic treatment. Root canal treatment as an endodontic treatment is excavation the entire pulpal tissues. A conventional root canal treatment needs 3 to 4 visits. Incompliance to this treatment causes failure of the treatment, and needs to be repeated, which will require more time and cost to the treatment.
This study is to acknowledge the factors that are associated with patients' incompliance behavior to the root canal treatment. The study design is cross sectional study. The population study is all patients who came to the Operative Dentistry Department, Faculty of Dentistry, University of Indonesia during September 1997 until August 1998. 117 samples out of 131 were included in the study. Incompliance behavior was divided into two categories that are "comply" and "not comply", based on completion of the treatment, treatment schedule and number of visits instructed by the dentists.
Univariate analysis showed that only 54 samples (46,2%) complied to the treatment and 63 samples (53,8%) did not comply. In the bivariate analysis, 6 of 8 independent variables, which are knowledge, perception, attitude, waiting time, service of dental provider and family/friend support, showed significant relationship with the dependent variable (p<0,05). Whilst the other two variables, access ability and cost, did not show significant relationship with compliance behavior (p>0, 05).
The study concluded the variables of waiting time, attitude and perception are main factors that influence the compliance behavior of root canal treatment. Dental health education as an intervention for patients and community may be a worthy alternative effort in increase the patient?s compliance toward dental treatment, especially root canal treatment that needs repetitive visits. This alternative intervention may also be worthy for dental manpower in order to increase dental health service in the community that lead to increasing dental health level in the community.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2000
T625
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nita Chaerani
"Masalah kepuasan pasien terhadap mutu pelayanan makanan di Rumah Sakit masih belum banyak dikumpulkan dan dipublikasikan (Almatsier, 1992). Padahal, citra masyarakat terhadap makanan yang disajikan di Rumah Sakit merupakan salah satu pencerminan mutu pelayanan rumah sakit secara keseluruhan. Untuk melihat tingkat kepuasan pasien terhadap mutu pelayanan makanan di Rumah Sakit Dr Mohammad Hoesin (RSMH) Palembang, diperlukan data dan informasi tentang karakteristik pasien, meliputi: gender, umur, pendidikan, pekejaan, kelas perawatan, lama dirawat, selera makan dan jenis diet. Untuk memperoleh gambaran tentang mutu pelayanan makanan dilakukan dengan cara observasi terhadap mutu input (cara penyajian makanan, sarana saji, kualifikasi petugas, dan perilaku higienis petugas) dan mutu proses (ketepatan waktu saji, ketepatan diet, dan sikap petugas pada saat interaksi dengan pasien) dalam pelayanan makanan. Penilaian kepuasan pasien dilakukan dengan cara membandingkan antara skor pengalaman dan skor harapan pada dimensi kepuasan, yaitu akses terhadap pelayanan makanan, keamanan makanan, hubungan antar manusia, dan kenikmatan makanan.
Penelitian dilakukan pada tanggal 23 April sampai 22 Mei tahun 2001, selama 25 hari kerja, di RSMH. Berdasarkan stratifikasi acak secara proporsional, diperoleh 292 sampel dari berbagai kelas perawatan (kelas utama 15, kelas 1 15, kelas II 72, dan kelas III, 190 sampel). Penelitian ini merupakan penelitian survei yang bersifat analitik kuantitatif dan kualitatif hanya sebatas untuk menggali penyebab ketidak puasan pasien. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan potong lintang. Hasil penelitian disajikan secara naratif, deskriptif dan analitik.
Dan analisis bivariat diperoleh adanya hubungan secara statistik dengan analisis regresi linier sederhana antara mutu input dan mutu proses dalam pelayanan makanan dengan kepuasan pasien. Dari karakteristik pasien, gender, pendidikan, dan selera makan berpengaruh terhadap kepuasan pasien. Pada analisis regresi linier ganda (multivariat) dengan model efek utama tanpa interaksi diketahui bahwa variabel yang paling dominan pengaruhnya terhadap kepuasan pasien adalah mutu input. Model ini hanya dapat memprediksikan kepuasan pasien sebesar 21,4%. Selebihnya ditentukan oleh faktor lain. Penyebab ketidakpuasan utama yang digali secara kualitatif adalah pada dimensi kenikmatan, 58,97% dan dimensi hubungan antar manusia, 30,77%.
Disarankan agar ditingkatkan mutu/kualitas pelayanan makanan dengan menerapkan "Good Manufacturing Practices" (GMP) dan menerapkan "Total Quality Management" (TQM) di setiap pelaksanaan kegiatan dalam pelayanan makanan.

Patients' Satisfaction on Food Service In Dr. Mohammad Hoesin Palembang In 2001The problem of patients' satisfaction on food service in Indonesian has not been studied in-depth and published (Almatsier, 1992). The public image on the food served in a hospital, in part, reflects the whole image of the hospital. To examine the patients' satisfaction level on food service in Dr Mohammad Hoesin Hospital (RSMH) Palembang, data and information is required which are patients' characteristics: such as gender, age, education, occupation, class of clinical service, length of stay, appetite and type of diet. To determine quality of food service, an observation is performed on the quality of input factors (serving method, service equipments, staff qualifications and hygienic behavior of the food service staff) and quality of the process (punctuality in the serving time, diet accuracy, and nurse behavior when interacting with the patient) in food service. The patients' satisfaction is measured by comparison of the scores of experiences and expectations in the satisfaction dimensions, which are: accessibility to food services on food service, safety aspect, interpersonal relations and taste of food.
The research was performed between April 23'd to May 22'd, 2001, in 25 work days in Dr.Mohammad Hoesin Hospital, Palembang (RSMH). Using a proportional random sampling method, 292 samples were selected from various classes of clinical service (15 VIP class, 15 First class, 72 Second class and 190 Third class samples). This research used both quantitative methods of analysis, and qualitative analysis which used to find the sources of patients' dissatisfaction. The quantitative method used a cross-sectional method, and the results are written descriptively, narratively and analytically.
In bivariate analysis, using simple linear regression analysis, there were found a significant statistical relationship between input and process quality in food service, with patients' satisfaction. From the patient characteristics, gender, education and appetite affect the satisfaction level. In multivariate analysis, using multiple linear regression analysis, the dominant independent variable was found to be the input quality. The model can predict the patients' satisfaction as much as 21.4%, with factors considered constant (ceteris pan-bus). The major source of dissatisfaction, found using a qualitative method, was the taste dimension (58.97%) and interpersonal relationship dimension (30.77%).
To improve the quality of food service, it is suggested to employ "Good Manufacturing Practices" and "Total Quality Management" in food services.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2001
T1212
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Esty Febriani
"Setelah berdiri sekitar 80 tahun, pimpinan Rumah Sakit Bersalin Budi Kemuliaan pada tahun 1999 ingin merubah citra tersebut dari Rumah Sakit bagi golongan menengah ke bawah menjadi rumah sakit untuk semua lapisan masyarakat. Untuk mencapai tujuan tersebut Rumah Sakit Bersalin Budi Kemuliaan Jakarta harus merancang strategi yang tepat pada waktu yang akan datang. Untuk itu perlu diketahui harapan pasien terhadap suatu rumah sakit bersalin dan bagaimana pelaksanaan layanan di Rumah Sakit Bersalin Budi Kemuliaan Jakarta sehingga dapat diketahui kesenjangan yang ada.
Penelitian ini menganalisis kepuasan pasien berdasarkan tingkat kesesuaian antara harapan pasien dan pelaksanaan layanan Rumah Sakit Bersalin Budi Kemuliaan berdasarkan dimensi SERQUAL yaitu reliability, responsiveness, assurance, empathy dan tangibles. Jika tingkat pelaksanaan sama atau lebih dari harapan pasien dianggap puas sedangkan jika sebaliknya dianggap tidak puas (Zeithaml, Parasuraman & Berry, 1990). Selanjutnya dilakukan analisis dengan menggunakan kuadran ?Importance and performance Analysis" yang bertujuan untuk mendapatkan gambaran mengenai aspek-aspek yang merupakan kelebihan dan kekurangan yang harus ditingkatkan di Rumah Sakit Bersalin Budi Kemuliaan Jakarta. Selain itu juga dianalisa hubungan karakteristrik individu umur, pendidikan, pekerjaan dan kelas perawatan dengan kepuasan pasien. Penelitian yang berlangsung bulan November hingga Desember 2001, menggunakan rancangan belah lintang (cross sectional) dengan jumlah responder 97 orang dan pengambilan sampel dilakukan dengan cara quota sampling pada pasien persalinan normal yang sedang menjalani rawat inap.
Hasil penelitian menunjukkan proporsi pasien persalinan normal yang tidak puas pada dimensi tangibles yaitu yang meliputi fasilitas fisik dan perlengkapan adalah yang paling tinggi dibandingkan dengan kepuasan pada dimensi lain. Begitu juga tingkat kesesuaian antara harapan pasien dan pelaksanaan layanan menunjukkan skor paling rendah pada dimensi ini.
Setelah dilakukan pengujian secara statistik dengan uji t independen untuk variabel umur dan chi-square untuk variabel lainnya, maka diperoleh hubungan yang bermakna antara karakteristik pendidikan dan kelas perawatan dengan kepuasan pasien. Sedangkan kepuasan pada tangibles, empathy dan reliability mempunyai hubungan yang bermakna dengan kepuasan terhadap layanan Runaah Sakit Bersalin Budi Kemuliaan tahun 2001.
Berdasarkan "Importance and Performance Analysis" yang dilakukan, beberapa aspek yang menjadi prioritas utama untuk ditingkatkan yaitu: penataan interior dan kelengkapan, kesiapan dan kebersihan peralatan, walaupun menurut penelitian beberapa aspek lainnya juga perlu diperhatikan seperti prosedur pelayanan, perhatian khusus pada pasien, kebersihan ruang perawatan. Sedangkan beberapa aspek yang harus dipertahankan adalah ketanggapan terhadap layanan, tindakan yang cepat dan tepat, keterampilan dan pengetahuan petugas dan dukungan pada saat melahirkan.

Analysis of normal delivery patient satisfaction to the quality services of Budi Kemuliaan Maternity Hospital, Jakarta 2001After the Budi Kemuliaan Maternity Hospital was built for about 80 years, since 1999 the management of Budi Kemuliaan Maternity Hospital Jakarta want to change the image from the hospital for poor people to the hospital for all people.
To achieve the goals, Budi Kemuliaan Maternity Hospital must have an appropriate strategic plan in the future. For doing it, the management need to know about patient expectation and how the performance of the Budi Kemuliaan Maternity Hospital.
This study analyze patient satisfaction by comparison between patient's expectation and performance of the Budi Kemuliaan Maternity Hospital services Jakarta based on SERVQUAL dimensions i.e., reliability, responsiveness, assurance, empathy and tangibles. If the performances exceed or meet patient expectation that means satisfied but on the other way it means unsatisfied (Zeithaml, Parasuraman & Berry, 1990). Furthermore, the researcher analyzes the expectation and performance scores with "Importance and Performance analysis" for figuring out the strength and weakness of the Budi Kemuliaan Maternity Hospital. In this study the researcher also want to know about the individual character i.e age, education, job and nursing class with their satisfaction.
The study was held on November to December 2001 and used the cross sectional design with 97 persons number of respondents. The respondents were chosen by quota sampling method.
The result of study showed that proportion of unsatisfied patient was high in tangibles dimension which covered the physical aspect and the equipment of the hospital but the suitability between the patient expectation and performance of facility service is low.
After the researcher analyzed by t Independent test for age variable and chi-square for another variables, result showed that any significant relationship between age, nursing class and patient satisfaction and any significant relationship also between satisfaction in tangibles, empathy and reliability dimensions with overall patient satisfaction.
Conclusion: Based on "Importance and Performance Analysis", there are two aspect that Budi Kemuliaan Maternity Hospitai need to improve immediately i.e Interior design and completeness, readiness and cleanliness of equipment. Although there are some aspects need to improve to such as service procedure, special attention to the patient, cleanliness of nursing room. The aspects are needed to maintain such as responsiveness, competency of the provider and supporting of provider.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2001
T1877
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
H. M. Hamdi
"Prevalensi penyakit tuberkulosis paru di Kabupaten Majalengka saat ini masih cukup tinggi, sehingga untuk menanggulangi penyakit tersebut mulai tahun 1997/1998 Kabupaten Majalengka telah melaksanakan intensifikasi program penanggulangan tuberkulosis paru menggunakan strategi DOTS (Directly Observed Treatment Shortcourse) yang merupakan bagian dari proyek intensifikasi pemberantasan penyakit menular atau intensified communicable disease control (ICDC). Target yang diharapkan dari program tersebut adalah penemuan kasus baru sebesar 70 % secara bertahap, angka konversi 80 %, dan angka kesembuhan sebesar 85 %.
Dari hasil evaluasi program penangulangan tuberkulosis paru di Kabupaten Majalengka tahun 1997-2000, ternyata dari indikator keberhasilan program, yaitu angka konversi dan angka kesembuhan belum mencapai target, sehingga perlu dilakukan tindak lanjut. Belum tercapainya angka tersebut dapat disebabkan atau ada hubungannya dengan ketidakpatuhan berobat penderita seperti hasil penelitian terdahulu yang menyatakan bahwa kesembuhan ditentukan juga oleh keteraturan/kepatuhan berobat. Hal tersebut didukung oleh angka ketidakpatuhan berobat penderita tuberkulosis paru di Kabupaten Majalengka yang masih cukup tinggi, yaitu tahun 1997/1998 sebesar 19 %, tahun 1998/1999 sebesar 16 %, dan tahun 1999/2000 sebesar 14 %.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proporsi kepatuhan berobat dan faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan berobat penderita tuberkulosis paru pada fase intensif di Kabupaten Majalengka tahun 1997-2000. Disain penelitian yang digunakan adalah disain/rancangan cross sectional dengan jumlah sampel sebanyak 380 orang yang menggunakan tehnik pengambilan sampel stratified random sampling/ proportional stratified sampling.
Hasil yang diperoleh, yaitu dari 380 responden terdapat 57,4 % yang patuh berobat dan variabel yang berhubungan dengan kepatuhan berobat penderita tuberkulosis paru pada fase intensif adalah tingkat pendidikan, pengetahuan, sikap penderita, biaya transportasi, efek samping, peran pengawas menelan obat (PMO), dan sikap petugas. Dari ketujuh variabel tersebut, ternyata variabel yang paling kuat/erat adalah peran pengawas menelan obat (PMO) dan variabel efek samping,
Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka untuk mengoptimalkan peranannya, PMO perlu dibekali dengan buku saku yang berisi tentang penyakit tuberkulosis dan pengobatannya serta untuk mendeteksi gejala efek samping dan melakukan penanganan sedini mungkin, sebaiknya kader dan PMO diberikan prosedur tetap (protap) cara mendeteksi dan melakukan penanganan efek samping obat anti tuberkulosis. Selain itu perlu penelitian lebih jauh mengenai kualifikasi PMO yang lebih cocok/diterima oleh penderita tuberkulosis.

Factors Related to Treatment Compliance the Patient of the Lung Tuberculosis at the Intensive Phase in the Regency of Majalengka in 1997-2000Lung tuberculosis prevalence in the regency of Majalengka is high. For disease control, since 1997/1998 regency of Majalengka has done intensified lung tuberculosis program used DOTS (Directly Observed Treatment Short course) strategy which part intensified communicable disease control (ICDC). The target of program is case finding rate 70 %, conversion rate 80 %, and cure rate 85 %.
From result of evaluation lung tuberculosis control program in the regency of Majalengka in 1997-2000, in fact from indicator success program, namely conversion rate and cure rate have not got the target yet. So that need follow up. They caused by treatment incompliance like the result of the research whish said that the cure defined by treatment compliance. That matter is supported by treatment incompliance rate the patient of the lung tuberculosis in Majalengka regency is still high, namely in 1997-1998 was 19 %, 1998/1999 was 16 %, and 1999/2000 14 %.
This research aims to know the proportion treatment compliance and factors related to treatment compliance the patient of the lung tuberculosis at the intensive phase in the regency of Majalengka in 1997-2000. Cross sectional design was used in this study with 380 patients as the sample which was taken through a stratified random sampling/proportional stratified sampling method.
The result of this research, is from 380 patients is 57,4 % who obey to have treatment and variable that related to treatment compliance of the patient the lung tuberculosis at the intensive phase is level of education, knowledge about tuberculosis, attitude of patient, transportation cost, side effect, role of drug digestion observer, and attitude of health service. From the seventh variables, the role of drug digestion observer variable is very strong and side effect variable.
Based on the result of the research above, so for the maximum it's the role, drug digestion observer (DDO) is needed by hand book about the disease of tuberculosis and the cure, and for the detection of side effect and doing at first, it had better cadre and drug digestion observer a given a good procedure how to detection and doing side effect of the drug anti tuberculosis. Beside that it's needed longer research about the qualification of drug digestion observer better or received by tuberculosis patients.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2001
T2757
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Djunardi Harun
"Pada era globalisasi dan persaingan bebas dalam bidang pelayanan kesehatan saat ini pihak pengelola pelayanan kesehatan dituntut untuk meningkatkan kualitas pelayanan. Salah satu indikator untuk mengukur kualitas pelayanan adalah kepuasan pasien. Kepuasan pasien yang rendah menggambarkan kualitas pelayanan berada dibawah standar. Kepuasan pasien dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya adalah karakteristik pasien.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran tingkat kepuasan pasien dan melihat bagaimana hubungan antara kepuasan dengan karakteristik pasien, serta faktor yang paling dominan yang berhubungan dengan kepuasan pasien. Jenis penelitian yang digunakan adalah cross sectional pada 120 pasien yang dilakukan di poliklinik gigi Rumah Sakit Umum Daerah Dokter Sudarso Pontianak dari tanggal 10 Oktober 2000 sampai dengan 31 Oktober 2000.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat kepuasan pasien adalah 52,5 %. Faktor yang berhubungan dengan tingkat kepuasan pasien adalah cara pembayaran. Dan analisis multivariat didapat bahwa variabel yang paling dominan berhubungan dengan kepuasan adalah cara pembayaran. Karena variabel cara pembayaran merupakan faktor yang paling dominan berhubungan dengan kepuasan pasien yaitu pembayaran yang ditanggung asuransi probabilitas untuk merasa puas lebih besar, dari intervensi relatif mudah untuk dilakukan, maka pihak manajemen rumah sakit perlu untuk mempertimbangkan intervensi pada faktor cara pembayaran, misalnya dengan menjalin kerjasama dengan PT Askes (yang telah melaksanakan prinsip JPKM) dimana pihak rumah sakit akan menganjurkan kepada setiap pasien yang bukan peserta askes untuk menjadi peserta askes perorangan.

In this global era and free competition in health services, any institution that provides health services is required to improve its services quality. One of the indicators used to measure the quality of the services is patient satisfaction. Low patient satisfaction may indicate that the service quality is still below the set standards. Patient satisfaction may be influenced by many factors. One of them is patient characteristic.
The purpose of this study is to describe patient satisfaction and to observe how the satisfaction correlates with the patient characteristic as well as to observe the most dominant factors that correlate with patient satisfaction. This was a cross sectional study on 120 patient at dental polyclinic in Dokter Sudarso Provincial General Hospital in Pontianak from October 10, 2000 until October 31, 2000.
The result shows that patient level of satisfaction is 52,5%. The factors that correlate with patient level of satisfaction are mode of payment. The multivariate analysis shows that the most dominant variable the correlates with the satisfaction is mode of payment. Referring to the fact that mode of payment is the most dominant factors that correlates with patient satisfaction, in this case is payment covered, by insurance that is more likely to satisfy the patient and intervention that is relatively easy to conduct, the management of the hospital needs to consider any intervention on the mode of payment. Establishing a partnership with PT Askes (a health insurance company), which has implemented JPKM principle, may be worth considering in which the hospital will recommended its patients who are not members of Askes (health insurance) to become individual members of the Askes ( health insurance).
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2001
T2526
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Emmy Gemala Hatta
"Sesuai dengan perkembangan teknologi saat ini maka rumah sakit swasta di Indonesia tampak telah berkembang dengan pesatnya dan tidak terlepas dari persaingan sesama usaha pelayanan kesehatan. Salah satu hal yang perlu diperhatikan adalah peningkatan mutu pelayanan kesehatan yang menyebabkan masyarakat untuk memilih pelayanan yang terbaik diantara banyak jasa pelayanan kesehatan yang ada.
Dengan adanya akreditasi pemerintah mulai 1995 terhadap rumah sakit swasta dan pemerintah diharapkan dapat merangsang rumah sakit untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan. Salah satu aspek dari kualitas yaitu aspek hasil apakah produk atau jasa tersebut memenuhi atau bahkan melebihi harapan pelanggan.
Kepuasan pasien adalah kebutuhan, keinginan dan harapan yang dapat terpenuhi sesuai dengan apa yang diberikan oleh pemberi pelayanan kesehatan. Dikatakan puas apabila melebihi kebutuhan, keinginan dan harapan pasien. Kepuasan pasien adalah merupakan indikator terhadap mutu pelayanan kesehatan dan dapat juga sebagai umpan balik untuk sipemberi pelayanan kesehatan.
Beberapa dimensi yang diduga merupakan bagian dari kepuasan pasien di suatu tempat pelayanan kesehatan. Penelitian ini mencoba meneliti beberapa variabel/ dimensi berdasarkan tinjauan pustaka, dimensi-dimensi tersebut meliputi 5 hal: sarana fisik (tangibles), keandalan pelayanan (reliability), ketanggapan (responsiveness), jaminan pelayanan (assurance) dan empati (empathy). Penelitian dilakukan di Poliklinik Rawat Jalan RSISK Palembang pada bulan Mei tahun 2001. Pengambilan sampel dengan cara systematic random sampling, dengan populasinya seluruh pasien rawat jalan RSISK Palembang. Yang terpilih sebagai sampel sebanyak 150 pasien rawat jalan. Disain penelitian adalah cross sectional, sedangkan analisis data digunakan univariat dan bivariat dengan uji chi-square. Untuk menguji validitas dan reliabilitas instrumen sebelum penelitian dimulai, instrumen disusun dengan cara: 1. Mengacu ke perpustakaan yaitu instrumen Servqual yang kemudian diterjemahkan. 2. Melakukan konfirmasi jumlah dan jenis dimensi serta butir pertanyaan untuk setiap dimensi, serta kejelasan pertanyaan. 3. Hal ini dilakukan terhadap sejumlah informan termasuk para dokter, perawat, pelaksana, manejer rumah sakit dan pasien.
Dari hasil uji validitas kriterium didapatkan korelasi diantara 2 dimensi konstruk kepuasan. Didapatkan korelasi diantara keduanya 0,4 - 0,8. Hal ini menunjukkan adanya hubungan validitas kriterium yang cukup kuat. Dari hasil ini tampak korelasi antara konstruk kepuasan dengan variabel niat untuk kembali. Uji validitas konstruk didapat korelasi antara butir-butir pertanyaan dengan corrected total score. Nilai korelasi r>0,35 maka pertanyaan A6 dengan r=0,250 dan A19 dengan r>0,294 maka dinyatakan pertanyaan tersebut dikeluarkan.
Dari hasil penelitian ini ditemukan konstruk kepuasan yang berhubungan secara signifikan adalah faktor pendidikan. Hasil uji validitas konstruk dari kepuasan adalah kuat. Dan hasil penelitian pada faktor umur, jenis kelamin dan pendapatan didapat hubungan yang tidak bermakna. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasien rawat jalan menyatakan tidak puas sebanyak 64,7%, yang puas 35,3%.
Saran-saran yang diusulkan antara lain 1.Meningkatkan sarana fisik dan pelatihan terhadap SDM. 2. Membuat program kerja upaya peningkatan mutu pelayanan rumah sakit. 3.Mengadakan penelitian lebih lanjut dengan sampel yang lebih banyak dan bervariasi. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk masukan dalam upaya peningkatan mutu pelayanan di RSISK Palembang.

According to the technology development these days, private hospitals in Indonesia seem already rapidly developed and its because the competitions of the same health services. In this free market competition era, one thing that every hospital manager should consider is improving quality of services.
In relation to that, the government has introduced Hospital Accreditation Program since 1995, which applies to all hospital, public and private. It is hope that the program will improve hospitals quality of care. One aspect of quality of care is to provide service that fulfill patient/clients expectation or even higher than the expectation.
Patient satisfaction is a measure of whether their expectations are fulfilled. It is said "satisfy" if the services were expected or more to their need, demand and wish. Therefore, patient satisfaction measure can be used as quality indicator and as feedback to the health care provider.
Several dimensions of patient satisfaction have been widely used to measure the satisfaction level. One of them is Servqual (Parasuraman, 1990), which consists of tangibles, reliability, responsiveness, assurance and empathy. This study applied the servqual instrument and modified it according to the local situation. The study has been done at polyclinic of RSISK Hospital Palembang on May 2000. Samples were drawn using systematic random sampling. About 150 patients were included in the study. The study used cross sectional design. Collected data analyzed using univariate and bivariate analysis. Content validity is fulfilled by (1) using servqual dimension (2) questions were developed by translating the servqual instrument (3) questionnaire were tested for its clarity to doctors, nurses and some patients.
Criterium validity was tested by having correlation between dimensions of the satisfaction construct. It is found that the correlation range between 0.4 - 0.8, and can be concluded that the criterium validity is adequate. The conclusion is also supported by correlation between the satisfaction construct with variables of intention to use and of will give recommendation to other. Construct validity were tested by having correlation between each item with corrected total score. The correlation are all above 0.35 expect for A6 (r=250) and A19 (r=O.294). It is decided then to drop question no A6 and A19.
This study also found that the construct of satisfaction is significantly related to level of education, which confirm to other empirical study. This concludes that construct validity of the satisfaction measure is adequate. However, this study found non-significant relationship between the construct with age, sex, and income level. This study showed that 64,7% respondents are not satisfied with the services given to them tangible dimension is the highest score for instatis factory.
This study recommends to the hospital, as follows (1) to improve physical infrastructure; (2) provide training to staff: (3) to other researcher it is suggested to variation the study with larger sample size. This research is hope can be useful as a proposal to improve the service quality in RSlSK Palembang.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2001
T2528
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Atit Hadiati
"Setiap institusi pelayanan kesehatan termasuk rumah sakit harus selalu berusaha meningkatkan mutu layanan, seiring dengan peningkatan status pendidikan dan ekonomi masyarakat yang membuat mereka lebih kritis dan semakin banyak menuntut kualitas pelayanan yang ada. Manajemen rumah sakit harus selalu melengkapi dirinya agar senantiasa mendengarkan suara konsumen, memiliki kemampuan memberikan respon terhadap setiap keinginan dan harapan konsumen. Untuk itu, keinginan, harapan, dan persepsi pasien terhadap pelayanan yang diberikan harus dipantau dengan mengadakan serangkaian pengamatan yang dilakukan terus menerus.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui determinan kepuasan pasien rawat inap terhadap mutu pelayanan RS Salamun tahun 2002, dengan metode servqual yang dikembangkan oleh Parasuraman dkk. Rancangan penelitian yang digunakan adaiah cross sectional pada 100 pasien yang dirawat di RS Salamun selama bulan April 2002 melalui pengisian kuisioner secara self administered questionare. Variabel bebas pada penelitian ini meliputi jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, tingkat pendapatan, status pasien, kelas perawatan, dan biaya perawatan, sedangkan variabel terikatnya yang merupakan variabel mutu pelayanan yang tercakup ke dalam lima dimensi servqual, yaitu tangibles, responsiveness, reliability, assurance, dan empathy.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata skor kepuasan pasien rawat inap di RS Salamun yang terpilih sebagai responden sebesar 91,67 % dengan standar deviasi sebesar 9,82 %, skor minimum sebesar 59,46 %, dan maksimum sebesar 124,78 %. Kepuasan pasien pada dimensi tangibles menunjukkan rata-rata skor kepuasan pasien sebesar 89,59%. Kepuasan pasien pada dimensi responsiveness menunjukkan rata-rata skor kepuasan pasien sebesar 90,56 %. Kepuasan pasien pada dimensi reliability menunjukkan rata-rata skor kepuasan pasien sebesar 92,42 %. Kepuasan pasien pada dimensi assurance menunjukkan rata-rata skor kepuasan pasien sebesar 92,43%. Kepuasan pasien pada dimensi empathy menunjukkan rata-rata skor kepuasan pasien sebesar 91,56 %. Tingkat kepuasan responden pada penelitian ini menggunakan cut of point sebesar 90% (Supranto, 1997) dimana kelompok responden yang merasa puas terhadap mutu pelayanan RS Salamun lebih banyak (57 %) daripada kelompok yang merasa kurang puas (43 %). Dimensi assurance merupakan dimensi yang dianggap paling memuaskan responden (64 %) daripada dimensi-dimensi lainnya. Sebaliknya, dimensi responsiveness merupakan dimensi yang dianggap paling kurang memuaskan responden (49%) daripada dimensi-dimensi lainnya. Dan 8 karakteristik pasien yang diteliti, hanya variabel tingkat pendidikan yang terbukti berhubungan dengan kepuasan (Pv 0,041).
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan untuk mengadakan tindakan koreksi terhadap pelayanan yang masih belum memberikan kepuasan maksimal kepada pasien serta dapat menyusun strategi peningkatan mutu pelayanan di RS Salamun melalui strategi yang berfokus pada kepuasan pelanggan. Melihat adanya hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan dengan kepuasan pasien, perlu kiranya bagi petugas memperhatikan karakteristik pasien berdasarkan hal tersebut di semua kelas perawatan. Perhatian terhadap karakteristik tersebut akan berdampak terhadap citra dan mutu rumah sakit terutama di ruang rawat inap.

Each of health service institution, including hospital, have to increase their quality of services. Thus, hospital can monitoring their services to consumers.
The objective of this study is knowing determinant of patient satisfaction at inpatient ward to quality of services with SERVQUAL Method (tangibles, responsiveness, reliability, assurance, and empathy), with developed by Parasuraman, et. al. This study was conducted on April 2002 at dr. Salamun Hospital, Bandung. In research methodology, this study used cross sectional design study, where conducted to a hundred subjects through self administered questionnaire. Independent variable include sex, age, education level, occupation, income level, patient status, ward classes, and cost. Whereas, dependent variable is SERVQUAL dimensions (tangibles, responsiveness, reliability, assurance, and empathy).
Result of study show that average score of patient that satisfied to inpatient ward service was 91,67%. In tangibles dimension showed average score of patient satisfaction was 89,59%, responsiveness dimension was 90,56%, reliability dimension was 92,42%, assurance dimension was 92,43%, and empathy dimension was 91,56%. Cut of point to show satisfaction level of respondent is 90% (Supranto, 1997). 57% respondents were satisfied to quality of hospital services and others (43%) were unsatisfied. Assurance dimension was most satisfied one (64%). Responsiveness dimension was most unsatisfied one (49%). From eight characteristics of patient, only education level has significant in statistic.
The result above can be use in hospital to improve quality of services and make up strategy to increase quality of services through strategy that focused on consumer's satisfied. Attention to these characteristics can be impacted to hospital's quality, especially at inpatient ward.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2002
T2519
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>