Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Maria Joshepina Dwinandasulistya
Abstrak :
Agentic engagement atau keterlibatan agentik berperan penting dalam proses belajar dan pencapaian prestasi pemelajar. Untuk terlibat dalam proses belajar secara aktif, salah satu faktor yang dapat menjadi kendala pemelajar adalah merasa malu atau tidak percaya diri untuk berbicara di depan orang banyak. Dalam hal ini kepribadian diasumsikan berhubungan dengan keterlibatan pemelajar di dalam kelas. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara kepribadian dan agentic engagement. Partisipan penelitian ini adalah mahasiswa aktif dari universitas yang berlokasi di Jabodetabek. Agentic Engagement Scale (AES) digunakan untuk mengukur variabel agentic engagement. Kepribadian akan diukur menggunakan instrumen Mini IPIP-BFM-25. Berdasarkan hasil uji korelasi Pearson pada 294 partisipan, ditemukan korelasi yang positif dan signifikan antara dimensi extraversion, agreeableness, conscientiousness, dan openness to experience terhadap agentic engagement. Implikasi hasil penelitian ini dapat memperkaya khazanah dalam ilmu Psikologi Pendidikan dan menambah wawasan bagi pemelajar maupun pengajar tentang agentic engagement dalam mengoptimalkan proses pembelajaran. ......Agentic engagement plays an important role in the learning process and achievement of learners' achievements. To be actively involved in the learning process, one of the factors that can be an obstacle for learners is to feel embarrassed or not confident to speak in front of a crowd. In this case the personality is assumed to be related to the involvement of the learner in the classroom. This study aims to see the relationship between personality and agentic engagement. The participants of this study are active students from universities located in Jabodetabek. The Agentic Engagement Scale (AES) is used to measure agentic engagement variables. Personality will be measured using the Mini IPIP-BFM-25 instrument. Based on the results of the Pearson correlation test in 294 participants, a positive and significant correlation was found between the dimensions of extraversion, agreeableness, conscientiousness, and openness to experience to agentic engagement. The implications of the results of this study can enrich the treasures in educational psychology and add insight for learners and teachers about agentic engagement in optimizing the learning process.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Renanda Rizky Miranti
Abstrak :
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah identifikasi dan evaluasi dapat mengurangi pemalasan sosial (social loafing) di kalangan mahasiswa. Sebanyak 38 mahasiswa dari University of Queensland (19 laki- laki, 19 perempuan) berpartisipasi dalam penelitian ini. Penelitian ini menggunakan desain experimen kelompok independen 2x2. Setiap peserta dialokasikan secara acak ke dalam kondisi koaktif atau kolektif, dan kemudian dialokasikan ke dalam kondisi yang dievaluasi atau tidak dievaluasi. Hasil pengujian dengan menggunakan metode Independent sample T-tes mengungkapkan bahwa peserta dalam kondisi kolektif-tidak dievaluasi menghasilkan lebih banyak jawaban daripada kondisi kolektif yang dievaluasi, sehingga dapat dikatakan bahwa orang akan menghasilkan lebih banyak ide dalam kelompok jika mereka tidak dievaluasi untuk ide tersebut. Perbaikan metodologis disarankan dalam penelitian ini. Penelitian di masa depan sebaiknya menyelidiki hubungan antara kepribadian dan pemalasan sosial.
The main aim of this paper is to discover whether identifiability and evaluation can reduce social loafing among university students. A total of 38 University of Queensland students (19 males, 19 females) participated in this study. The study used a 2x2 independent groups design. Each participant was allocated randomly into either coactive or collective condition, and then allocated into either the evaluated or non-evaluated condition. Independent groups t-tests revealed that participants in the collective-non-evaluated condition produced more responses than the collective-evaluated condition, suggesting that people would generate more ideas in a group if they were not evaluated for it. Methodological improvements are suggested. Future research should investigate the relationship between personality and social loafing.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Anisa Nugrahanti
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan kepribadian ekstravert dan kepribadian proaktif terhadap kesuksesan karier subjektif karyawan. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan Career Satisfaction Scale untuk mengukur kesuksesan karier subjektif, IPIP versi singkat untuk mengukur kepribadian ekstravert, dan Proactive Personality Scale untuk mengukur kepribadian proaktif. Penelitian ini dilakukan pada 104 karyawan yang bekerja di bidang penjualan dan pemasaran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepribadian ekstravert B = .08 [-.07, .22], SE B = .07, p > .05 tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap kesuksesan karier subjektif karyawan bidang penjualan dan pemasaran. Selain itu, kepribadian proaktif B = .18 [.03, .32], SE B = .07, p < .05 memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kesuksesan karier subjektif karyawan bidang penjualan dan pemasaran. Pembahasan dan saran untuk penelitian selanjutnya didiskusikan.
ABSTRACT
The aim of this research is to examine the relationship of extravert and proactive personality toward emlopyee rsquo s subjective career success. This is a quantitative study using Career Satisfaction Scale to measure subjective career success, IPIP short version to measure extravert, and Proactive Personality Scale to measure proactive personality. This research was conducted on 104 sales and marketing employee. Result indicated that extravert B .08 .07, .22 , SE B .07, p .05 did not have any effect and proactive personality B .18 .03, .32 , SE B .07, p .05 had a positive effect to sales and marketing employee rsquo s subjective career success. Discussion and suggestion for further research are discussed.
2017
S67567
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Retno Windiarsih
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara kepribadian proaktif dan perilaku kerja inovatif. Penelitian dilakukan terhadap 135 karyawan BUMN X yang terdiri dari empat divisi kerja yang sedang mengembangkan inovasi pada aktivitas pekerjaannya. Pengukuran perilaku kerja inovatif mengacu pada alat ukur Skala Perilaku Kerja Inovatif dan terbukti reliabel ?= 0,97, sedangkan pengukuran kepribadian proaktif menggunakan alat ukur Skala Kepribadian Proaktif yang telah diadaptasi ke dalam bahasa Indonesia dan terbukti reliabel ?=0,73. Hasil analisis Pearson's Product Moment Correlation menunjukkan adanya hubungan antara kepribadian proaktif dan perilaku kerja inovatif r=0,49, p< 0,05. Dengan demikian, semakin tinggi kepribadian proaktif yang dimiliki karyawan, maka semakin tinggi intensitas karyawan dalam menampilkan perilaku kerja inovatif. Penelitian ini juga menemukan adanya hubungan yang signifikan antara faktor demografi berupa jenis kelamin dan masa kerja terhadap perilaku kerja inovatif. ...... This study investigates the correlation between proactive personality and innovative work behavior. This study was conducted among 135 employees working in 4 departemens in BUMN X that has been developing an innovation in their work activity. Measurement of IWB refers to Innovative Work Behavior Scale, with 0,97, and measurement of proactive personality used Proactive Personality Scale with 0,73. The results using Pearson's Product Moment Correlation showed there is a significant relationship between proactive personality and innovative work behavior r 0,49, p 0,05. Thus, the higher the proactive personality, the higher intensity in displaying innovative work behavior. This study also found there are correlations between demografic factors such as gender and tenure organization with innovatif work behavior.
Depok: Fakultas Psikologi Unversitas Indonesia, 2017
S67198
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library