Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mandarin Guntur
Abstrak :
Fisiognomi secara umum merupakan metode untuk menilai ciri-ciri fisik yang tampak pada permukaan seluruh tubuh, khususnya wajah seseorang. Dalam tulisan ini, fisiognomi urban berfokus kepada pengetahuan tentang metoda fisiognomi urban secara empiris untuk memahami perubahan atau dinamika arsitektur dan ruang kota. Adapun dinamika arsitektur ruang IKN paska kolonial ini kemudian menelusurinya lebih lanjut melalui wacana tropikalitas dalam perspektif techno-socio-culture, mulai dari IKN Jakarta, rencana pemindahan IKN ke Palangka Raya hingga ke IKN Nusantara di Kalimantan Timur. Metodologi sejarah ini melalui strategi multi narasi dan taktik sinkronis dan diakronis dari berbagai sumber seperti investigasi ke Jakarta, Palangka Raya dan Nusantara di Kalimantan Timur, diskusi, dokumen, foto, surat kabar, buku dan multi-media, Museum Tjilik Riwut, KITLV Leiden, Rijk Museum, Tropen Museum. Tujuan utamanya adalah untuk memahami makna yang muncul di masyarakat dan pemerintah terhadap sejarah pemindahan ibu kota negara (IKN) Indonesia khususnya dinamika arsitekturalnya dengan penekanan pada masa kepresidenan Sukarno, Suharto, dan Joko Widodo. Analisis menunjukkan bahwa terbentuknya IKN-Indonesia di Nusantara, Kalimantan Timur telah mencakup perubahan arsitektur dan perkotaan masa kini dibandingkan dengan terbentuknya Jakarta yang bangkit dari era kolonial. Disertasi ini menyimpulkan bahwa pemeriksaan rinci melalui fisiognomi perkotaan secara empiris dan tropikalitas Ibu Kota Negara di Indonesia mengungkapkan bahwa kompleksitas ruang kota IKN-Jakarta dan arsitekturnya melebihi karakteristik permukaannya. Ditemukan bahwa dengan merosotnya kualitas kota Jakarta adalah sebuah alasan untuk memindahkan IKN negara yang baru ke Kalimantan. Paska Kolonial di Indonesia dengan politik demokrasinya telah mengubah cara pandang baru arena kontestasi, sebuah jalan untuk mendominasi Indonesia (neo-post kolonial) yang perlu menjadi perhatian. ......Physiognomy is generally a method for assessing physical features that appear on the entire body's surface, especially a person's face. In this paper, urban physiognomy focuses on knowledge of urban physiognomy methods empirically to understand changes or dynamics of architecture and urban space. The dynamics of post-colonial IKN space architecture were then explored further through the discourse of tropicality in a techno-socio-cultural perspective, starting from IKN Jakarta, the plan to move IKN to Palangka Raya to IKN Nusantara in East Kalimantan. This historical methodology is through multi-narrative strategies and synchronic and diachronic tactics from various sources such as investigations to Jakarta, Palangka Raya, and Nusantara in East Kalimantan, discussions, documents, photographs, newspapers, books and multi-media, Tjilik Riwut Museum, KITLV Leiden, Rijk Museum, Tropen Museum. The main objective is to understand the meaning that arises in society and government to the history of the relocation of Indonesia's national capital (IKN), especially its architectural dynamics, emphasizing the presidencies of Sukarno, Suharto, and Joko Widodo. Analysis shows that the formation of IKN-Indonesia in Nusantara, East Kalimantan, has included changes in today's architecture and cities compared to Jakarta's formation, which rose from the colonial era. This dissertation concludes that a detailed examination through empirical urban physiognomy and tropicality of the national capital in Indonesia reveals that the complexity of the IKN-Jakarta urban space and its architecture exceeds its surface characteristics. It was found that the deterioration in the quality of Jakarta was a reason to move the new state IKN to Kalimantan. Post-colonial Indonesia, with its democratic politics, has changed a new way of looking at the arena of contestation, a path to dominate Indonesia (neo-post-colonial) that needs attention.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mutia Aprilia Permata Kusumah
Abstrak :
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh atraktivitas wajah laki-laki pemberi pertolongan terhadap perilaku help-seeking perempuan pada masa emerging adult. Atraktivitas wajah laki-laki ditentukan berdasarkan total skor yang didapat pada pilot study. Lima wajah dengan skor tertinggi dijadikan sebagai stimulus untuk wajah atraktif, sementara lima wajah dengan skor terendah dijadikan sebagai stimulus untuk wajah tidak atraktif. Untuk mengukur perilaku help-seeking, peneliti memberikan lima gambaran situasi bermasalah pada partisipan. Partisipan harus memilih satu di antara dua foto wajah laki-laki yang ditampilkan untuk dijadikan pemberi pertolongan. Dua foto tersebut terdiri dari foto wajah laki-laki yang atraktif dan tidak atraktif. Kriteria partisipan penelitian ini adalah mahasiswi Universitas Indonesia, berusia 18-25 tahun, dan memiliki daya penglihatan cukup baik untuk membaca tiap item dalam alat ukur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa atraktivitas wajah laki-laki yang berpotensi memberi pertolongan memengaruhi perilaku help-seeking pada perempuan dewasa muda secara signifikan dengan t(2,667) = 11,841, p = 0,000, r2 = 0,773 dan estimated d = 1,828. Dengan kata lain, perempuan akan cenderung meminta pertolongan pada laki-laki dengan wajah yang atraktif dibandingkan laki-laki dengan wajah yang tidak atraktif. ......This study examines the effect of male seeking behavior in emerging adult female. The male facial attractiveness is defined by total score that was obtained in pilot study. Five photos with the highest score are used for the stimulus of attractive face, while five photos with the lowest score are used for the stimulus of unattractive face. To measure helpseeking behavior, the researcher gave five description of troubled situations to the participant. The participant should choose one from two photos of male face which was presented to be her helper. The two photos are consisted of a photo of attractive male face and a photo of unattractive male face. The criteria of participant in this study are female student of Universitas Indonesia, 18-25 years old, and having good enough vision to read each item in the measurement. This study result shows that facial attractiveness of male potential helper affect helpseeking behavior in young adult female significantly, with t(2,667) = 11,841, p = 0,000, r2 = 0,773 and estimated d = 1,828. In other words, female will prefer to seek help from facially attractive male than from facially unattractive male.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S54771
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library