Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Salsabila Tasyah
"Kulit pisang pada umumnya hanya dibuang dan pemanfaatannya masih sangat rendah padahal memiliki kandungan pati sebesar 27,7% yang dapat dimanfaatkan sebagai superdisintegran. Superdisintegran merupakan bahan yang sangat penting dalam pembuatan tablet cepat hancur. Penelitian ini bertujuan untuk memanfaatkan limbah kulit pisang kepok untuk menghasilkan tepung kulit pisang dan mengkarakterisasinya sebagai superdisintegran serta membandingkan karakteristik tablet cepat hancur piroksikam yang menggunakan tepung kulit pisang dengan yang menggunakan croscarmellose sodium sebagai superdisintegran. Dalam penelitian ini, dibuat 4 formula tablet cepat hancur dengan perbedaan konsentrasi tepung kulit pisang sebagai superdisintegran yaitu 3%, 5% dan 9% serta satu formula pembanding menggunakan superdisintegran croscarmellose sodium. Tablet diuji mutu fisiknya meliputi organoleptis, keseragaman ukuran, keseragaman kandungan, kekerasan, keregasan, waktu hancur, waktu pembasahan, penetapan kadar dan profil disolusi. Tepung kulit pisang yang dihasilkan berwarna putih kecoklatan, kadar air 7,79%, pH 6,12, kandungan amilosa 20,23%, swelling power 4 g/g dan indeks kelarutan dalam air 0,87%. Tepung kulit pisang dengan konsentrasi 3% memiliki waktu hancur 14,02 detik dimana kurang dari yang menggunakan croscarmellose sodium tetapi dapat hancur kurang dari 30 detik sesuai persyaratan. Dapat disimpulkan limbah kulit pisang dapat dimanfaatkan sebagai tepung kulit pisang dan karakteristiknya sebagai superdisintegran baik serta dapat dijadikan sebagai superdisintegran pada tablet cepat hancur piroksikam.

Banana peels are generally just thrown away and their utilization is still very low even though it has a starch content of 27.7% which can be used as a superdisintegrant. Superdisintegrant is a very important ingredient in the manufacture of fast disintegrating tablets. This study aimed to utilize kepok banana peel waste to produce banana peel flour and to characterize it as a superdisintegrant and to compare the characteristics of piroxicam fast disintegrating tablets using banana peel flour with croscarmellose sodium as a superdisintegrant. In this study, 4 formulas of fast disintegrating tablets were made with different concentrations of banana peel flour as superdisintegrant, which is 3%, 5% and 9% and one comparison formula used the superdisintegrant croscarmellose sodium. The tablets were tested for physical quality including organoleptic, size uniformity, content uniformity, hardness, friability, disintegration time, wetting time, piroxicam content and dissolution profiles. The banana peel flour produced was brownish white, water content 7.79%, pH 6.12, amylose content 20.23%, swelling power 4 g/g and water solubility index 0.87%. Banana peel flour with a concentration of 3% had a disintegration time of 14.02 seconds which is less than the fast disintegrating tablets using croscarmellose sodium but could be disintegrated in less than 30 seconds according to the requirements. It was concluded that banana peel waste can be used as banana peel flour and its characteristics as a superdisintegrant was good and can be used as a superdisintegrant in piroxicam fast disintegrating tablets."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syifa Rizki Maharani
"Kulit pisang yang menjadi limbah industri dan rumah tangga dapat diolah dan dimanfaatkan menjadi bahan tambahan pada sediaan farmasi. Kulit pisang dapat memiliki kandungan kadar pati sebesar 70-80% pada keadaan belum matang. Hal ini menunjukkan bahwa kulit pisang berpotensi untuk dapat dijadikan sebagai superdisintegran alami dalam formulasi sediaan tablet cepat hancur. Penelitian ini bertujuan memperoleh tepung dari limbah kulit pisang, mengkarakterisasi superdisintegran dari tepung kulit pisang, serta membandingkan karakteristik tablet cepat hancur yang menggunakan tepung kulit pisang dan croscarmellose sodium sebagai superdisintegran. Tepung kulit pisang dikarakterisasi secara fisik, kimia, dan fungsional. Tablet cepat hancur yang menggunakan tepung kulit pisang diformulasikan dengan konsentrasi yang bervariasi, yaitu konsentrasi 3%, 5%, dan 9%. Tablet cepat hancur dengan konsentrasi croscarmellose sodium sebanyak 5% dijadikan sebagai pembanding dalam penelitian. Tepung kulit pisang yang dihasilkan berupa serbuk halus berwarna putih hampir cokelat muda, berbau khas aroma pisang, tidak berasa, memiliki nilai swelling power sebesar 4 kali dibanding volume awal, indeks kelarutan dalam air sebesar 0,87%, kadar air 7,79%, ukuran partikel 125-355 Î¼m, sifat alir buruk, dan kandungan amilosa sebesar 22,23%. Evaluasi tablet cepat hancur yang menggunakan superdisintegran dari tepung kulit pisang menghasilkan waktu hancur cepat selama 5-10 detik dan waktu pembasahan selama 2-5 detik untuk semua formula. Dapat disimpulkan bahwa, tablet cepat hancur yang menggunakan tepung kulit pisang memenuhi persyaratan waktu hancur dan dapat menyamai karakteristik tablet cepat hancur yang menggunakan croscarmellose sodium sebagai superdisintegran, serta tablet cepat hancur yang menggunakan formulasi tepung kulit pisang sebanyak 3% menghasilkan waktu hancur yang paling cepat.

Banana peels as industrial and household waste can be processed and used as additives in pharmaceutical preparations. Banana peels can contain 70-80% of starch levels in an immature state. It shows that banana peel has the potential to be used as a natural superdisintegrant in the formulation of fast disintegrating tablets. This study aims obtain to characterize the flour from banana peel waste and also compare the characteristics of fast disintegrating tablets using banana peel flour and croscarmellose sodium as super disintegrants. Banana peel flour has been characterized physically, chemically, and functionally. The fast disintegrating tablets with banana peel flour has formulated in varying concentrations such as 3%, 5%, and 9%. Align with that, Fast disintegrating tablets with 5% of croscarmellose sodium concentration have been used as comparisons in the study. The banana peel flour produced is in the form of a white and almost light brown fine powder. It has a distinctive banana aroma, tasteless, has a swelling power value of 4 times compared to the initial volume, and has a 0.87% for solubility index in water, 7.79% of water content, a particle size of 125-355 Î¼m, poor flowability, and has 22.23% of amylose content. Evaluation of fast disintegrating tablets using superdisintegrant from banana peel flour resulted in a quick disintegration time of 5-10 seconds and wetting time of 2-5 seconds for all formulas. It concluded that the fast disintegrating tablets using banana peel flour fulfilled the disintegration time requirements. Fast disintegrating tablets using banana peel flour has similar characteristics to the fast disintegrating tablets using croscarmellose sodium as a super disintegrant. Fast disintegrating tablets with concentration of banana peel flour of about 3% have the fastest disintegration time."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alya Putri
"Transfersom adalah agregat yang sangat mudah beradaptasi dan elastis. Piroksikam sebagai salah satu NSAID merupakan pilihan yang sangat layak dalam mengobati nyeri. Namun penggunaan piroksikam sering dikaitkan dengan sejumlah efek samping, terutama pada gastrointestinal, dan termasuk dalam sistem klasifikasi biofarmasetika obat dengan kelarutan yang rendah. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh formulasi transfersom piroksikam menggunakan Tween 20 dan Tween 80 sebagai edge activator dan membandingkan penetrasi in vitro transfersom piroksikam dengan Tween 20 dan Tween 80 dalam sediaan gel. Pembuatan transfersom menggunakan metode hidrasi lapis tipis. Transfersom piroksikam dengan Tween 20 menghasilkan ukuran partikel sebesar 170,5 nm, PDI sebesar 0,357, zeta potensial sebesar -28,7 mV, efisiensi penjerapan 32,442%, dan indeks deformabilitas sebesar 0,429, sementara transfersom piroksikam dengan Tween 80 menghasilkan ukuran partikel sebesar 133,6 nm, PDI sebesar 0,260, zeta potensial sebesar -30,6 mV, efisiensi penjerapan sebesar 34,3041%, dan indeks deformabilitas sebesar 0,269. Uji penetrasi sediaan gel transfersom piroksikam dengan Tween 20 menghasilkan jumlah kumulatif 1769,2085 ± 406,226 μg/cm2 dengan persen penetrasi sebesar 47,6434 ± 9,644 % dan fluks sebesar 191,8 ± 51,84 μg/cm2.jam sementara dengan Tween 80 jumlah kumulatif yang dihasilkan sebesar 1500,8199 ± 297,983 μg/cm2 dengan persen penetrasi sebesar 40,6249 ± 7,43 % dan fluks sebesar 186,12 ± 42,85 μg/cm2.jam. Kedua formulasi tranfersom memberikan hasil yang baik dan uji penetrasi secara in vitro menunjukkan bahwa formulasi gel transfersom piroksikam dengan surfaktan Tween 20 memberikan hasil yang lebih baik dibanding Tween 80.

Transfersomes are highly adaptable and elastic aggregates. Piroxicam as an NSAID is a very feasible option in treating pain. However, the use of piroxicam is often associated with a number of side effects, especially gastrointestinal, and piroxicam is included in the biopharmaceutical classification system with low solubility. This study aimed to obtain a formulation of piroxicam transfersome using Tween 20 and Tween 80 as edge activator and to compare in vitro penetration of piroxicam transfersome with Tween 20 and Tween 80 in a gel preparation. Transfersome making used thin layer hydration. The piroxicam transfersome with Tween 20 resulted a particle size of 170,5 nm, a PDI of 0,357, a zeta potential of -28,7 mV, an entrapment efficiency of 32,442%, and a deformability index of 0,429, while the piroxicam transfersome with Tween 80 resulted a particle size of 133,6 nm, PDI of 0,260, zeta potential of -30,6 mV, entrapment efficiency of 34.3041%, and deformability index of 0,269. The penetration test for transfersome piroxicam gel preparations with Tween 20 resulted in a cumulative amount of 1769,2085 ± 406,226 μg/cm2 with a percent penetration of 47,6434 ± 9,644% and a flux of 191,8 ± 51,84 μg/cm2.hour, meanwhile the cumulative amount with Tween 80 resulted 1500,8199 ± 297,983 μg/cm2 with a percent penetration of 40,6249 ± 7,43% and a flux of 186,12 ± 42,85 μg/cm2.hour. Both tranfersome formulations given good results and in vitro penetration tests showed that the formulation of piroxicam transfersome gel with surfactant Tween 20 gave better results than Tween 80."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Susilowati
"Nasalah bioavaiiabi.litas obat makin banyak mendapat perhatian. Bioekiválensi axitara produk-produk obat yang bersaing te1ah dikemukakan pula. Pembahasart mengena i bloavailabilitas dart bioekivalensi, antara lain menyebabkan perkembangan uji disolusi. IJji disolusi diterapkan pada perneriksaan bloekivalensi. obat, dart mempunyal potensi untuk digimakan lebih: luas dalam bidang industri farmasi. Banyak rnetoda disolusi telah dirancang dan dikembangkan untuk penetapan uji laju diso1usi obat. Dan sekiaia banyak metoda disolusi- yang ditujukan- untuk uji' in vitro dari bentuk sediaaii padat, kami memilih .untuk membandingkan metoda 'basket' dengan metoda 'paddle' pada kapsul Piroxicarn. Tetoda basket dart metoda paddle dilaukan pada kecepatan r&tasi 50 rpm dan 100 rprn. Sebagai medium disolu si digunakan HCI 0,1 N, yang kemudian digunakan pada tern peratur 37 + 0,5 °C. Sampel diambil pada menit ke 5, 10, 15, 20, 25 9 30, 45, 60, 75, 90, 105, dan 120 setelah per cobaan dimülai. Jurnl ah Pirocicam yang melarut dalam medi urn disolusi ditentukan dengan spektropbotometer u.v. pada panjang gelombang maksim'um 334 mm., dibandingkanterha dap larutan Piroxicaal yang telah diketahui kadarnya."
Depok: Universitas Indonesia, 1985
S31937
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jasmine Regita Putri
"Piroksikam merupakan obat non steroid antiinflamasi dengan efek antipiretik dan analgesik. Obat digolongkan ke dalam sistem BCS (Biopharmaceutical Classification System) kelas II yang memiliki tingkat kelarutan rendah namun permeabilitas tinggi. Pada penggunaannya, obat ini memiliki efek samping dapat mengiritasi mukosa gastrik. Untuk mengatasi permasalahan ini, penelitian bertujuan untuk memformulasikan piroksikam dalam bentuk mikroemulsi dengan minyak pembawa virgin coconut oil dan palm oil yang diadministrasikan secara transdermal. Pada penelitian, dilihat kumulatif obat terpenetrasi secara in vitro dengan sel difusi Franz menggunakan membran kulit abdomen tikus betina galur sprague-dawley. Formulasi mikroemulsi yang digunakan ialah minyak kelapa sawit (palm oil) atau virgin coconut oil, etanol 96% sebagai kosurfaktan, span 80 serta tween 80 sebagai surfaktan, propilparaben dan metilparaben sebagai antimikroba, dan butylated hydroxytoluen sebagai antioksidan. Evaluasi dilakukan dengan pengukuran globul sediaan, tegangan permukaan, pH, viskositas, bobot jenis, pengamatan uji stabilitas fisik pada suhu 40±2oC, 28±2oC, dan 4±2oC, cycling test, dan uji sentrifugasi. Uji penetrasi obat kumulatif terpenetrasi pada formulasi virgin coconut oil adalah 2469,037 ± 41,483 μg/cm2 dan jumlah fluks sebesar 4,317 ± 71,845 μg/cm2.jam dengan persentase kadar sebesar 55,347% sedangkan, pada formulasi palm oil sebesar 2030,907 ± 37,713 μg/cm2 dan jumlah fluks sebesar 3,498 ± 67,363 μg/cm2.jam dengan persentase kadar sebesar 40,881%. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa mikroemulsi yang dihasilkan jernih dan stabil. Pada hasil uji penetrasi obat kumulatif, tingkat penetrasi mikroemulsi dengan pembawa virgin coconut oil memberikan jumlah penetrasi zat aktif lebih banyak dibandingkan mikroemulsi dengan pembawa palm oil.

Piroxicam is a non-steroidal anti-inflammatory drug with antipyretic and analgesic effects. Drugs are classified into the BCS (Biopharmaceutical Classification System) class II system which has low solubility but high permeability. Piroxicam has side effect can irritate the gastric mucosa. To overcome this problem, the aim of the study is to formulate piroxicam in the form of microemulsion with carrier of virgin coconut oil and palm oil which administered transdermally. In this study, the calculation of cumulative drug penetrated done by in vitro with Franz diffusion cells using the skin abdominal membrane of female sprague-dawley rats. The microemulsion formulations used were palm oil or virgin coconut oil, 96% ethanol as cosurfactant, span 80 and tween 80 as surfactants, propylparaben and methylparaben as antimicrobials agent, and butylated hydroxytoluene as antioxidants. Evaluation was carried out by measuring the globule of microemulsion, surface tension, pH, viscosity, specific gravity, observing physical stability tests at three different temperature of 40±2oC, 28±2oC, and 4±2oC, cycling test, and centrifugation mechanical stability test. The cumulative drug penetration test penetrated in the virgin coconut oil formulation was 2469,037 ± 41,483 μg/cm2 and the total flux was 4,317 ± 71,845 μg/cm2.hour with a percentage level of 55,347% while, in the palm oil formulation it was 2030, 907 ± 37,713 μg/cm2 and the amount of flux was 3,498 ± 67,363 μg/cm2.hour with a percentage content of 40,881%. Based on results, it concluded formulation used form microemulsion that was clear and stable. In the cumulative drug penetration test results, the penetration rate of microemulsions with virgin coconut oil carrier provides more penetration of piroxicam substances than microemulsions with palm oil carriers."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library