Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Abstrak :
Tanaman Jintan (Plectranthus amboinicus) dikenal sebagai tanaman bangun-bangun, dikenal sebagai salah satu tanaman berkhasiat obat bagi masyarakat Indonesia. Penelitian ini bertujuan menganalisis aktivitas ekstrak daun jintan dan mengetahui efek toksisitas akut pada tikus putih yang diinduksi arthritis. Ekstrak dari daun jintan segar disarikan dengan metode maserasi ethanol 96%, dan diencerkan dengan larutan CMC-Na. Tikus putih Wistar jantan dan betina, umur 2-3 bulan dibagi 5 kelompok: Kontrol, induksi arthritis (P1), induksi artritis dan ekstrak daun jintan dosis 19 g/kgBB (P2), induksi artritis dan ekstrak daun jintan dosis 38 g/kgBB (P3) dan kelompok obat allopurinol 2,5 mg/kgBB (P4). Seluruh kelompok tikus diinduksi arthritis menggunakan uric acid 2% dan oxonic acid 1,5% per oral selama 15 hari berturut-turut. Setelah terbentuk lesi arthritis, diberikan ekstrak daun jintan secara intra peritoneal selama 7 hari. Sampel serum darah diambil sebelum dan sesudah perlakuan untuk mengukur konsentrasi monosodium urea (MSU). Uji toksisitas akut menggunakan 4 kelompok tikus putih Wistar jantan dan betina yang diberi ekstrak daun jintan mulai dosis 1900 mg/kg BB, 3800 mg/kgBB dan 5000 mg/kgBB. Hasil penelitian menunjukkan ekstrak daun jintan secara kualitatif mempunyai kandungan senyawa Flavonoid, Saponin, Polifenol, Terpen dan Antrakuinon. Uji aktivitas ekstrak daun jintan memperlihatkan penurunan konsentrasi MSU (p<0,05) pada kelompok P2 dan P3, sedangkan pada kelompok P1, P4 dan kontrol tidak ada perbedaan (p>0,05) sebelum dan sesudah perlakuan. Uji toksisitas akut ekstrak daun jintan tidak menimbulkan kematian 50% (LD50) dan tidak menimbulkan gejala toksik, gangguan syarafi dan penurunan aktivitas pada semua kelompok perlakuan sehingga ekstrak daun jintan dapat digolongkan sebagai bahan yang ?praktis tidak toksik.
Anti Inflammation Effects and Acute Toxicity of Jintan Leaves (Plectranthus amboinicus) Extract on Arthritis Induced Rats. Jintan plant (Plectranthus amboinicus) is known as bangun-bangun plant and known as one of medicinal plants for Indonesian people. The purposes of this study were to analyze jintan leaves extract activity and to understand acute toxicity effect on arthritis induced rats. Extract were obtained from fresh jintan leaves by ethanol 96% maceration method, then diluted with CMC-Na. White rats strain wistar aged 2?3 months were divided into 5 groups: Control; treatment arthritis induced (P1), treatment arthritis induced given extract dose of 19 g/kg BW (P2); treatment arthritis induced given extract dose of 38 g/kgBW (P3) and treatment group with allopurinol dose of 2.5 mg/kg BW. Arthritis induced was done by uric acid 2% and oxonic acid 1.5% intraperitoneal for 15 days. After formed a lesion arthritis, jintan extract and allopurinol were given for 7 days. Blood serum sample were collected before and after treatment to measure Monosodium Urea (MSU) concentration. Acute toxicity test using 4 groups of Wistar rats given jintan extract starting dose of 1900 mg/kgBW, 3800 mg/kgBW and 5000 mg/kgBW. The results showed that jintan extract contain relative fraction of flavonoid, saponin, polyphenol, terpen and antraquinon. Activity test of jintan extract showed decrease concentration of MSU (p<0.05) in group P2 and P3, while in group P1, P4, and control no differences (p>0.05) before and after treatment. Acute toxicity test showed no lethal dose 50% and there were no toxic symptoms of neurological disorders and physical activity disturbance in all treatment group, so that jintan leaves extract can be classified as ?practically nontoxic? herbal plant.
Universitas Airlangga. Fakultas Kesehatan Masyarakat, 2013
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Phoniex Angellia
Abstrak :
Latar Belakang: Kanker serviks menjadi salah satu kanker penyebab mortalitas tertinggi bagi perempuan. Terapi konvensional kanker serviks memiliki biaya yang tinggi, kesulitan akses terhadap fasilitas, dan berbagai efek samping sehingga mendorong pencarian bahan alternatif terapi kanker serviks. Iler (Plectranthus scutellarioides) merupakan tanaman obat tradisional yang mudah ditemukan dan dikenal oleh masyarakat Indonesia. Iler memiliki kandungan senyawa anti-kanker yang tinggi dan telah teruji menurunkan risiko infeksi Human Papilloma Virus. Penelitian ini ingin menguji efek sitotoksik ekstrak etanol daun iler terhadap sel kanker serviks HeLa. Metode Penelitian: Penelitian ini bersifat eksperimental in-vitro. Daun iler diekstrak dengan maserasi etanol, lalu diencerkan menjadi tujuh serial konsentrasi (3.125ppm, 6.25ppm, 12.5ppm, 25ppm, 50 pm, 100ppm, 200ppm). Perlakuan terhadap kultur sel HeLa terbagi menjadi satu kelompok kontrol negatif, tujuh kelompok konsentrasi ekstrak, dan tujuh kelompok kontrol positif doksorubisin dengan konsentrasi serial yang sama. Dilakukan tiga pengulangan untuk setiap kelompok. Uji MTT terhadap hasil perlakuan memperoleh nilai absorbansi yang menggambarkan inhibisi sel HeLa. Persentase inhibisi digunakan untuk mencari IC50 serta dibandingkan antar kelompok perlakuan untuk menilai perbedaan inhibisi yang bermakna antara kelompok ekstrak dan doksorubisin. Hasil: Nilai IC50 pemberian ekstrak etanol daun iler terhadap sel HeLa adalah 182,578μg/ml. Terdapat perbedaan inhibisi yang signifikan antara kelompok konsentrasi ekstrak 100 ppm dengan doksorubisin 100 ppm (p=0.003). Kesimpulan: Ekstrak etanol daun iler memiliki sitotoksisitas moderat terhadap sel HeLa dengan IC50 sebesar 182,578μg/ml dan perbedaan inhibisi yang bermakna terhadap kontrol positif. ......Introduction: Cervical cancer has become one of the leading death causes for women. Conventional cervical cancer therapies are expensive, difficult to obtain, with numerous side effects, prompting the search of an alternative medicine. Iler (Plectranthus scutellarioides) is a traditional medicinal plant that is well-known among Indonesian people. Iler contains a high concentration of anti-cancer compounds and has been studied for its ability to reduce Human Papillomavirus infection risk. This study aims to determine the cytotoxic effect of ethanolic extract of iler leaf on the HeLa cervical cancer cell line. Methods: In this in-vitro experimental study, iler leaf was extracted using ethanolic maceration and then diluted into seven serial concentrations (3.125ppm, 6.25ppm, 12.5ppm, 25ppm, 50 pm, 100ppm, 200ppm). The treatments given to HeLa cells were divided into one negative control group, seven extract concentration groups, and seven doxorubicin positive control groups. Three samples were used for each group. The MTT assay revealed the absorbance value that indicated HeLa cell inhibition. The inhibition percentage was used to calculate the IC50 value and compared between the extract and doxorubicin intervention groups to see if there was any significance in the difference in HeLa cell inhibition. Results: The IC50 value of the ethanolic extract of iler leaf on HeLa cells is 182,578μg/ml. There is a significant inhibition difference between extract group and doxorubicin group in 100 ppm concentration (p=0.003). Conclusion: Ethanolic extract has a moderate cytotoxicity for HeLa cells with IC50 value of 182,578μg/ml, despite a significant difference compared with the positive control.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Devasya Nathania Kamilla
Abstrak :
Latar Belakang : Karies merupakan penyakit dengan prevalensi tertinggi di dunia dan di Indonesia prevalensi karies mencapai 88,8%. Karies disebabkan oleh bakteri Streptococcus mutans, dalam rongga mulut bakteri Streptococcus mutans serotipe C mendominasi dengan jumlah 70-80%. Selain itu, Streptococcus sanguinis yang merupakan bakteri perintis koloni berkaitan erat dengan pembentukan biofilm. Menurut WHO, 80% populasi dunia masih bergantung pada obat berbahan dasar tanaman karena kurangnya biaya, lebih mudahnya akses dan efek samping. Oleh karena itu, penelitian lebih lanjut mengenai berbagai tanaman obat diperlukan. Salah satunya adalah Plectranthus amboinicus (Lour.) Spreng atau Daun Bangun-Bangun yang merupakan tanaman obat yang memiliki berbagai fungsi antara lain antimikroba. Tanaman ini juga mengandung berbagai senyawa bioaktif seperti Fenol, Carvacrol, Thymol, Neophyatidine, dll yang diketahui memiliki efek antibakteri. Tujuan : Mengetahui efektivitas ekstrak Plectranthus amboinicus (Lour.) Spreng dalam menghambat pertumbuhan dan membunuh bakteri Streptococcus mutans serotipe C dan Streptococcus sanguinis. Metode : Dilakukan uji Kadar Hambat Minimum (KHM) dan Kadar Bunuh Minimum (KBM) untuk mengetahui sifat antibakteri dari ekstrak etanol Plectranthus amboinicus (Lour.) Spreng dengan konsentrasi 50%, 25%, 12,5%, 6,25%, dan 3,125% (v/v) untuk mengetahui pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans serotipe C dan Streptococcus sanguinis. Hasil : Ekstrak etanol Plectranthus amboinicus (Lour.) Spreng dengan konsentrasi 3,125% dapat menghambat pertumbuhan dan pada konsentrasi 50% dapat membunuh bakteri Streptococcus mutans serotipe C. Sedangkan pada konsentrasi 6,25% ekstrak dapat menghambat pertumbuhan dan pada konsentrasi 25% dapat membunuh bakteri Streptococcus sanguinis. Hasil uji statistik One Way Anova menunjukkan adanya perbedaan bermakna antara setiap perlakuan (p<0.05). Kesimpulan : Ekstrak etanol Plectranthus amboinicus (Lour.) Spreng dapat menghambat pertumbuhan dan membunuh bakteri Streptococcus mutans serotipe C dan Streptococcus sanguinis
Background : Caries is a disease with the highest prevalence in the world and in Indonesia the prevalence of caries reaches 88.8%. Caries is caused by Streptococcus mutans, in the oral cavity of the bacteria Streptococcus mutant serotype C dominates with an amount of 70-80%. In addition, Streptococcus sanguinis which is a primary colonizer bacteria related to the formation of biofilms. 1According to WHO, 80% of the world's population still depends on plant-based medicines due to lack of costs, easier access and side effects. Therefore, further research on various medicinal plants is needed. One of them is Plectranthus amboinicus (Lour.) Spreng or Daun Bangun-Bangun which is a medicinal plant that has various functions, including antimicrobial. This plant also contains various bioactive compounds such as Phenol, Carvacrol, Thymol, Neophyatidine, etc. which are known to have antibacterial effects. Objective: To determine the effectiveness of Plectranthus amboinicus (Lour.) Spreng extract in inhibiting growth and killing Streptococcus mutans serotype C and Streptococcus sanguinis. Methods: The Minimum Inhibitory Concentration (MIC) and Minimun Bactericidal Concentration (MBC) tests to determine the antibacterial properties of the ethanol extract of Plectranthus amboinicus (Lour.) Spreng with a concentration of 50%, 25%, 12.5%, 6.25 %, and 3.125% (v/v) to determine the growth of Streptococcus mutans serotype C and Streptococcus sanguinis. Results: Plectranthus amboinicus (Lour.) Spreng ethanol extract with a concentration of 3.125% inhibit the growth and at a concentration of 50% kill Streptococcus mutans serotype C. While at a concentration of 6.25% the extract inhibit the growth and at a concentration of 25% can kill Streptococcus sanguinis. The results of the One Way Anova statistical test showed a significant difference between each treatment (p <0.05). Conclusion: Plectranthus amboinicus (Lour.) Spreng ethanol extract can inhibit growth and kill Streptococcus mutans serotype C and Streptococcus sanguinis
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library