Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Febry Handiny
Abstrak :
ABSTRAK
Pneumonia merupakan penyebab kematian utama anak-anak di seluruh dunia daripada penyakit-penyakit lainnya.. Period prevalence pneumonia pada balita di Indonesia adalah 18,5 per mil. Dari tahun ke tahun terjadi peningkatan jumlah kasus pneumonia di Kota Padang. Inhalasi bahan kimia beracun seperti partikulat juga dapat menyebabkan inflamasi dan kerusakan jaringan di paru-paru sehingga diduga menjadi penyebab pneumonia. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pajanan PM2,5 di udara dengan kejadian pneumonia pada balita yang tinggal di kawasan pemukiman industri dan dan non industri dan faktor risiko lainnya yang dapat menimbulkan pneumonia. Penelitian ini menggunakan desain case control. Sampel terdiri dari masing-masing 51 sampel untuk wilayah industri dan non industri berusia 12 bulan ndash; 60 bulan. Hasil penelitian menunjukkan variabel yang berhubungan dengan pneumonia pada balita adalah ASI eksklusif dan pemberian vitamin A. Sedangkan konsentrasi PM2,5 di udara dan faktor pencemaran dalam ruangan tidak berhubungan dengan kejadian pneumonia pada balita. Kesimpulan didapatkan bahwa pneumonia pada balita dipengaruhi oleh PM2,5 di udara setelah dikontrol variabel letak dapur, ASI eksklusif vitamin A, status gizi, dan imunisasi campak. Di harapkan ibu balita meningkatkan kesadaran memberikan ASI eksklusif, memberikan vitamin dan menjaga kesehatan balita agar terhindar dari pneumonia.
ABSTRACT
Pneumonia is the leading cause of death among children worldwide than any diseases. More than 2 million children aged 1 to 5 years died of pneumonia each year across the region. The prevalence of children pneumonia in Indonesia is 18.5 per mile. From year to year there is an increasing number of cases of pneumonia in Padang, West Sumatera. Inhalation of toxic chemicals such as particulates can also cause inflammation and tissue damage in the lungs that suspected to be the cause of pneumonia. This study aims to analyze the relationship of PM2.5 to incidence of children pneumonia living in industrial and non industrial areas in Padang and other risk factors that lead to pneumonia. This study used case control design. The sample consisted of 51 samples each for industrial and non industrial areas aged within 12 months 60 months. The results indicated that variables associated with pneumonia in children were exclusive breastfeeding and vitamin A. While the concentration of PM2,5 and indoor air pollution factor were not associated to the incidence of pneumonia in children. In conclusion, the incidence of pneumonia in children is affected by the concentration of PM2.5 after controlled by the location of the kitchen, exclusive breastfeeding, vitamin A, nutritional status, and measles immunization. It is recommended to improve the awareness of mothers to give exclusive breastfeeding, provide vitamin A and maintain the health of the children to avoid pneumonia.
2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aqidatul Islamiyyati Elqowiyya
Abstrak :
Identifikasi Pneumocystis jirovecii pada pasien dengan koinfeksi tuberkulosis (TB) paru masih menjadi tantangan karena gambaran klinis maupun radiologis keduanya yang mirip dan P. jirovecii tidak dapat dikultur. Identifikasi P. jirovecii di Indonesia masih berdasarkan pemeriksaan mikroskopik yang seringkali kurang sensitif. Oleh karena itu, dikembangkan teknik real time PCR yang lebih sensitif dan spesifik dengan gen target mitochondrial large subunit (mtLSU) dan mitochondrial small subunit (mtSSU) rRNA. Penelitian ini bertujuan untuk mengoptimasi deteksi gen mitochondrial large dan small subunit rRNA dalam mengidentifikasi P. jirovecii pada pasien terkait TB paru. Penelitian ini menggunakan 26 sampel sputum pasien terkait TB paru. Optimasi teknik real time PCR berupa optimasi konsentrasi primer, probe, suhu penempelan, volume cetakan DNA dan uji reaksi silang dilakukan untuk mendapatkan kondisi yang optimal dalam amplifikasi gen mtLSU dan mtSSU rRNA. Hasil penelitian menunjukkan hasil optimasi deteksi kedua gen tersebut dapat mengidentifikasi P. jirovecii 1 dari 26 sampel (3,84%). Uji real time PCR yang telah di optimasi dalam penelitian ini dapat mendeteksi P. jirovecii pada sampel klinis pasien terkait TB paru. ......Identification of Pneumocystis jirovecii in patients with co-infected pulmonary tuberculosis (TB) is still a challenge because the clinical and radiological features of both are similar and P. jirovecii cannot be cultured. Identification of P. jirovecii in Indonesia is still based on microscopic examination which is often less sensitive. Therefore, a more sensitive and specific real time PCR technique was developed with mitochondrial large subunit (mtLSU) and mitochondrial small subunit (mtSSU) rRNA target genes. This study aimed to optimize the detection of mitochondrial large and small subunit rRNA genes to identify P. jirovecii in pulmonary TB-related patients. A total of 26 sputum samples of pulmonary TB-related patients were collected. Real time PCR technique optimization including the optimization of primer and probe concentrations, annealing temperature, DNA template volume and cross-reaction testing, was carried out to obtain optimal conditions for mtLSU and mtSSU rRNA gene amplification.  The results showed that the optimization of detection for both genes could identify P. jirovecii in 1 out of 26 samples (3.84%). The optimized real time PCR test in this study can detect P. jirovecii in clinical samples of pulmonary TB-related patients.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitrahwati Sudarmo
Abstrak :
ABSTRAK
Pneumocystis jirovecii adalah penyebab infeksi oportunistik di saluran pernapasan bawah pada individu dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah, terutama pada pasien HIV. Pemeriksaan infeksi P.jirovecii di Indonesia masih berdasarkan pemeriksaan klinis dan mikroskopis, yang memerlukan waktu yang cukup lama, kurang sensitif dan spesifik. Karena alasan tersebut dalam penelitian ini dikembangkan uji molekuler real time PCR (rPCR) yang lebih sensitif dan spesifik. Uji rPCR telah berhasil dioptimasi dengan kemampuan deteksi minimum DNA 6,55 copy/μl dan tidak bereaksi silang dengan mikroorganisme yang diuji pada penelitian ini. Dibandingkan dengan uji mikroskopis, uji rPCR memberikan hasil positif 20% lebih tinggi daripada uji mikroskopis. Uji rPCR dapat mendeteksi P.jirovecii pada sampel klinis sputum dan sputum induksi dari pasien HIV dengan pneumonia dengan jumlah sel CD4+ > 200 maupun ≤ 200. Oleh karena itu, uji rPCR yang telah dioptimasi dalam studi ini dapat mendeteksi P.jirovecii pada sampel klinis sputum dan sputum induksi dari pasien HIV dengan pneumonia dengan jumlah sel CD4+ > 200 maupun ≤ 200
ABSTRACT
Pneumocystis jirovecii is the cause of opportunistic infections in the lower respiratory tract in individuals with weakened immune systems, especially in patients with HIV. Examination P.jirovecii infection in Indonesia was based on clinical and microscopic examination, requiring considerable time, less sensitive and specific. Because of these reasons in this study developed a molecular test real time PCR (rPCR) is more sensitive and specific. rPCR test has been successfully optimized with minimum DNA detection capabilities 6.55 copy/μL and do not cross-react with the microorganisms were tested in this study. Compared with microscopic test, test rPCR gives positive result 20% higher than the microscopic test. rPCR test can detect P.jirovecii on clinical samples of sputum and sputum induction of HIV patients with pneumonia with CD4+ cell counts > 200 or ≤ 200. Therefore, rPCR test which has been optimized in this study can detect P.jirovecii in clinical sputum samples and sputum induction of HIV patients with pneumonia with CD4+ cell counts > 200 or ≤ 200
2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tasyaa Fillahihasanah
Abstrak :
Latar belakang: Kanker paru menjadi penyebab kematian terbanyak di dunia. Prevalensi kanker paru terus meningkat seiring dengan peningkatan angka harapan hidup dan menyebarkan faktor risiko kanker. Pasien kanker paru yang sebagian besar berupa KPKBSK rentan untuk mengalami infeksi oportunistik yang terjadi pada saat sistem imun tubuh rendah. Salah satu jamur oportunistik yang dapat menginfeksi adalah Pneumosistis jirovecii yang menyebabkan Pneumosistis Pneumonia (PCP). Deteksi dini pada populasi rentan penting dilakukan untuk mencegah keparahan penyakit. Saat ini, insidensi dan prevalensi PCP pada pasien kanker paru di Indonesia belum cukup jelas akibat rendahnya pemantauan dan pelaporan kasus. Tujuan: Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui prevalensi dan gambaran klinis PCP pada pasien KPKBSK yang belum di kemoterapi di RSUP Persahabatan, Jakarta. Metode: Penelitian merupakan penelitian potong lintang dengan subjek merupakan pasien KPKBSK yang belum di kemoterapi di RSUP Persahabatan. Pasien dilakukan induksi sputum menggunakan NaCl 3% yang kemudian dilakukan prosedur nested-PCR untuk deteksi PCP melalui primer pada gen mtLSU rRNA. Data pasien didapatkan dari rekam medis pasien. Hasil: Total subjek yang mengikuti penelitian sebesar 56 pasien 1 pasien tanpa data histopatologi. Didapatkan prevalensi PCP pada penelitian sebesar 17,9% (10 pasien). Profil klinis pasien KPKBSK di RSUP Persahabatan yang belum dikemoterapi terbanyak pada usia 18-65 tahun sebesar 75,0% (42 pasien), jenis kelamin laki-laki sebesar 62,5% (35 pasien), tampilan status 1 sebesar 39,2% (22 pasien), perokok aktif sebesar 62,5% (35 pasien), Indeks Brinkman kategori ringan sebesar 44,6% (25 pasien), histopatologi terbanyak berupa adenokarsinoma sebesar 78,2% (43 pasien), dan staging terbanyak pada stadium lanjut sebesar 76,8% (43 pasien). Tidak terdapat hubungan yang signifikan (p > 0,05) antara karakteristik sosiodemografis, staging, dan kebiasaan merokok dengan koinfeksi PCP pada pasien KPKBSK yang belum di kemoterapi. Simpulan: Prevalensi PCP pada pasien KPKBSK yang belum di kemoterapi sebesar 17,9%. Karakteristik pasien terbanyak adalah usia 18-65 tahun, laki-laki, tampilan status 1, perokok aktif, Indeks Brinkman kategori ringan, histopatologi adenokarsinoma, serta staging stadium lanjut. Tidak ada hubungan antara karakteristik tersebut dengan kejadian PCP pada pasien pada penelitian. ......Background: Lung cancer has become the leading cause of mortality in the world. Lung cancer prevalence and incidence keep growing for the past years attributed by increased in life expectance and distribution of lung cancer risk factors. Most lung cancer patients, including NSCLC type, are prone to get opportunistic infections when the body immune system weakens. Pneumocystis jirovecii is one of fungal aetiologies to cause this infection in immunocompromised hosts, called Pneumocystic Pneumonia (PCP). Early detection is crucial in susceptible patients to prevent disease progression. PCP incidence and prevalence in NSCLC patients Indonesia is still unknown which could be caused by inadequate case surveillance and reports Objectives: This study aimed to determine PCP prevalence in NSCLC patients without chemotherapy and its clinical profile in Persahabatan Hospital, Jakarta. Methods: This cross-sectional study included NSCLC patients who had not undergone chemotherapy treatments (naïve). Sputum induction with 3% NaCl from patients were tested for PCP with nested-PCR targeting mtLSU rRNA gene. Patients’ characteristics data were obtained from medical records. Results: Data from 56 patients with NSCLC were collected including 1 patient without histology type identified. From this research, about 17,9% patients were tested positive for PCP. Naïve NSCLC patients in Persahabatan Hospital characteristics 75,0% (42 patients) were aged between 18 and 65 years, 62,5% (35 patients) were males, 39,2% (22 patients) had score 1 on performance status, 62,5% (35 patients) were active smokers, 44,6% (25 patients) had mild Brinkman Index, most common histopathology type were adenocarcinoma attributed for 78,2% cases (43 patients), and most patients were on advanced stage for about 76,8% (43 patients). There were no significant association (p > 0,05) between sociodemography, staging, and smoking behaviour and PCP co-infection in naïve NSCLC patients. Conclusion: PCP prevalence in naïve NSCLC patients were 17,9%. Most patients were aged between 18 to 65 years old, male, score 1 on performance status, active smokers, mild Brinkman Index, adenocarcinoma type, and were on advanced stage. No significant association between those factors and PCP in patients.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library