Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dina Natalia Ekawari
Abstrak :
Latar Belakang: Kecemasan sering terjadi pada anak terutama masa pranestesia dan merupakan suatu kondisi dan komplikasi yang sering terabaikan oleh dokter spesialis anestesiologi dalam pelayanan anestesia. Pada studi ini dibandingkan keefektifan ketamin 4 mg/kgbb dosis intranasal dengan ketamin 5 dosis mg/kgbb per oral dalam efek sedasi dan mengurangi kecemasan. Metode: 104 anak secara acak tersamar ganda dibagi dalam 2 kelompok sama banyak. Kelompok pertama mendapat ketamin intranasal (N=51) dan kelompok kedua mendapat ketamin per oral (N=50). Hasil: Anak yang tersedasi baik pada kelompok ketamin intranasal sebesar 45,1% sedangkan pada kelompok ketamin per oral hanya 24% (p<0,05; 2,13E-0,2;0,52). Sebagai anti kecemasan, 68,6% anak pada kelompok ketamin intranasal mudah dipisahkan dari orangtua (efektif) dan hanya 48% anak yang mudah dipisahkan dari orangtua pada kelompok ketamin per oral (p<0,05; 1,03E-0,2;0,48). Hipersalivasi terjadi pada 3,9% anak pada kedua kelompok sedangkan muntah sebesar 4,9% juga pada kedua kelompok. Kesimpulan: sebagai premedikasi pada pasien anak, ketamin dosis 4 mg/kgbb intranasal memberikan efek sedasi dan anti kecemasan yang lebih baik bila dibandingkan dengan ketamin dosis 5 mg/kgbb peroral. Kata kunci: premedikasi, ketamin, intranasal, per oral, sedasi, anti kecemasan.
Background: Anxiety often accompanied children, especially during pre anesthesia and this condition and complication often overlooked by the anesthesiologist in practices. The purpose of our study was to investigate, whether premeditation with ketamine 4 mg/kgbb intranasal or ketamine 5 mg/kgbb orally is more effective to gives sedation and ant anxiety. Method: Hundred and four pediatric patient, in randomized, divided into two equal groups. First group received ketamine intranasal (N=51) and the second group received ketamine orally (N=50). Result: 45.1% children had good sedation in intranasal group, while in oral group is only 24% (p<0,05; 2,13E-0,2;0,52). As for anti anxiety, 68.6% children in intranasal group is easy to be separated from the parents (effective) and only 48% children in oral (p<0,05; 1,03E-0,2;0,48). Hyper salivation occurs in 3.9% children in both groups, while 4.9% children vomit in both groups. Conclusion: 4 mg/kgbb intranasal ketamine gives better sedation effect and better anti anxiety effect compare to 5 mg/kgbb oral ketamine as premedication to pediatric patient. Key words: premedication, ketamine, intranasal, orally, sedation, ant anxiety.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Risha Ayuningtyas
Abstrak :
ABSTRAK
Latar Belakang: Penilaian jalan napas saat ini menjadi suatu standar prosedur yang harus dilakukan setiap kunjungan pra-anestesia, termasuk pada populasi pediatrik. Namun demikian, pedoman yang sudah ada pada populasi dewasa tidak dapat begitu saja dipakai untuk populasi pediatrik.

Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mencari hubungan antara beberapa ukuran parameter kraniofasial dengan skor Cormack-Lehane pada populasi anak di Indonesia.

Metodologi: Data dikumpulkan secara consecutive pada 121 pasien yang akan menjalani anestesia umum. Dilakukan pengukuran jarak tepi bawah bibir ke ujung mentum, jarak tragus telinga ke sudut mulut, jarak angulus mandibula ke ujung mentum, jarak mentohioid, dan jarak horizontal antara angulus mandibula kanan dan kiri. Dilakukan penilaian tingkat kesulitan laringoskopi menggunakan klasifikasi Cormack-Lehane, yang kemudian dibagi menjadi mudah dan sulit laringoskopi. Kemudian dilakukan analisa data untuk mencari hubungan antara ukuran parameter-parameter ini dengan skor Cormack-Lehane.

Hasil: Insidensi skor Cormack-Lehane I sampai IV masing-masing 67,8%; 23,1%; 6,6%; dan 2,5%. Semua ukuran parameter kraniofasial yang diukur memiliki hubungan bermakna dengan skor Cormack-Lehane (p<0,05).

Kesimpulan: Terdapat hubungan bermakna antara ukuran parameter kraniofasial dengan skor Cormack-Lehane.
ABSTRACT
Background: Airway assessment is now becoming a standard of procedure in every pre-anesthesia visit, including in pediatric population. However, guidelines for adults may not be applied readily for pediatric population.

Objective: This study was performed to determine the association between craniofacial parameters and Cormack-Lehane Score in pediatric population in Indonesia.

Methods: We collected data on 121 consecutive patients who were scheduled for general anesthesia. The distance from lower lip to menthom, ear tragus to mouth, mandible angle to menthom, mentohyoid distance, and the horizontal length of right and left mandible were measured. Laryngeal view were graded using the Cormack-Lehane classification and divided into two groups: easy and difficult for laryngoscopic visualization. The association of these parameters with the Cormack-Lehane Score group was analyzed.

Results: The incidence of Cormack-Lehane Score grade I to IV was 67,8%; 23,1%; 6,6%; and 2,5% respectively. All the craniofacial parameters we measured have a significant association with the Cormack-Lehane Score (p<0,05).

Conclusion: There are significant association between craniofacial parameters and Cormack-Lehane Score.
2012
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library