Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2238 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dewi Mutia Rahayu
Abstrak :
Pertalite merupakan produk minyak yang diidentifikasi sebagai cairan yang dapat menyala lalu memicu kilatan api (flash fire) atau ledakan. PT X, sebuah perusahaan distribusi, menggunakan jalur maritim dan kapal tanker untuk mendistribusikan produk minyak ini. Salah satu jenis kapal tanker yang digunakan adalah Self Propelled Oil Barge (SPOB). Risiko tinggi bahaya kebakaran dan ledakan pada kapal tanker berasal dari produk minyak yang tergolong extremely flammable liquid. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pemodelan kuantitatif yang menggunakan data sekunder perusahaan, studi literatur, serta wawancara pekerja. Data tersebut kemudian dianalisis menggunakan perangkat lunak Areal Locations Of Hazardous Atmosphere (ALOHA) berdasarkan skenario terburuk. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis konsekuensi kebakaran dan ledakan dari kebocoran tangki berupa jangkauan radiasi termal dari skenario kebakaran pool fire dan overpressure threat zone dari skenario ledakan vapor cloud explosion. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jangkauan konsekuensi kebakaran pool fire mencapai 95 meter, sementara ledakan vapor cloud explosion mencapai 558 meter. Oleh karena itu, penting bagi perusahaan untuk memperhitungkan konsekuensi kebakaran dan ledakan ini, mempertahankan sistem keselamatan kebakaran dan tanggap darurat yang sudah ada, serta melakukan sosialisasi mengenai konsekuensi kebakaran dan ledakan kepada pekerja, masyarakat, serta pihak dermaga. ......Pertalite is an oil product identified as a flammable liquid that can ignite and cause flash fires or explosions. PT X, a company involved in oil distribution to transport this oil product. One of the tanker types used is the SPOB. The high risk of fire and explosion hazards on tankers arises from the presence of extremely flammable liquids onboard. This research is a descriptive study that utilizes quantitative modeling, including company secondary data, literature reviews, and employee interviews. The data are then analyzed using the ALOHA software based on worst-case scenarios. The aim of this study is to analyze the consequences of fire and explosion resulting from tank leaks, focusing on the thermal radiation coverage from pool fire scenarios and the overpressure threat zones from vapor cloud explosion scenarios. The results of this study indicate that the range of consequences for pool fires reaches up to 95 meters, while vapor cloud explosions can extend up to 558 meters. Therefore, it is crucial for the company to consider the consequences of fire and explosion, maintain the existing fire safety and emergency response systems, and raise awareness among employees, the local community, and the dockyard about the potential risks.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Budiyanto
Abstrak :
Kasus terjadinya kebakaran mengakibatkan kerugian baik secara material maupun kematian. Dampak kerugian semakin terasa apabila objek yang mengalami kebakaran merupakan bangunan vital yang secara langsung berhubungan dengan kesinambungan berputamya perekonomian baik secara mikro maupun makro. Bangunan Industri adalah sarana yang mempunyai fungsi tempat mengelola bahan baku menjadi bahan jadi (kegiatan kerja untuk produksi), sarana perakitan dan kegiatan lain sejenis. Kegiatan dalam Bangunan Industri akan mengalami hambatan bahkan dapat terhenti sama sekali jika terjadi kasus kebakaran. Kerugian yang terjadi dapat meluas sarnpai tingkat keinginan investor baik dalam negeri maupun penanam modal asing dalam melakukan investasinya. Berdasarkan data dari Dinas Kebakaran DKI Jakarta frekwensi terjadinya kebakaran dalam lima tahun belakang hampir 1000 kali pertahunya, khusus untuk Bangunan Industri yang terbakar sebanyak 443 bangunan. Fakta ini tentunya perlu mendapat perhatian terutama yang menyangkut Fire Safety Desain (FSD). Kepekaan perencanaan oleh Manajemen Konstruksi profesional terhadap FSD terutama Sistim Proteksi Pasif pada bangunan industri akan mempengaruhi kehandalan bangunan dalam mencegah terjadinya bahaya kebakaran. Berdasarkan 35 sampel di Kawasan Industri Pulogadung yang ditabulasikan dari 46 yang disebarkan. Hasil penelitian menunjukan Sistem Proteksi Pasif disain jalan lingkungan memberikan kontribusi sebesar 53,4 % terhadap kehandalan bangunan dan kapasitas akses jalan masuk sebesar 28,7 % terhadap kehandalan bangunan dalam mencegah terjadinya kebakaran.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
T996
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dadang Sudiadi
Abstrak :
Masalah pencegahan kejahatan adalah masalah yang sangat penting untuk dikaji. Hal ini selain karena merupakan salah satu perwujudan dari adanya reaksi sosial terhadap kejahatan juga karena pencegahan kejahatan ini adalah salah satu upaya untuk mencegah agar kejahatan tidak terjadi, sehingga apabila suatu kejahatan tidak terjadi, maka aktifitas sosial, ekonomi politik dan budaya akan dapat terlaksana sebagaimana mestinya. Singkatnya individu dalam masyarakat dapat beraktifitas dan berekspresi untuk melakukan peranannya masing-masing. Pemikiran awal dari penyusunan tesis ini adalah karena banyaknya penelitian dalam bidang Kriminologi di Indonesia yang menggunakan teori hanya untuk menjelaskan fenomena kejahatan. Padahal menurut pemahaman penulis teori tersebut dapat dikaji dan dipahami, sehingga berdasarkan pemahaman tersebut dapat dirumuskan suatu strategi untuk melakukan pencegahan kejahatan. Banyak teori, seperti Differential Association, Social Structure and Anomie, Differential Identification, The Conflict of Conduct Norm dan lain-lain tidak hanya dapat digunakan untuk menjelaskan suatu fenomena kejahatan tetapi juga dapat dikaji dan digunakan untuk menentukan strategi pencegahan kejahatan. Namun akhirnya penulis hanya mempunyai kemampuan untuk menerapkan salah satu model pencegahan kejahatan, yang merupakan hasil kajian dari penelitian-penelitian yang dilakukan oleh pars pakar yang tergabung dalam The Chicago School, yaitu konsep Defensible Space dari Newman, yang mengajukan empat indikator, yaitu Territoriality, Natural Surveillance, Image and Melieu dan Safe Area. Konsep Newman ini penting untuk dapat diterapkan dalam suatu lingkungan pemukiman, karena konsep ini mengakui pentingnya penggunaan barrier secara fisik, berupa penghalang-penghalang fisik maupun barrier sosial seperti tingginya tingkat kohesi sosial. Namun temyata kompleks-komplek perumahan yang dibangun, banyak yang kurang memperhatikan konsep ini, bahkan mungkin belum pemah mengenal konsep ini. Oleh karena itu penulis berupaya untuk meneliti apakah suatu kompleks perumahan telah mencerminkan konsep Penelitian yang dilakukan menggunakan metode kualitatif, dengan teknik pengumpulan data wawancara mendalam, observasi dan test case. Wawancara mendalam dilakukan terhadap Ketua RW 022 (Komplek Perumahan Pesona Depok I), Sekretaris RW 022, Koordinator Keamanan RW 022, Komandan Satpam, Anggota Satpam, penghuni kompleks, seorang warga Kampung Mangga, seorang penjaga rumah yang tidak tinggal di dalam kompleks perumahan tersebut, seorang pengurus masjid, dan seorang pembantu rumah tangga. Observasi dilakukan untuk melihat barrier-barrier fisik serta penerangan dan tata letak rumah dan jalan serta untuk melakukan mapping dan untuk melihat kohesi sosial yang terjalin di antara penghuni, observasi dilakukan pada siang hari dan juga pada malam hari. Sedangkan test case dilakukan untuk melihat sensitifitas penghuni dan anggota Satpam terhadap orang luar serta untuk menguji mekanisme kerja dari anggota Satpam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara fisik indikator-indikator defensible space telah tercermin di kompleks ini, seperti adanya portal yang terpasang di pintu gerbang, polisi tidur, pos-pos jaga yang terlihat jelas, adanya benteng dan tebing tinggi yang memisahkan kompleks perumahan dengan dua kampung di sekitarnya, serta pagar hidup berupa tanaman bambu yang ditanam rapat disepanjang sungai yang memisahkan kompleks ini dengan Perumahan Depok II Tengah dan Pesona Depok II. Keberadaan barrier-barrier tersebut menunjukkan bahwa indikator territoriality, secara fisik, telah diterapkan. Begitu juga dengan Natural Surveillance dan Image and Melieu, secara fisik relatif telah diterapkan, walaupun belum diterapkan dengan baik, seperti masih banyaknya pos-pos jaga yang terlihat kosong dan banyaknya lampu penerangan jalan yang sudah tidak berfungsi lagi. Selain dari itu di kompleks ini tidak ada pengaturan anus lalu-lintas, sehingga setiap orang babas menggunakan lajur jalan. Kondisi ini kurang baik bila dikaitkan dengan upaya pencegahan kejahatan, khususnya dalam rangka terselenggaranya Natural Surveillance. Namun secara sosial, indikator-indikator defensible space tersebut belum tercermin dengan baik, Hal ini terjadi karena penghuni kompleks perumahan ini sangat heterogen dengan tingkat mobilitas yang tinggi dan kebanyakan di antara mereka tidak terlalu perduli dengan lingkungan sosialnya, hal ini karena individualitas diantara mereka cukup tinggi. Sebagai bukti dapat dilihat dari kegiatan-kegiatan sosial dan keagaman yang hanya diikuti oleh beberapa orang saja, bahkan pengajian ibu-ibu, hanya diikuti oleh sekitar 6-12 orang saja. Bukti lainya adalah adanya pola penyampaian informasi dan anjuran partisipasi bagi penghuni dengan melalui surat edaran Padahal kekuatan dari konsep defensible space ini, secara sosiologis-kriminologis terletak pada diterapkannya indikator-indikator defensible space secara sosial. Namun karena mayoritas penghuni perumahan Pesona Depoki I dapat dikekatagorikan sebagai memiliki karakteristik kehidupan perkotaan, menurut Clinard dan Meier., hal ini sulit untuk dilakukan.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2001
T7943
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dahlia Suryani
Abstrak :
Influence of Fire Safety Management (FSM) to Building Reliability in Preventing Fire Damage at Hotel Buildings in JakartaJakarta is the center of economic, politic, cultural activities and also the center of the state defense. Along with development in many sectors, numbers of building development grows accordingly with numerous functions: hotel, office, apartment, shop, amusement center, restaurant or a mix at the aforementioned functions. A commercially managed hotel should meet certain standards; one of them is fire prevention through a system that called Fire Safety Manage, rent. The existence of Fire Safety Management is important as most hotel guests have no or little knowledge at how to respond in case of fire. This research on hotel Fire Safety Management is used to observe the correlation between application of Fire Safety Management and reliability of building in preventing and controling the damages caused by fire at hotels in Jakarta. This research uses primary and secondary data. Primary data is gathered by distributing questioners to hotel building managers, data gathered is then analyzed by using statistic program SPSS 10.0 to obtain measurable and relevant indicators to improve reliability at a hotel building. Data analysis shows same parameters in Fire Safety Management, Which are: Pre-estinguishment at fire : 50,0 %, Response to alarm and signal : 33,6 % , other variable from dummy analysis is : Identification potential at fire : 12, 3 %. The result at this research can be used to improve role of Fire Safety Management in building reliability in general and hotel building in specific.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
T8572
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Saflinawati
Abstrak :
Influence of Fire Drills as Part of Fire Safety Management to Safety Performance of Shop Buildings in JakartaFire occurs unexpectedly and must be aware by people because fire is a complex problem. This complexity seems increasing as the technology construction development-increasing fire load, variety of construction material, completion of installation and equipment, and also bigger and higher buildings. The impact of high cost of building constructions tends to make owners minimize some cost especially cost of building safety. Because of that, the meaning and the effort to prevent fire damage must be improved continuously. In accordance with KEPMEN PU 02/KPTS/1985, and Perda DKI No.3 1992 about Fire Safety Management, every building having capacity more than 50 occupants and public place having more than 30 people must have and conduct fire safety management system. Generally, function and task of Fire Safety Management are the same, to conduct inspection and maintenance, coordinate fire safety team, provide training and safety of fire damage, and conduct Fire Drills. Fire Drills could show preparedness quality oftearn entirely and people rescue related to fire occurs. In Jakarta, there are some shopping buildings conduct fire drills at least once a year and are observed directly by Fire Department. In this research, we find that there is positive correlation between Fire Drills and Safety Performance of Shop Buildings. The correlation between Fire Drills and Safety Performance is linear with adjusted R2 = 0.849. This resume has two dominant variables influencing the model, as follows: - Fire Emergency Plan74.0 % - Drill Pattern10.9 %
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
T8980
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eddy Bachri
Abstrak :
Kegiatan di Industri minyak dan gas bumi merupakan industri yang padat modal, berteknologi cukup tinggi namun juga memiliki potensi bahaya yang tinggi pula. Oleh sebab itu pengendalian kecelakaan di industri Migas merupakan hal yang mutlak dilakukan. Di dalam mata rantai usaha untuk mencegah terjadinya kecelakaan maka salah satu faktor yang sangat berperan adalah bagaimana kita mengetahui adanya bahaya yang mengancam sehingga kita dapat melakukan pengendalian terhadap bahaya tersebut. Usaha-usaha untuk mengetahui adanya bahaya disebut sebagai identifikasi bahaya, yang mana saat ini telah tersedia berbagai metoda identifikasi bahaya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana penggunaan metoda identifikasi bahaya yang saat ini tersedia, dilaksanakan oleh perusahaan sesuai dengan masalah yang dihadapinya dalam kaitan dengan adanya kondisi dan tindakan tidak aman yang ada di perusahaan. Penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui jenis metoda identifikasi bahaya yang dapat mengungkap faktor tindakan dan kondisi yang tidak avian yang dominan. Penelitian dilakukan pada 3 buah perusahaan KPS yang mencerminkan perusahaan yang berbasis Eropa / Amerika, Asia dan Indonesia. Data penelitian merupakan data sekunder yang merupakan hasil pelaksanaan identifikasi bahaya yang dilakukan perusahaan dalam kurun waktu tahun 2003 dan wawancara dengan petugas kunci yang menangani identifikasi bahaya di perusahaannya. Metode penelitian adalah metoda deskriftif, semi kualitatif dengan memberikan bobot secara kualitatif pada masing-masing variabel pada pemilihan metoda dan dalam bentuk persentasi untuk menentukan faktor temuan dominan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa metoda Inspeksi Keselamatan Kerja, Observasi pada Audit Keselamatan, Analisa Bahaya Awal (PHA) dan Hazops memiliki kecendrungan temuan pada kondisi tidak aman yang dominan sedangkan metoda observasi memiliki kecenderungan temuan pada tindakan yang tidak aman yang lebih dominan. Selain itu terdapat pula kekurang lengkapan penggunaan metoda identifikasi bahaya pada 2 perusahaan karena metoda yang dipergunakan semuanya memiliki kecendrungan temuan kondisi tidak aman yang dominan, sedangkan masalah kecelakan di perusahaan tersebut yang lebih di dominasi oleh adanya tindakan yang tidak aman. Agar pengendalian bahaya dapat dilakukan secara efektif maka perlu dilakukan kajian terhadap penggunaan metoda identifikasi bahaya pada masing-masing perusahaan untuk memastikan kesesuaiannya dengan masalah kecelakaan yang dihadapi perusahaan.
Oil & gas industry is required high investment, modem technology but also has a high potential hazard due to its operation. Therefore to control such accidents is a mandatory requirement in Oil & Gas industry in Indonesia. To prevent an accident, there is one important chain that must be considered, ie hazard, so if we could control a hazard that means we could eliminate the accidents. There are so many hazard identification methodology are available in the market now. This research is intended to explore the implementation of hazard identification methodology that available in the market to looking for unsafe condition and unsafe act. The research is also intended to know of what kind of hazard methodology that has a dominant finding on unsafe conditions or unsafe acts. The research was conducted at 3 PSC's companies in Indonesia that reflected the Europe 1 American, Asia and Indonesia region. The data for the research was taken from secondary data that resulted from the hazard identification implementation of each companies during the period of 2003 and interview with key personnel who were handling the hazard identification processes. The research methodology was descriptive, semi qualitative with allocated a certain number of qualitative variable on selecting hazard identification methods and in the form of percentage to decide the dominant factor. The result of research shown that Safety Inspection, Safety Audit (physical checking) Preliminary Hazard Analysis and Hazops (Hazard Operability Study) have the tendency to have the unsafe condition findings more dominant than unsafe act findings but the observation method (such as STOP) has a tendency to have unsafe act findings more dominant. It is also indicated that the 2 companies were using incomplete methodology since all current methods that were used have a tendency to looking for the unsafe conditions but the accidents in the companies were majority resulted from unsafe acts. To ensure an effective hazard control was implemented, each company should conduct evaluation on the current methods whether it was still adequate and was reflecting the company's problem (in term of the cause of company accidents).
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T12648
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurhadi Raharjo
Abstrak :
Penyakit tuberkulosis (TBC) masih merupakan masalah kesehatan dan pembangunan dimana Indonesia merupakan negara dengan jumlah kasus terbesar ke tiga di dunia. Cakupan program penanggulangan TBC di Kabupaten Cianjur masih rendah, sehingga Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Cianjur sebagai unit pelaksana di bidang kesehatan pare hares mampu bekerja sama dengan Dinas Kesehatan Kabupaten Cianjur dalam menanggulangi masalah TBC paru di Kabupaten Cianjur. Agar penerapan DOTS di masa yang akan datang dapat berlangsung baik, perlu diketahui penerapan strategi DOTS di BP4 Cianjur saat ini. Penelitian bertujuan mengetahui penerapan strategi DOTS di BP4 Cianjur. Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif yang dibantu dengan analisis data sekunder. Penelitian ini memiliki keterbatasan yaitu hasilnya tergantung pada sejauh mana informan memiliki pemahaman dan keterlibatan terhadap pelaksanaan penerapan strategi DOTS di BP4 Cianjur. Dari basil penelitian diketahui penerapan dengan strategi DOTS di BP4 Cianjur belum optimal dan masih banyak permasalahan yang harus diperbaiki. Apabila dengan segera diperbaiki, BP4 Cianjur dapat menjadi unit pelayanan kesehatan paru yang baik di Kabupaten Cianjur karena BP4 Cianjur mempunyai peluang yang besar dalam penanganan TBC paru. Dalam rangka perbaikan penerapan program di masa yang akan datang, peneliti menyarankan sebaiknya diagnosis disesuaikan dengan Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis yaitu dengan pemeriksaan dahak SPS. Dilakukan penambahan tenaga pelaksana yang jumlah dan jenisnya memerlukan kajian lebih lanjut. Dilakukan upaya peningkatan kemampuan manajemen BP4 Cianjur melalui pelatihan maupun pelimpahan wewenang yang lebih besar disertai dengan pembinaan teknis dan pengawasan yang memadai.. Penyuluhan sebaiknya dikelola dengan baik, perlu disiapkan tenaga khusus yang bertanggung jawab melaksanakan penyuluhan. Apabila memi-ingkinkan segera dibentuk Komite DOTS Kabupaten Cianjur sehingga diharapkan program penanggulangan TBC dapat terkoordinasi dengan baik dalam satu sistem yang terintegrasi.
Analysis on Implementation of Introduction DOTS Strategy in Cianjur Lung Clinic (BP4 Cianjur) to Fight Against Lung Tuberculosis in Cianjur District, 2003-2004 Tuberculosis still remains a major problem of health and development in Indonesia, which placed Indonesia in the third rank of lung tuberculosis cases in the world. Tuberculosis reduction program coverage in Cianjur district is still low, so the Cianjur Lung Clinic (BP4 Cianjur) should be able to collaborate with the Cianjur District Health Office to cope with the lung tuberculosis problem. To ensure the DOTS implementation could be working well, it needs to know how the DOTS implementation in BP4 Cianjur is carried out. This is a qualitative approach study and supported by secondary data. This study has limitation on how the informan has the understanding and involvement on the execution of the DOTS strategy in BP4 Cianjur. The result of this study show that implementation of the lung tuberculosis following the DOTS strategy is not optimal yet and still has a lot of problems that should be taken care. BP4 Cianjur could become the best lung clinic in Cianjur district because BP4 Cianjur has great potential in handling lung tuberculosis. In order to enhance program implementation in the future based on this study, it recommend that the diagnostic of tuberculosis cases should be in compliance with the National Tuberculosis Handbook which uses sputum smear microscopy.. Recruiting more human resources with the numbers and types needs should be studied further. Any effort to improve the management ability of BP4 Cianjur through training and delegation of authority, including technical assistance and appropriate monitoring. Quality training for patients is therefore critical to success, it is important to assign a person who has the responsibility to train people. When it is possible, directly establish DOTS Committee in the Cianjur District, so the lung tuberculosis reduction program could be well organized and coordinated in one integrated system.
Depok: Universitas Indonesia, 2004
T13112
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lihawa, Ronny
Abstrak :
Latar belakang pemikiran dalam tesis ini adalah kondisi dan kualitas hidup masyarakat yang semakin menurun akibat urbanisasi, pengangguran, lemahnya penegakan hukum, dan berbagai perilaku tidak tertib yang tidak ditangani. Kondisi seperti ini apabila dibiarkan sangat berpotensi menimbulkan terjadinya kejahatan. Untuk mengatasi agar tidak terjadi kejahatan maka strategi yang tepat adalah penerapan Pemolisian Masyarakat. Sejak lama dilingkungan Polri telah dibentuk Babinkamtibmas yang ditempatkan pada setiap Desa dan Kelurahan untuk melakukan Pembinaan Kamtibmas dengan bentuk kegiatan pertama, membina kesadaran hukum masyarakat dan kedua membina kesadaran Kamtibmas masyarakat dan ketiga membina partisipasi masyarakat dalam rangka pembinaan Kamtibmas secara swadaya.Kegiatan-kegiatan ini pada dasarnya adalah pencegahan kejahatan yang merupakan juga bagian dari kegiatan Pemolisian Masyarakat. Tesis ini menjelaskan tentang Kegiatan Babinkamtibmas dalam pencegahan kejahatan di Kebayoran Lama Utara. Kebayoran Lama Utara merupakan salah satu Kelurahan dari Kecamatan Kebayoran Lama yang merupakan wilayah Polsek Kebayoran Lama. Permasalahan tesis ini difokuskan pada kegiatan-kegiatan yang dilakukan Babinkamtibmas dalam pencegahan kejahatan. Permasalahan dalam penelitian ini difokuskan pada pertama, pencegahan kejahatan yang dilakukan Babinkamtibmas, kedua, permasalahan yang dihadapi Babinkamtibmas dalam pelaksanaan tugasnya dan ketiga, penerapan kebijakan Pemolisian Masyarakat oleh Babinkamtibmas. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, dengan metode pengumpulan data terdiri dari; studi dokumen, angket, wawancara yang diiakukan secara mendalam, berkelompok maupun perorangan, dan pengamatan terhadap kegiatan-kegiatan Babinkamtibmas Kelurahan Kebayoran Lama Utara. Teori yang digunakan dalam penelitian ini antara lain teori Broken Windows yang dikemukakan oleh Kelling dan Wilson. Teori ini menggunakan perumpamaan kejahatan dengan jendela rusak, yaitu apabila sebuah jendela rusak dibiarkan maka jendela-jendela lainnya akan menyusul dirusak. Oleh sebab itu Polisi bersama masyarakat harus segera melakukan penanganan terhadap berbagai perilaku tidak tertib sebelum hal itu menjadi kejahatan yang lebih besar. Teori lainnya yang penting adalah yang dikemukakan oleh Bayley, bahwa kegiatan pencegahan kejahatan adalah pada dasarnya sama dengan kegiatan Pemolisian Masyarakat yaitu konsultasi, adaptasi, mobilisasi, dan pemecahan masalah. Organisasi kepolisian yang menerapkan Pemolisian Masyarakat akan melakukan kegiatan-kegiatan tersebut sebagai upaya pencegahan kejahatan. Pedoman pelaksanaan tugas Babinkamtibmas yang utama adalah Buku Petunjuk Lapangan tentang Babinkamtibmas tahun 1997, Undang-undang No 212002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia, dan Kebijakan dan Strategi Polri 2002-2004. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa naskah-naskah tersebut tidak dipahami dengan baik oleh Babinkamtibmas disebabkan mereka secara resmi tidak pernah menerimanya, mereka tidak pernah secara khusus mempelajari dan para atasannya tidak pernah memberikan petunjuk tentang ketentuan-ketentuan tersebut. Dari penelitian ini, diperoleh hasil yang menggambarkan; Pertama, Kegiatan pencegahan kejahatan yang dilakukan Babinkamtibmas dapat dikelompokan pada konsultasi, koordinasi, penyuluhan, pelatihan, pembinaan Pam Swakarsa, dan pemecahan masalah. Kegiatan-kegiatan tersebut dilaksanakan tanpa perencanaan yang baik tetapi semata- mata berdasar perintah harian Kapolsek atau karena kebiasaan yang sudah berjalan selama ini. Akibatnya kegiatan tersebut tidak efektif dalam mencegah kejahatan yang terbukti dari peningkatan angka kriminalitas yang cukup signifikan. Kedua, permasalahan yang dihadapi Babinkamtibmas dalam pelaksanaan tugasnya adalah antara lain berbagai petunjuk peiaksanaan tugas yang tidak dijabarkan oleh kesatuan Paid secara berjenjang, bahkan pedoman yang diterbitkan pada masa Polri masih bagian dari ABRI belum diganti. Penghapusan Kanit Bimmas Polsek menyebabkan fungsi supervisor tidak berjalan dengan baik. Para Babinkamtibmas bertanggung jawab langsung kepada Kapolsek yang dalam prakteknya sangat sibuk sehingga kegiatannya berjalan tanpa bimbingan dan pengawasan yang cukup. Babinkamtibmas, jumlah anggota Babinkamtibmas sangat kurang untuk melayani Kelurahan yang padat, dukungan pelaksanaan tugas sangat minim seperti kendaraan angkutan yang sudah sangat tua, ketiadaan alat komunikasi yang memadai, anggaran operasional yang jauh dari cukup, dan permasalahan yang dihadapi sangat kompleks, kemampuan Babinkamtibmas yang rendah akibat pendidikan yang kurang, dan citra Polri yang kurang mendukung pelaksanaan tugas Babinkamtibmas. Ketiga, penerapan konsep Pemolisian Masyarakat masih jauh dari harapan disebabkan antara lain belum samanya persepsi dikalangan anggota Polri tentang konsep tersebut, forum kemitraan Polisi-masyarakat pada berbagai tingkat organisasi Paid belum terbentuk dan berfungsi sebagaimana mestinya, kemampuan pemecahan masalah yang sangat penting dalam Pemolisian Masyarakat seperti identifikasi masalah, analisa masalah, menyusun rencana penanggulangan dan evaluasi kegiatan tidak dipunyai Babinkamtibmas, dan sistim rekrutmen, pendidikan, dan penugasan yang kurang baik. Penerapan Pemolisian Masyarakat dengan baik akan meningkatkan efektifitas pencegahan kejahatan,untuk itu Pemolisian Masyarakat harus dijadikan strategi organisasi Poiri.Babinkamtibmas sebagai petugas utama Pemolisian Masyarakat harus dibekali dengan berbagai ketrampilan untuk mendukung pelaksanaan tugasnya. Manajemen kegiatan Babinkamtibmas harus mendapat prioritas untuk dilakukan pembenahan agar dapat efektif melaksanakan tugasnya.
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2004
T13407
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erdi Aron Primariawan
Abstrak :
Kebakaran adalah suatu peristiwa tidak terduga dan menimbulkan banyak kerugian. Hal ini dapat terjadi pada gedung-gedung yang tidak memiliki sistem perlindungan serta manajemen kebakaran dan keselamatan. Para pengelola gedung khususnya gedung tinggi perkantoran, harus memiliki beberapa standar kebakaran, salah satunya adalah design sistem proteksi pasif. Design sistem proteksi pasif sangat penting bagi bangunan sebagai sistem untuk menahan penjalaran asap dan api dalam bangunan saat terjadi bahaya kebakaran. Penelitian ini digunakan untuk meneliti komponen kinerja design sistem proteksi pasif apa saja yang mempengaruhi keandalan bangunan dalam hal keselamatan terhadap bahaya kebakaran. Penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder. Data primer didapat dengan menyebarkan 90 kuesioner ke gedung-gedung tinggi perkantoran di DKI Jakarta. 34 kuesioner telah diterima dan kemudian 27 kuesioner dianalisa dengan menggunakan program statistik SPSS 11.00 untuk mendapatkan pengukuran dan indikator-indikator yang relevan. Pengolahan data menunjukkan beberapa parameter design sistem proteksi pasif yang terdiri dari (1) design tanda-tanda penunjuk jalan keluar=56,6%, (2) design pintu penyekat api=20% dan design tempat parkir=6,3%. Hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai persyaratan design bangunan tinggi perkantoran dalam mengurangi dampak bahaya kebakaran.
The fire damage occurs in unpredictable time and can cause losses to owner because of damage. It can occur in buildings that do not have Fire Protection and Fire Safety Management System in the building. A building management, especially for high-rise office building, should meet certain standards; one of them is fire prevention through a passive protection system design. The existence passive protection system design is important for building as a system for containing fire and smoke in case of fire. This research is used to observe factor of passive protection system design that influence the reliability of building in preventing and controlling the damages used by fire in high-rise office building. This research uses primary and secondary data. Distributing 90 questionners gather primary data to various high-rise offices building in DKI Jakarta. 34 responses were received to be viable for in, dept analysis, 27 data gathered is then analyzed by using statistic program SPSS 11.00 to obtain measurable and relevant indicators. Data analysis shows same parameters in Fire Safety Management, which are (I) design of exit sign = 56,6%, (2) design of fire resisting doors = 20% and design of parking area = 6,3%. The result at this research can be used as a minimum design requirement for high-rise office building design, for its reliability in fire safety design.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
T14747
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Noegroho Ary Wibowo
Abstrak :
Struktur kota yang paling mudah dilihat adalah kawasan gedung tinggi. Kawasan gedung tinggi merupakan ciri khas dari kota besar. Rancangan kawasan terbangun suatu kota memberikan makna, ekspresi dan identitas dalam urbanisasi. Setiap bangunan memiliki semangat dari masanya. Kawasan gedung tinggi sebagai identitas pusat kota merupakan ciri kota-kota besar di dunia. Gedung tinggi tersebut disebut skyscraper atau pencakar langit. Gejala ini sekarang telah menyebar ke kota-kota besar berpenduduk lebih dari satu juta jiwa. Demikian pula di Jakarta dimana banyak terdapat gedung tinggi perkantoran yang menjadi salah satu pusat kegiatan masyarakat dan rawan terhadap bahaya kebakaran. Sehingga diperlukan perlengkapan keselamatan dari bahaya kebakaran dalam gedung tinggi diantaranya adalah Active Fire Protection System (sistem proteksi aktif kebakaran). Dalam penelitian ini dibahas bagaimana peran desain sistem proteksi aktif terhadap keandalan bangunan tinggi perkantoran. Penelitian dilakukan dengan mengambil sampel melalui kuesioner ke 5 wilayah DKI Jakarta kepada para pengelola bangunan tinggi khusus perkantoran. Dimana dalam kuesioner mengandung 33 variabel bebas komponen sistem desain proteksi aktif dan variabel terikat yang merupakan keandalan sistem proteksi aktif terpasang. Sampel kemudian diolah dengan software SPSS 11.0 untuk mendapatkan model pengaruh desain sistem proteksi aktif terhadap keandalan bangunan tersebut. Model regresi Linier keandalan yang diperoleh diwakili oleh variabel mutu sistem deteksi dan alarm kebakaran dengan pengujian kelayakan sistem hydran. Penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai referensi bagi Building Management untuk bagaimana mengelola kinerja sistem proteksi aktif dalam bangunan tinggi perkantoran.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
T14750
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>