Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dion Darius Samsudin
Abstrak :
ABSTRAK
Latar belakang: Diare akut merupakan masalah kesehatan yang penting dengan morbiditas dan mortalitas yang cukup tinggi. Perubahan komposisi mikrobiota usus pada diare akut ditandai dengan menurunnya komposisi bakteri yang menguntungkan bagi tubuh, yaitu Bifidobacterium dan Lactobacillus, dan peningkatan bakteri patogen seperti Enterobacter dan Clostridium. Kondisi ini disebut disbiosis. Pemberian probiotik pada kasus diare akut dapat mengatasi disbiosis, mempercepat masa penyembuhan, dan mengurangi komplikasi. Sampai saat ini, belum terdapat penelitian di Indonesia mengenai pemberian probiotik untuk mengatasi disbiosis pada diare akut. Tujuan: Membuktikan bahwa terjadi disbiosis pada diare akut, yang dapat diseimbangkan dengan pemberian probiotik. Metode: Studi uji klinis, kontrol plasebo, dilakukan di RSUD Budhi Asih Jakarta, sejak Januari hingga Maret 2018. Penelitian melibatkan 36 orang anak berusia 6-48 bulan yang datang dengan keluhan diare akut. Spesimen tinja diperiksa menggunakan teknik non culture real time PCR untuk mendeteksi jumlah Lactobacillus, Bifidobacterium, Enterobacter, Clostridium dan all bacteria, kemudian dilakukan pemberian probiotik atau plasebo selama 5 hari, kemudian dilakukan pemeriksaan mikrobiota kembali 2-3 minggu kemudian. Hasil: Jumlah bakteri Lactobacillus lebih tinggi pada kelompok diare akut dibandingkan anak sehat yaitu dalam median jarak interkuartil : 1,52x103 1,22x104 vs 6,87x10 2,41x102 p
ABSTRACT
Background Acute diarrhea is an important health problem with high morbidity and mortality. During acute diarrhea, changes in gut microbiota is marked by decreased of beneficial microbes such as Bifidobacterium and Lactobacillus, and increase of pathogenic bacteria such as Enterobacter and Clostridium, which is also known as dysbiosis. Treatment with probiotic may help to repair dysbiosis, quickens healing time, and decrease complications. Currently there is no research to investigate dysbiosis in acute diarrhea in Indonesia.Objective To prove that there is dysbiosis during acute diarrhea, and can be normalize by giving probiotic.Methods Placebo controlled, unblinded clinical trial was performed in RSUD Budhi Asih, Jakarta from January until March 2018. 36 children age 6 48 months with acute diarrhea were enrolled. Fecal specimen was taken and analyzed using non culture real time PCR to detect the presence of Lactobacillus, Bifidobacterium, Enterobacter, Clostridium, and all bacteria. Children were then given probiotic or placebo for 5 days. Second fecal sample was taken 2 3 weeks afterwards.Results Higher amount of Lactobacillus are observed in children with acute diarrhea vs healthy control with a median interquartile range 1,52x103 1,22x104 vs 6,87x10 2,41x102 p
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
SP-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tri Damayanti
Abstrak :
Latar Belakang: Di Indonesia, prevalensi kanker pada anak usia 0-14 tahun sekitar 0,4 per mil, dengan Leukemia Limfositik Akut (LLA) merupakan yang tertinggi. Kemoterapi fase induksi dan konsolidasi merupakan terapi untuk mengeliminasi sel kanker dengan efek samping penurunan laju alir dan pH saliva. Efek samping timbul pada hari ke 5-10 setelah kemoterapi dan berlangsung selama 7-14 hari. Tujuan: Menganalisis pengaruh probiotik Lactobacillus casei terhadap laju alir dan pH saliva pada anak penderita LLA yang sedang menjalani kemoterapi, sebelum dan setelah berkumur probiotik. Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan uji eksperimental klinis yang dilakukan pada 11 partisipan anak penderita LLA yang sedang menjalani kemoterapi fase induksi dan konsolidasi. Pemeriksaan klinis status oral dan wawancara mengenai adanya mulut kering juga dilakukan. Pengambilan sampel saliva dilakukan pada pagi hari antara pukul 09.00-11.00 WIB, sebelum dan setelah berkumur probiotik selama 7 dan 14 hari. Setiap partisipan diinstruksikan untuk berkumur probiotik selama 2x30 detik, pagi dan malam, selama 14 hari. Analisis data menggunakan GLM Repeated Measure karena data terdistribusi normal (p<0,05), untuk membandingkan laju alir dan pH saliva sebelum dan setelah berkumur probiotik selama 7 hari hingga 14 hari. Hasil: Sebanyak 11 partisipan, 9 (81,8%) LLA berisiko tinggi, dan risiko standar 2 (8,2%), 7 (63,6%) partisipan memiliki keluhan mulut kering. Sebelum berkumur probiotik, laju alir dan pH saliva masing-masing adalah 0,56±0,17 dan 6,79±0,22. Setelah 14 hari berkumur probiotik, hasil menunjukkan peningkatan yang signifikan pada laju alir saliva menjadi 0,9±0,28 (p<0,05), sedangkan pH saliva meningkat namun tidak signifikan menjadi 6,99±0,51 (p>0,05). Kesimpulan: Berkumur probiotik selama 14 hari secara signifikan dapat meningkatkan laju alir saliva dan meningkatkan serta menjaga kestabilan pH saliva pada anak penderita LLA yang sedang menjalani kemoterapi. ......Background: In Indonesia, prevalence of cancer in children aged 0-14 years is around 0.4 per mil, and Acute Lymphocytic Leukemia (ALL) is the highest. Induction and consolidation chemotherapy phase were therapy to eliminate cancer cells with side effects of decreasing salivary flow and salivary pH. Side effects appear on day 5-10 after chemotherapy and last for 7-14 days. Objective: To analyze effect of probiotics Lactobacillus casei on salivary flow and pH in children with ALL undergoing chemotherapy, before and after probiotics gargling. Methods: A randomized clinical trial was conducted on 11 participants children with ALL on induction and consolidation phases in chemotherapy. Clinical examination of the oral status and interview regarding the presence of dry mouth were also done. Saliva samples were collected in the morning between 09.00-11.00 a.m., before and after 7 and 14 days probiotics gargling. Each participant was instructed to gargle probiotics for 2x30 secs, morning and night, for 14 days. Data analysis using GLM Repeated Measure because the data was normally distributed (p<0.05). Results: A total of 11 participants, 9 (81.8%) were ALL high risk, and standard risk 2 (8.2%), 7 (63.6%) participants had dry mouth sensation. Before gargling probiotics, salivary flow and salivary pH were 0.56±0.17 and 6.79±0.22, respectively. After 14 days of probiotics gargling, results showed significant increase in salivary flow to 0.9±0.28 (p<0.05), while salivary pH changed unsignificantly to 6.99±0.51 (p>0.05). Conclusion: Probiotics gargling for 14 days can significantly increase salivary flow and improve stability of salivary pH in children with ALL undergoing chemotherapy.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2021
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library