Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rajagukguk, Basaria
Abstrak :
Perusahaan EPC dituntut untuk bersaing dalam industri yang sangat kompetitif dengan margin keuntungan tipis. Kualitas rancangan adalah salah satu faktor krusial untuk memastikan proyek berjalan mulus dan menghasilkan keuntungan. Studi terdahulu menemukan bahwa sekitar 70% aktivitas pekerjaan pada proyek konstruksi adalah aktivitas yang tidak bernilai tambah dimana mayoritas proyek berakhir dengan keterlambatan dan pembengkakan biaya. Hal serupa terjadi pada proyek yang dikerjakan PT. XYZ. Kerangka lean information akan digunakan untuk mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor pemborosan pada fase perancangan proyek EPC. Sebanyak 28 faktor pemborosan berhasil diidentifikasi lewat studi literatur mendalam. Kemudian, uji validitas dan reliabilitas dilakukan untuk mendapatkan indikator yang valid dan andal. Uji korelasi selanjutnya dilakukan terhadap masing-masing indikator dan kategori pemborosan. Selanjutnya analisis statistik deskriptif dan relative index dilakukan untuk mendapatkan peringkat faktor pemborosan dominan. Penelitian ini menghasilkan tujuh faktor pemborosan dominan yaitu X14 (menunggu dokumen yang dibutuhkan), X5 (rapat yang terlalu lama, X17 (menunggu respon atas dokumen), X15 (menunggu persetujuan dokumen), X13 (mengerjakan dokumen dengan basis informasi yang sudah outdated), X24 (informasi yang tersedia salah), dan X23 (mengerjakan dokumen demi target yang tidak realistis). Implikasi manajerial dari penemuan ini adalah perusahaan perlu berfokus pada: (1) perencanaan proyek yang efisien, (2) aliran informasi yang lebih ramping, (3) aktivitas berbasis pull-planning, (4) pengembangan yang berkesinambungan, dan (5) komitmen dalam pengembangan sumber daya manusia. ......EPC company is challenged to compete in a cut-throat industry with many competitors and slim profit margin. The engineering quality is the most crucial factor to ensure project runs smoothly and still profitable. Previous studies revealed that 70% of activities in a construction project is non-added value activities. Coherently, historical results showed that most of projects run by PT. XYZ ended up in delay and cost overrun which reduced company's profit. Lean information framework was utilized to analyze factors that contribute to waste of cost during the engineering phase of the EPC project. Through a extensive literature review, 28 waste factors were identified. Validity and reliability test were employed to get valid and reliable indicators. Then, correlation test was carried out to determine all indicators that correlated with waste of cost. Furthermore, the correlated indicators were ranked using descriptive statistic and relative index analysis. The result showed that there are seven dominant factors which are X14 (wait for the needed documents), X5 (the meetings are too far and too long), X17 (wait for the feedback of information), X15 (wait for the documents' approval), X13 (produce the documents with outdated information), X24 (error of provided information), and X23 (produce the dummy document to meet target). The managerial implications are PT. XYZ should focus on: (1) efficient planning, (2) streamlined information flow, (3) pull-based planning activities, (4) continuous improvement, and (5) human resource development.
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sherly
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbedaan jumlah perusahaan yang masuk ke dalam kategori default pada masa sebelum pandemi dan saat pandemi COVID-19. Penelitian juga mempelajari apakah manajemen laba (earnings management) memiliki korelasi dengan probabilitas default saat pandemi COVID-19 khususnya perusahaan non keuangan di Indonesia. Data penelitian diperoleh dari Bursa Efek Indonesia periode 2019 – 2021, probabilitas default dihitung dengan menggunakan KMV-Merton Model dan manajemen laba menggunakan metode Dechow F-Score (2011). Hasil penelitian menunjukkan terdapat peningkatan jumlah perusahaan yang masuk dalam kategori default pada masa pandemi COVID-19 dan hasil uji menunjukan bahwa manajemen laba tidak memiliki korelasi terhadap probabilitas default. Berdasarkan hasil uji, kedua model tidak dapat menggambarkan hubungan antar variabel dengan baik karena KMV-Merton melakukan perhitungan perubahan akun jangka panjang sementara Dechow F-Score memperhitungkan perubahan akun akrual jangka pendek. ......This study aims to see the difference in the number of companies that fall into the default category during the pre-pandemic period and during the COVID-19 pandemic. The research also studies whether earnings management has a correlation with the probability of default during the COVID-19 pandemic, especially non-financial companies in Indonesia. The research data was obtained from the Indonesia Stock Exchange for the period 2019 - 2021, the probability of default was calculated using the KMV-Merton Model and earnings management using the Dechow F-Score method (2011). The results showed that there was an increase in the number of companies in the default category during the COVID-19 pandemic and the test results showed that earnings management had no correlation with the probability of default. Based on the test results, both models cannot describe the relationship between variables well because KMV-Merton calculates long-term account changes while Dechow F-Score takes into account short-term accrual account changes.
Depok: Fakultas Ekonomi dan BIsnis Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Scheltema, A.M.P.A.
Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1985
331.216 SCH dt
Buku Teks  Universitas Indonesia Library