Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Febri Kurniawan Widyantoro
"Bluetooth merupakan teknologi nirkabel yang menjanjikan bagi peralatan elektronik dan divais mobile. Teknologi ini beroperasi pada frekuensi 2,4 GHz dan berdaerah jangkauan hingga 100 meter. Dibandingkan dengan teknologi nirkabel lainnya, seperti 802.11 dan IrDA, Bluetooth mempunyai keunggulan dalam efisensi, biaya dan konsumsi daya yang lebih kecil, dan juga dapat menyediakan layanan ad hoc. Kecepatan data rate hingga 732 Kbps memungkinkan tak hanya transmisi web dan email, tetapi juga konferensi video dan streaming siarang langsung. Namun, risiko kendala interferensi, keterbatasan jangkauan, dan kehilangan data menjadi ancaman tersendiri. Belum banyak penelitian mengenai video streaming melalui Bluetooth yang telah dilakukan, hal itu menjadi sebuah tantangan menarik untuk mengembangkannya lebih lanjut.
Skripsi ini memfokuskan pada perbandingan kinerja implementasi pseudo video streaming menggunakan RFCOMM dan OBEX Bluetooth protokol pada sisi client, khususnya user interface pada smartphone. Layanan ini diberikan dari server ke client (smartphone). Aplikasi didesain dan dibangun menggunakan platform J2ME dan Netbeans Mobility 5.5.1 sebagai Integrated Development Environment (IDE). Hasil kinerja menunjukan protokol RFCOMM lebih baik daripada protokol Obex diukur berdasarkan waktu pencarian divais bluetooth lainnya. Sedangkan untuk transfer file kinerja Obex lebih baik ketimbang RFCOMM.

Bluetooth is the promising wireless technology for electronic and mobile devices. It operates on 2,4 GHz frequency and up to 100 meter range area. In comparison with other wireless technology, such as 802.11 and IrDA, Bluetooth has advantage in efieciency, lower cost and power consumption, and also can provide ad hoc services. Speed data rate up to 732 kbps allow not only transmission of the web and e-mail, but also audio/video conferencing dan streaming of live shows. But, the problem?s risk of interference, limitation range area, and data loss be a threat apart. There are not many research yet have been done about video streaming over Bluetooth, and for the further this is an opportunity and challenge for the researcher to develop it.
This final project focuses on the comparison of pseudo video streaming implementation using OBEX and RFCOMM Bluetooth protocol on client side, especially user interface at smartphone. This service is given by computer server to client (smartphone). Application is designed dan developed using Java 2 Micro Edition (J2ME) platform and Netbeans Mobility 5.5.1 as Integrated Development Environment (IDE). The performance show that the RFCOMM is better than Obex on service discovery. But for transfer file data the Obex is much better that RFCOMM.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S40506
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Andika Putra Perkasa
"Dalam skripsi ini dibangun sebuah test bed untuk menguji koneksi dari IPv4 yang berada di balik NAT agar dapat berhubungan dengan host IPv6. Hal ini sebagai simulasi apabila pada nantinya ketika jaringan IPv6 telah tersebar luas maka jaringanjaringan IPv4 yang menggunakan NAT tetap dapat terkoneksi. Pada pengujian akan dilakukan analisa terhadap parameter-parameter yang ada untuk mengetahui kinerja yang terjadi. Parameter yang diuji antara lain Throughput, Latency, dan Packet Loss. Aplikasi yang digunakan dalam skripsi ini adalah video streaming. Pengujian akan dilakukan dalam tiga tahap, yang pertama adalah pengujian video streaming yang diterapkan pada jaringan NAT IPv4 yang terhubung dengan host IPv4. Lalu tahap berikutnya adalah pengujian video streaming yang diterapkan pada jaringan NAT IPv4 yang terhubung dengan host IPv6. Dan yang terakhir adalah pengujian video streaming pada jaringan IPv6 murni.
Dari hasil uji coba didapatkan latency yang dihasilkan mekanisme teredo lebih besar 5,4% dibandingkan NAT IPv4 dan lebih besar 5,6% dibandingkan IPv6, dengan kata lain pada mekanisme teredo pengiriman video akan berjalan lebih lambat disbanding dua konfigurasi lainnya.
Throughput yang didapat teredo lebih besar 5,3% dibandingkan dengan jaringan IPv6 dan dan lebih besar 6,66% dibandingkan dengan jaringan NAT IPv4, dengan kata lain untuk file berukuran besar, teredo mempunyai bandwidth yang cukup besar dibandingkan kedua konfigurasi lainnya. Pengujian ini menujukkan hasil yang positif, mekanisme teredo yang diuji dapat dipakai sebagai solusi pada jaringan NAT IPv4 yang ingin terhubung dengan jaringan IPv6.

In this research test bed will be build to try the conectivity from NAT IPv4 to IPv6. So, in the future, all the IPv4 NAT network still can connected to IPv6 network. In this paper, we will analyze 3 parameters, there are Throughput, Latency, and Packet Loss. Aplication that will be use for this research is video streaming. Testing will be held three times. First is in ordinary NAT IPv4 network, second is in teredo method and the last one is in ordinary IPv6 network.
From the experiment, Latency of teredo 5,4% longer than NAT IPv4 and 5,6% longer than IPv6, in other word by using teredo video transfer rate will be slower than two other configuration.
Throughput result in teredo showed 5,3% bigger than IPv6 and 6,6% bigger than NAT IPv4, it means for bigger file teredo bandwidth is bigger than two other configuration and can transfer data faster. This research had given proper result, teredo mechanism could be use for NAT IPv4 network to be connected with IPv6 network.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S40448
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ihtiar Nur
"Skripsi ini menguji coba penerapan video streaming dengan menggunakan aplikasi VideoLAN Client (VLC) dan Helix Streaming Server pada jaringan testbed. Konfigurasi topologi jaringan yang diterapkan adalah jaringan Ipv6, jaringan IPv4, jaringan menggunakan metode tunneling 6to4. Jaringan lokal yang digunakan menggunakan perangkat dua buah mobile computer, router cisco 3800 dan 3700 series, dan sebuah layer 2 switch. Parameter ukur yang diamati dibatasi pada variabel yang mempengaruhi kualitas video streaming seperti bit rate dan frame rate.
Uji coba VLC dilakukan dengan melakukan streaming file berformat .mpg dan .mp4 yang masing-masing berdurasi 60 detik. Streaming dilakukan 10 kali untuk masing-masing file pada tiap konfigurasi jaringan. Dari hasil uji coba didapatkan bahwa terjadi penurunan bit rate pada sisi client jika dibandingkan dengan bit rate asli pada server. Penurunan bit rate di mana VLC berperan sebagai server adalah sebagai berikut: jaringan IPv4 (11.5%), jaringan IPv6 (9.98%), dan jaringan tunneling 6to4 (11.43%). Sementara frame rate file asli dan hasil streaming tidak mingindikasikan adanya penurunan di mana aslinya memiliki frame rate 29.97 fps dan hasil streaming rata-rata memiliki frame rate 30 fps.
Sementara streaming dengan menggunakan Helix Streaming Server dan Real Player pada client dengan file-file berformat .mp4 dan .rm yang divariasikan besar bit rate dan frame rate-nya. Hasilnya adalah tetap terjadi penurunan bit rate sebesar untuk file .rm (0.29 %) untuk tiap topologi, namun bit rate tetap stabil untuk file .mp4. Sementara untuk frame rate terjadi penurunan pada hasil streaming sebagai berikut: jaringan IPv4 (3%), jaringan IPv6 (4%), dan jaringan tunneling 6to4 (4%)."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S40581
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Khairil Irfan
"IPv6 adalah internet protokol generasi terbaru yang diciptakan oleh IETF untuk menggantikan IPv4. Kebanyakan jaringan saat ini masih menggunakan IPv4, dimana persediaan IPv4 sudah semakin menipis. Untuk mengatasi hal ini, IETF menciptakan IPv6 untuk mengatasi kekurangan IPv4 dan mengantisipasi kebutuhan jaringan internet masa depan. Walaupun IPv6 lebih unggul dalam hal routing, konfigurasi otomatis, keamanan, QoS dan mobilitas dibandingkan IPv4, peralihan menuju IPv6 tidak dapat dilakukan dengan instan. Jaringanjaringan yang ada saat ini akan melalui masa transisi yang akan memakan waktu hingga bertahun-tahun. Untuk itu diperlukan suatu cara agar masingmasing jaringan, IPv6 dan IPv4, dapat saling berkomunikasi. Ada banyak metode transisi yang telah dikembangkan untuk mengatasi masalah ini. Metode transisi yang utama adalah dual stack, tunneling, dan translation.
Skripsi ini akan menguji dan membandingkan unjuk kerja salah satu metode transisi, yaitu metode tunneling teredo, berdasarkan unjuk kerja aplikasi spesifik web server Apache. Parameter utama pengujian pada skripsi ini adalah total request/second, transfer rate, dan total waktu koneksi. Aplikasi pengujian yang digunakan yaitu perangkat lunak ApacheBench. Uji coba dilakukan pada jaringan test-bed lokal di Departemen Elektro FTUI dengan menggunakan 4 buah PC. Pengujian dilakukan dengan dua cara untuk mengetahui unjuk kerja teredo dibandingkan IPv4 murni dan IPv6 murni. Pengujian pertama dilakukan berdasarkan jumlah koneksi tertentu, dan pengujian kedua dilakukan berdasarkan waktu tanggapan maksimum tertentu.
Hasil uji coba menunjukkan bahwa total request/s teredo lebih rendah 13.537% dibandingkan dengan IPv4 murni, dan lebih rendah 10.943% dibandingkan IPv6 murni. Transfer rate teredo didapat lebih rendah 17.036% dibandingkan IPv4 dan lebih rendah 15% dibandingkan IPv6. Pengujian juga memperlihatkan bahwa total waktu koneksi teredo lebih tinggi 24.164% dibandingkan dengan IPv4 dan lebih tinggi 13.605% dibandingkan IPv6. Walaupun hasil uji coba menunjukkan unjuk kerja paling rendah pada topologi teredo, hal ini masih dapat diterima mengingat teredo merupakan solusi terakhir konektivitas IPv6 bagi host IPv4 yang berada dibelakang NAT.

IPv6 is the next generation protocol designed by the IETF to replace the current version of the Internet Protocol, IPv4. Most of today's Internet uses IPv4, which have fundamental problems in todays network, specifically the growing shortage of IPv4 addresses. As a result, IETF defined IPv6 to fix the problems in IPv4 and to add many improvements to cater for the future Internet. These improvements come in different areas such as routing, autoconfiguration, security, QoS, and mobility. Despite of IPv6’s improvements, the migration to IPv6 will not happen over night. Many network will go through a transition period that might last several years. In this case communication should be possible across the boundary of the coexisting networks. Many transtition mechanism has been developed to make this communication possible. The main transition mechanisms are Dual Stack, Tunnelling and translation.
This research will evaluate the performance of one of the available tunneling mechanism, that is teredo, based on specific application Apache web server. The primary performance metrics in this research is the total request per second, transfer rate, and total connection time. ApacheBench is used for measuring performance. This research conducted using local network test-bed at Electrical Engineering Department, University of Indonesia, using 4 PC. The experiments were conducted in two ways to compare the performance of teredo with native IPv4 and native IPv6. First the performance metrics is measured based on maximum request. Second the performance metrics is measured based on maximum timelimit.
Experimental result from this research show that the teredo’s total request per second is lower by 13.537% compared with IPv4 and lower by 10.943% compared with IPv6. Furthermore, teredo transfer rate’s is lower by 17.036% compared with IPv4 and lower by 15% compared with IPv6. The experiment also show that teredo total connection time is higher by 24.164% compared with IPv4 and higher by 13.605% compared with IPv6. Despite of teredo’s lower performance, this value is still acceptable considering teredo is the last resort of getting IPv6 connectivity from IPv4 host behind NAT.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S40499
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library