Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Monica Primasari W
Abstrak :
ABSTRAK
Latar belakang: Pruritus adalah keluhan subyektif terbanyak yang membuat pasien datang ke poliklinik kulit, dan dua pertiga di antaranya adalah pruritus kronik. Kuesioner 5-D Itch Scale 5DIS adalah alat pengukuran pruritus kronik yang memenuhi berbagai aspek alat pengukuran pruritus sesuai rekomendasi International Forum for the Study of Itch IFSI . Penelitian ini dilakukan untuk menguji validitas dan reliabilitas kuesioner 5DIS berbahasa Indonesia untuk menilai keluhan pruritus kronik di Indonesia.Metode: Naskah 5DIS asli berbahasa Inggris diterjemahkan ke bahasa Indonesia sesuai dengan pedoman adaptasi lintas budaya dari International Society for Pharmacoeconomics and Outcomes Research ISPOR . Tiga set kuesioner, yaitu skala gatal 5 dimensi, Dermatology Life Quality Index DLQI , dan Visual Analogue Scale VAS diberikan kepada pasien pruritus kronik di poliklinik IKKK RSUPNCM. Reliabilitas diuji menggunakan Cronbach a. Validitas konvergen dan konkuren diuji menggunakan korelasi Pearson dan Spearman.Hasil: Adaptasi lintas budaya 5DIS menghasilkan sebuah naskah skala gatal 5 dimensi. Ketiga set kuesioner diisi dengan lengkap oleh 34 orang. Rentang usia subjek penelitian SP adalah 18 hingga 83 tahun, dengan rerata usia 56,7 15,7 tahun. Nilai Cronbach a 0,679 untuk kelima ranah skala gatal 5 dimensi menunjukkan tingkat reliabilitas yang dapat diterima. Hasil uji validitas konvergen didapatkan korelasi yang kuat dan bermakna antara skor butir-butir dan skor total skala gatal 5 dimensi dengan nilai koefisien korelasi adalah 0,636-0,760. Hasil uji validitas konkuren didapatkan korelasi yang kuat dan bermakna antara skala gatal 5 dimensi dengan kuesioner DLQI dan skala VAS.Kesimpulan: Skala gatal 5 dimensi merupakan alat pengukuran yang valid dan reliabel untuk menilai keluhan pruritus kronik pada pasien dewasa dan lansia di Indonesia.Kata kunci: pruritus kronik, pengukuran, 5-D itch scale, skala gatal 5 dimensi, validitas, reliabilitas
ABSTRACT
Background Pruritus is a major subjective complaint in dermatology clinic, two thirds of them are chronic pruritus. International Forum for the Study of Itch recommends 5 D Itch Scale 5DIS as a multidimensional measurement tools for chronic pruritus assessment. The objective of this study is to test the validity and reliability of 5DIS in Indonesian language for chronic pruritus symptoms in Indonesia.Method The original 5DIS was translated into Indonesian language using cross cultural adaptation guideline from International Society for Pharmacoeconomics and Outcomes Research ISPOR . Three sets of questionnaire 5DIS in Indonesian language, Dermatology Life Quality Index DLQI , and Visual Analogue Scale VAS , were administered to chronic pruritus patients in dermatovenereology clinic of Dr. Cipto Mangunkusumo Hospital. Reliability was tested using Cronbach rsquo s a. Convergent and concurrent validity was tested using Pearson correlation and Spearman rsquo s rho.Result Cross cultural adaptation resulted a 5DIS in Indonesian language. All questionnaires were completed by 34 people between 18 to 83 years old mean 56.7 15.7 years old . Cronbach rsquo s a for five domains of 5DIS was 0,679. There was significant strong correlation between items scores and total scores of 5DIS r 0.636 to 0.760 . There was significant strong correlation between 5DIS in Indonesian language and DLQI, also between 5DIS in Indonesian language and VAS.Conclusion 5DIS in Indonesian language is a valid and reliable instrument to assess chronic pruritus symptoms on adult and geriatric patients in Indonesia.Keywords chronic pruritus, measurement, 5 D itch scale in Indonesian language, validity, reliability
2017
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Intan Setia Budi
Abstrak :
ABSTRAK
Permasalahan penyakit kulit merupakan masalah umum yang terjadi pada lansia terutama lansia di panti. Hal tersebut bisa terjadi karena pada lansia mengalami penurunan fungsi sistem integumen, penurunan kemampuan membersihkan diri, serta pengaruh lingkungan. Tujuan dari penulisan ini adalah menganalisis hasil intervensi manajemen pruritus untuk mengatasi masalah kerusakan integritas kulit pada lansia. Implementasi dilakukan selama lima minggu di PSTW Budi Mulia 1 Ciracas, Jakarta Timur dengan memberikan emollient pada lansia sebanyak dua kali sehari dan dilakukan setiap hari. Sebelum pemberian emollient lansia mandi terlebih dahulu menggunakan sabun pH balance dan air hangat. Hasil akhir menunjukkan adanya peningkatan integritas kulit yang ditandai dengan bekurangnya rasa ketidaknyamanan ditandai dengan penurunan intensitas gatal pada lansia yang mengalami kerusakan intergritas kulit. Pihak PSTW Budi Mulia 1 Ciracas diharapkan dapat memfasilitasi penyediaan produk emollient yang aman dan direkomendasikan bagi kulit lansia. Selain itu, perawat diharapkan dapat melakukan intervensi manajemen pruritus emollient therapy pada lansia minimal satu kali sehari pada lansia yang berisiko maupun yang mengalami kerusakan integritas kulit. Kata Kunci: asuhan keperawatan, kulit, lansia, manajemen pruritus
ABSTRACT
Problems of skin disease is a common problem that occurs in the elderly, especially elderly who live in institution. This is caused by decreased of the elederly rsquo s integument system function, decreased self cleaning ability, and environmental influences. The purpose of this paper is to analyze the results of pruritus management intervention to overcome the problem of skin integrity damage in the elderly. Implementation was conducted for five weeks at PSTW Budi Mulia 1 Ciracas, East Jakarta using emollient oil implemented in elderly skin twice in a day, before that, the elderly was taken shower using pH balance soap and warm water. The result showed the increase of skin integrity characterized by a decrease in the itching intensity in the elderly who suffered skin integrity damage. PSTW Budi Mulia 1 Ciracas is expected to facilitate the provision of emollient products that are safe and recommended for elderly skin. In addition, nurses are expected to perform pruritus management emollient therapy at the elderly at least once a day in the elderly are at risk and who suffered damage to skin integrity. Keywords elderly, nursing care, skin, pruritus management
2017
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Krishna Pandu Wicaksono
Abstrak :
Pruritus adalah salah satu komplikasi yang cukup sering ditemui pada pasien hemodialisis. Salah satu faktor yang berkontribusi untuk terjadinya pruritus adalah tingginya kadar kalsium serum. Kalsium dalam jumlah besar dapat berikatan dengan fosfat membentuk kristal. Kristal ini bila terdeposisi di kulit akan merangsang ujung saraf sehingga menimbulkan gatal. Penelitian kami mencari hubungan antara kadar kalsium serum dengan derajat pruritus dalam VAS. Penelitian ini menggunakan metode potong lintang dan dilakukan pada 108 pasien hemodialisis di Bangsal Hemodialisis Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo pada Februari 2009. Setiap pasien dianamnesis untuk dinilai derajat pruritusnya dan diambil data pemeriksaan kadar kalsium serumnya pada bulan Februari 2009. Berdasarkan kadar kalsium serumnya, pasien dibagi menjadi kelompok hiperkalsemia dan normal dengan batas 11 mg/dl. Lalu dilakukan uji statistik untuk menilai hubungan skor VAS pruritus dengan kadar kalsium serum pasien. Dilakukan juga uji untuk menilai korelasi skor VAS pruritus dengan kadar kalsium serum. Pasien berumur rerata 50,48 ± 13,44 tahun, terdiri dari 57,4% pria dan 42,6% wanita, dan lama HD rerata 2,3 (0,3-17,5) tahun. Sebanyak 54 pasien (50%) mengeluhkan pruritus dengan berbagai derajat. Dengan uji Mann-Whitney didapatkan perbedaan yang bermakna antara skor VAS pruritus pada kelompok pasien yang kadar kalsiumnya normal dengan kelompok pasien hiperkalsemia (p<0,001). Dengan uji Spearman ditemukan korelasi positif sedang (r=0,495) yang bermakna (p<0,001) antara kadar kalsium pasien dengan skor VAS pruritus pasien. Disimpulkan bahwa kadar kalsium serum berpengaruh terhadap ada tidaknya dan derajat pruritus pada pasien hemodialisis kronik. ......Pruritus is one of the most commonly found complication in hemodialysis patient. One factor that is proposed to be contributing in pruritus is the high serum calcium concentration. High numbers of calcium molecules in the blood may bond with phosphate to form crystals. These crystals, when aggravated in the skin, may stimulate nerve endings and cause pruritic sensation. In this study, we try to find the association between the severity of pruritus, measured with Visual Analog Scale (VAS), with the concentration of serum calcium. We use croos sectional method for this study. A total of 108 hemodialysis patients in Bangsal Hemodialisis Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo were studied in February 2009. Each patient was interviewed for assessment of the level of pruritus. We also noted their data of serum calcium concentration on February 2009. We categorized patients with calcium serum concentration >11 mg/dl into hypercalcemia group and those with calcium serum concentration <11 mg/dl into normal group. The patients have mean age of 50,48 ± 13,44 years and a mean duration of hemodialysis of 2,3 (0,3-17,5) years, 57,4% were male and 42,6% were female. By Mann-Whitney analysis, there was strong difference between pruritus VAS score of the hypercalcemia groups and the normal group (p<0,001). Also, by Spearmann analysis, there was significant (p<0,001), moderate positive correlation (r=0,495) between serum calcium concentration with the pruritus VAS score. It was concluded that the calcium serum concentration has significant influence on the existence and degree of pruritus in hemodialysis patients.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009
S-pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ignatius Bima Prasetya
Abstrak :
Pruritus merupakan komplikasi yang cukup mengganggu bagi pasien hemodialisis. Salah satu faktor yang berkontribusi untuk terjadinya pruritus adalah kadar fosfat serum. Fosfat dalam jumlah besar akan membentuk kristal yang bila terdeposisi di kulit akan menimbulkan gatal. Pada penelitian ini kami membandingkan derajat pruritus yang dinilai dengan Visual Analog Scale (VAS) dengan kadar fosfat serum. Penelitian ini menggunakan metode potong lintang dan dilakukan pada 108 pasien hemodialisis di Bangsal Hemodialisis Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo pada Februari 2009. Setiap pasien dianamnesis untuk dinilai derajat pruritusnya dan diambil data pemeriksaan kadar fosfat serumnya pada bulan Februari 2009. Berdasarkan kadar fosfat serum, pasien dibagi menjadi kelompok hiperfosfatemia dan normal dengan batas 6,5 mg/dl. Lalu dilakukan uji statistik untuk menilai hubungan skor VAS pruritus dengan kondisi fosfat serum pasien. Dilakukan juga uji untuk menilai korelasi skor VAS pruritus dengan kadar fosfat serum. Pasien berumur rerata 50,48 ± 13,44 tahun, terdiri dari 57,4% pria dan 42,6% wanita, dan lama HD rerata 2,3 (0,3-17,5) tahun. Sebanyak 54 pasien (50%) mengeluhkan pruritus dengan berbagai derajat. Dengan uji Mann-Whitney didapatkan perbedaan yang bermakna antara skor VAS pruritus pada kelompok pasien yang kadar fosfatnya normal dengan kelompok pasien hiperfosfatemia (p<0,001). Dengan uji Spearman ditemukan korelasi positif (r=0,342) yang bermakna (p<0,001) antara kadar fosfat pasien dengan skor VAS pruritus pasien. Disimpulkan bahwa ada tidaknya dan tingkat keparahan pruritus amat dipengaruhi kadar fosfat serum. ......Pruritus is still a disturbing complication for hemodialysis patients. One factor that is proposed to be deciding in pruritus is the serum phosphate concentration. High numbers of phosphate molecules in the blood may form crystals, which if aggravated in the skin, may stimulate pruritic sensation. In this study, we compare the severity of pruritus, measured with Visual Analog Scale (VAS), with the concentration of serum phosphate. We use croos sectional method for this study. A total of 108 hemodialysis patients in Bangsal Hemodialisis Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo were studied in February 2009. Each patient was interviewed for assessment of the level of pruritus. We also noted their data of serum phosphate concentration. We categorized patients with phosphate serum concentration >6,5 mg/dl into hyperphosphatemia group and those with phosphate serum concentration <6,5 mg/dl into normal groups. The patients have mean age of 50,48 ± 13,44 years and a mean duration of hemodialysis of 2,3 (0,3-17,5) years, 57,4% were male and 42,6% were female. By Mann-Whitney analysis,There was strong difference between pruritus VAS score of the hiperphosphatemia groups and the normal group (p<0,001). Also, by Spearmann analysis, there was significant (p<0,001), positive correlation (r=0,342) between serum phosphate concentration with the pruritus VAS score. It was concluded that the existence and the level of pruritus was related to the concentration of the serum phosphate.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009
S-pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ambarwati
Abstrak :
Lansia mengalami proses penuaan yang mengakibatkan penurunan kondisi baik fisik, psikis, maupun sosial yang cenderung berpotensi menimbulkan masalah kesehatan. Pruritus merupakan salah satu masalah kesehatan yang sering dialami oleh lansia yang dapat menyebabkan gangguan integritas kulit. Salah satu intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah manajemen pruritus menggunakan Virgin Coconut Oil (VCO). Karya ilmiah ini bertujuan untuk menganalisis asuhan keperawatan pada lansia dengan masalah gangguan integritas kulit (pruritus) menggunakan VCO. Intervensi dilakukan dua kali sehari, setiap hari selama dua minggu. Evaluasi penilaian pruritus dilakukan menggunakan 5-D Itch Scale (5DIS). Sebelum pemberian VCO, skor 5DIS klien adalah 19 yang berarti klien mengalami pruritus parah. Setelah pemberian VCO selama dua minggu, skor 5DIS klien menurun menjadi 9 yang berarti klien mengalami pruritus ringan. Intervensi manajemen pruritus menggunakan VCO terbukti secara efektif menurunkan pruritus. Karya ilmiah ini diharapkan dapat menjadi masukkan bagi PSTW agar pemberian VCO dapat terus dilakukan untuk lansia yang mengalami pruritus. ...... The elderly experience an aging process which results in a decline in their physical, psychological and social conditions which tend to have the potential to cause health problems. Pruritus is a health problem often experienced by the elderly which can cause skin integrity disorders. One surgical intervention that can be performed is pruritus management using Virgin Coconut Oil (VCO). This scientific work aims to help care for the elderly with skin integrity problems (pruritus) using VCO. The intervention was carried out twice a day, every day for two weeks. Evaluation of pruritus was carried out using the 5-D Itch Scale (5DIS). Before administering VCO, the client's 5DIS score was 19, which means the client experienced severe pruritus. After administering VCO for two weeks, the client's 5DIS score decreased to 9, which means the client experienced mild pruritus. Pruritus management intervention using VCO has been proven to be effective in reducing pruritus. This scientific work can be submitted to PSTW so that VCO can continue to be provided for elderly people who experience pruritus.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library