Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 20 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Siti Roekayah, T.
Abstrak :
Mata pelajaran IPA dewasa ini merupakan pe1ajaran yang diidea1kan agar murid-murid mampu memanfaatkannya sebagai beka1 menghadapi kehidupan dan landasan i1mu pengetahuan dan tekno1ogi. Guru-guru merupakan faktor penge1o1a dan pengenda1i pembelajaran IPA, oleh karena itu sebagian terbesar keberhasi1an dan kegaga1an murid sangat tergantung pada kemampuan dan kebijakan mereka. Tujuan utama pene1itian ini ada1ah mempero1eh gamba- ran sikap guru-guru SD terhadap pe1ajaran IPA di Jayapu-ra, ditinjau dari jenis ijazah yang mereka mi1iki, kemampuan penguasaan materi, keterampi1an penggunaan a1at-a1at IPA, juga lama mengajar, banyaknya penataran yang mereka ikuti, jenis ke1amin, dan asa1 daerah guru-guru tersebut. Dari Studi kepustakaan baik teori maupun pene1itian-pene1itian sebetulnya, yang berkaitan dengan sikap, 1atar belakang pendidikan, kemampuan penguasaan materi, keterampilan penggunaan alat-a1at IPA, dipero1eh informasi bahwa rata-rata sikap guru-guru SD terhadap pe1ajaran IPA da1am kriteria ragu-ragu atau dengan skor sikap rata-rata 3,083. Pene1itian ini mengajukan empat hipotesis. Hipotesis pertama berbunyi: "Terdapat hubungan yang positif sorta bermakna antara 1atar be1akang pendidikan dan sikap guru-guru SD terhadap pe1ajaran IPA", diterima; yang kedua berbunyi: "Terdapat hubungan yang positif serta bermakna antara kemampuan penguasaan materi dan sikap guru-guru SD terhadap pe1ajaran IPA", dito1ak; yang ketiga berbunyi: "Terdapat hubungan yang positif Serta bermakna antara keterampi1an penggunaan alat-a1at dan sikap guru-guru SD terhadap pe1ajaran IPA", ditolak; dan yang keempat berbunyi: "Terdapat hubungan yang positif serta bermakna antara kemampuan penguasaan materi, keterampi1an penggunaan a1at-alat, dan sikap guru-guru SD terhadap pelajaran IPA", dito1ak. Metode penelitian untuk menguji keempat hipotesis tersebut adalah non-eksperimenta1. Sebagai sampe1 pene11tian yaitu guru-guru IPA SD, ke1as IV, V, dan VI di kecamatan Abepura, Jayapura, Irian Jaya. Teknik pengambi1an sampe1 adalah "purposive samp1ing". A1at pengumpu1 data berupa: (1) Kuesioner, yang disusun o1eh penulis; (2) Ska1a Sikap tipe Likert, disusun penu- 11s; (3) Tes kemampuan penguasaan materi; dan (4) Tes keterampiian penggunaan a)alat-a1at IPA Untuk nomor (3) dan (4) dipinjam dari Pus1itbangdikbud (Jakarta). ' Data yang dipero1eh dio1ah me1a1ui ana1isis frekuensi, uji-perbedaan, uji-kore1asi, dan regresi ganda. Ditinjau dari besarnya kontribusi antara tiga (3) variabe1 bebas dan satu (1) variabel terikat, ternyata variabe1 jenis pendidikan memberi kontribusi yang dominan terhadap sikap guru terhadap pe1ajaran IPA, kemudian diikuti oleh variabe1 kemampuan penguasaan materi dan keterampilan penggunaan a1at-a1at IPA. Temuan 1ain yang perlu mendapat perhatian adalah banyaknya penataran yang pernah dipero1eh mempunyai dampak positif terhadap kemampuan penguasaan materi. O1eh karena itu kesempatan da1am pemerataan mengikuti pena- taran wajib menjadi bahan pertimbangan demi peningkatan mutu guru. Saran yang diutarakan antara 1a1n bagi peneliti yang akan datang, hendaknya memperhatikan dan me1ibatkan aspek-aspek yang berkaitan dengan pribadi guru yaitu: potensi belajar, motivasi berprestasi, disiplin diri, dan minat para guru yang mengajar IPA, juga diupayakan agar sampe1 bervarias1, wi1ayah sampe1 diper1uas, agar pene1itian yang berhubungan dengan upaya peningkatan mutu guru pendidikan dasar (SD) mendapat wawasan yang 1ebih luas dan tepat.
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1997
T37849
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hays, Kate F
Abstrak :
Thirty-five years after former American psychological association (APA) President George A. Miller (1969) exhorted psychologists to "give psychology away", then current APA president Ronald F. Levant (2005) encouraged us to "make psychology a household word"
Washington: bimonthly, 2006
150 PPS 37 (2-3) 2006
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Anyta Pinasthika
Abstrak :
Pendahuluan: Umpan balik yang efektif menjadi semakin penting dalam pembelajaran tahap klinis. Umpan balik dapat tersedia di berbagai bentuk, isi dan diberikan oleh berbagai pihak untuk perbaikan performa mahasiswa. Umpan balik yang efektif hanya dapat dicapai dengan melibatkan mahasiswa sebagai pemeran aktif. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana umpan balik dimanfaatkan oleh mahasiswa kedokteran tahap klinik. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan desain studi fenomenologi pada mahasiswa kedokteran tahap klinik, staf pengajar klinis dan pengelola modul tahap klinik di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia yang dipilih dengan pendekatan maximum variation sampling. Sebanyak tujuh focus group discussion dan empat in-depth interview dilakukan hingga saturasi data tercapai. Studi dokumen buku rancangan pengajaran dilakukan sebagai triangulasi. Analisis data dilakukan menggunakan analisis tematik. Hasil Penelitian: Mahasiswa memanfaatkan umpan balik melalui proses identifikasi, penerimaan dan tindak lanjut umpan balik. Performa mahasiswa menjadi indikator untuk identifikasi umpan balik. Proses penerimaan umpan balik diawali dengan reaksi emosi, refleksi konten umpan balik dan refleksi pengalaman, yang dipengaruhi oleh faktor mahasiswa dan staf pengajar. Umpan balik dapat diterima, ditolak, diterima atau dilupakan. Umpan balik yang diterima akan ditindaklanjuti oleh mahasiswa. Keseluruhan proses ini dipengaruhi oleh faktor sosial budaya, seperti adaptasi pembelajaran klinis saat pandemi, lingkungan pembelajaran (termasuk hubungan antar staf pengajar, budaya, regulasi dan kurikulum modul serta institusi), supervisi dan evaluasi proses pembelajaran. Pencarian umpan balik juga ditemukan sebagai proses umpan balik, namun terbatas akibat faktor budaya. Kesimpulan: Penelitian ini memberikan gambaran mengenai bagaimana mahasiswa kedokteran tahap klinik memanfaatkan umpan balik yang dipengaruhi oleh faktor sosial budaya, yang perlu dipertimbangkan saat memberikan umpan balik dan pengembangan budaya umpan balik di fakultas. Kata Kunci: pemanfaatan umpan balik, mahasiswa kedokteran, pembelajaran klinis, faktor sosial budaya umpan balik ......Background: Effective feedback has become even more important in clinical rotations, as feedback comes in many forms, contents, and providers to aid improvement of performance. This could only be achieved by acknowledging students’ active role in feedback. This study aims to explore how feedback is utilized in undergraduate clinical settings. Methods: This study is a qualitative phenomenology study involving medical students on their clinical clerkships, clinical teachers, and clinical rotation coordinators in Faculty of Medicine Universitas Indonesia. Respondents were selected through maximum variation sampling approach. A total of seven focus groups and four in-depth interviews were conducted and data saturation was reached. Document study was conducted as triangulation. Thematic analysis approach was used in data analysis. Results: Students use feedback by identifying, receiving, and acting on feedback. Performance was used as indicators to identify feedback. Receiving feedback involved a process of emotional reaction, reflection of feedback content and reflection of performance, also influenced by student and teacher factors. Feedback might be accepted, rejected, remembered, or forgotten. Accepted feedback could be acted upon by students. The process of using feedback was influenced by sociocultural factors, such as modified learning opportunities driven by pandemic, learning environment (including relationship between students and supervisors, culture, clinical rotation, and faculty regulations also curriculum), supervision, and evaluation of learning process. Feedback-seeking behavior was found to be limited due to cultural factors. Conclusion: This study provides insights on how students use feedback in clinical setting influenced by sociocultural factors, which must be considered in feedback provision and development of feedback culture in the faculty. Keywords: using feedback, medical students, clinical education, sociocultural factors of feedback
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cynthia Elitha
Abstrak :
Berdasarkan studi awal, diketahui bahwa karyawan unit Area PT X merasa kurang puas dengan proses komunikasi yang terjalin dengan atasan sehingga berdampak pada penurunan kinerja. Hal ini disebabkan kurangnya kualitas umpan balik dari atasan karena atasan belum mengetahui cara memberikan umpan balik secara efektif kepada anggota tim. Penelitian ini dilakukan dalam dua studi yaitu Studi 1 dengan desain korelasional dan Studi 2 dengan desain pretest-posttest. Studi 1 bertujuan untuk mengetahui hubungan antara persepsi terkait kualitas umpan balik dan kepuasan terhadap komunikasi pengawasan pada karyawan unit Area PT X. Pengambilan data Studi 1 dilakukan kepada 230 karyawan unit Area PT X menggunakan kuesioner persepsi terkait kualitas umpan balik dari Steelman, Levy, & Snell (2004) dan kuesioner kepuasan terhadap komunikasi pengawasan dari Ramirez (2012). Hasil Studi 1 menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan dan positif antara persepsi terkait kualitas umpan balik dan kepuasan terhadap komunikasi pengawasan (r = 0.364, p < 0.01). Selanjutnya, hasil tersebut ditindaklanjuti pada Studi 2 dengan memberikan intervensi pelatihan pemberian umpan balik kepada 9 Facility Manager di unit Area PT X. Studi 2 bertujuan untuk mengetahui efektivitas intervensi tersebut dalam meningkatkan pengetahuan manajer terkait proses pemberian umpan balik secara efektif kepada anggota tim. Hasil Studi 2 menunjukkan bahwa sesudah pelatihan, terdapat peningkatan pengetahuan yang signifikan pada manajer dalam memberikan umpan balik secara efektif dengan peningkatan sebesar 45% (t = -7.031, p < 0.05). Dengan demikian, hasil ini dapat menjadi dasar peningkatan persepsi terkait kualitas umpan balik dan kepuasan terhadap komunikasi pengawasan pada karyawan unit Area PT X. ......Based on preliminary study, employees of unit Area PT X were found not satisfied with communication established with their superiors, resulted in decreased performance. This is due to lack of feedback quality provided by superiors because they do not know how to provide effective feedback to team members. This research was conducted in two studies which Study 1 represents correlational design and Study 2 represents pretest- posttest design. Study 1 aims to determine relationship between perceived feedback quality and satisfaction with supervisory communication among employees of unit Area PT X. Study 1 was conducted on 230 employees of unit Area PT X using perceived feedback quality questionnaire from Steelman, Levy, & Snell (2004) and satisfaction with supervisory communication questionnaire from Ramirez (2012). Results of Study 1 indicated that there was significant and positive relationship between perceived feedback quality and satisfaction with supervisory communication (r = 0.364, p < 0.01). Furthermore, these results were followed up in Study 2 by providing feedback training intervention to 9 Facility Managers in unit Area PT X. Study 2 aims to determine effectiveness of interventions in increasing manager's knowledge about how to give feedback effectively to team members. Results of Study 2 showed that after training, there was significant increase in managers’ knowledge about how to give an effective feedback, with an increase of 45% (t = -7.031, p < 0.05). Thus, these results can be the basic step for increasing perceived feedback quality and satisfaction with supervisory communication on employees of unit Area PT X.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Christine Diah Pramana
Abstrak :
ABSTRAK
Menurut model sistem seksual Abramson, faktor yang mempengaruhi struktur kognitif seseorang sehingga ia menampilkan perilaku seksual tertentu adalah faktor kematangan, faktor norma sosial (narma agama, masyarakat, teman sebaya), faktor standar yang ditanamkan orang tua, faktor pengalaman seksual sebelumnya, faktor peristiwa endukrinologis, faktor rangsang yang dikondisikan dan tak dikondisikan, faktor fisiologis serta faktor parameter situasi.

Dalam penelitian ini akan dilihat faktor-faktor tersebut pada subyek, faktur yang dirasakan/muncul/terlintas sesaat sebelum subyek terlibat dalam perilaku hubungan seks pranikah serta bagaimana faktor yang dirasakan/muncul/terlintas itu mempengaruhi struktur kognitif subyek sehingga subyek akhirnya terlibat dalam perilaku tersebut. Selain itu akan dilakukan juga tinjauan terhadap tiga hal yang dianggap berkaitan dengan perilaku hubungan seks pranikah. Ketiga hal tersebut adalah: situasi keluarga, ketaatan beribadah, dan hal-hal yang berkaitan dengan pengetahuan dan pendidikan seksual.

Penelitian ini merupakan penelitian studi kasus yang dilakukan terhadap 5 orang remaja puteri yang berusia antara 11 - 24 tahun dan belum menikah. Teknik pengumpulan datanya adalah dengan wawancara mendalam. Analisis dilakukan pada setiap kasus secara individual dan rangkuman analisis dalam bentuk tabel.

Dari hasil analisis terhadap lima kasus dengan model sistem seksual Abramson diperoleh hasil bahwa faktor-faktor yang dirasakan/muncul/terlintas sesaat sebelum subyek terlibat dalam hubungan seks pranikah adalah hal-hal yang berkaitan dengan norma sementara hal-hal yang bersifat biologis umumnya tidak disadari. Tidak dipungkiri, faktor emosional dan situasional berperan dalam keterlibatan subyek dengan hubungan seks pranikah.

Dari analisis terhadap situasi keluarga diketahui kurangnya pengawasan orang tua, pola asuh orang tua yang permisif berpengaruh terhadap keterlibatan subyek dalam perilaku hubungan seks pranikah. Terlihat pula adanya gangguan komunikasi antara orang tua anak yang tampil dalam perilaku negatif dari orang tua anak atau sebaliknya. Ketaatan beribadah dan latar belakang keluarga yang religius tidak menjamin subyek tidak terlibat dalam perilaku tersebut. Semua subyek tidak pernah mendapat pendidikan seks dari orang tuanya. Subyek lebih suka membicarakan masalah seksual bukan dengan orang tua melainkan dengan teman.

Berdasarkan hasil tersebut, dirasakan pentingnya pendidikan seks tidak hanya untuk remaja tapi juga untuk orang tua.
1996
S2034
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
McInerney, Dennis M.
London: Sage Publication, 2001
150.72 MCI p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Schwartz, Barry
New York: W.W. Norton, 2001
150.19 SCH p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Winkel, W.S.
Jakarta: Grasindo, 1991
370.15 WIN p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Oemar Hamalik, 1936-
Bandung: Sinar Baru, 2004
150.73 HAM p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>