Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 12 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Trull, Timothy J., 1960-
Australia: Thomson Wadsworth, 2005
616.89 TRU c (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
O`Hanlon, Bill
New York: Routledge , 2011
150.198 8 OHA t
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Neukrug, Edward S.
Abstrak :
Offers students an overview of the counseling profession. Structured around the CACREP core curriculum areas, this title helps students gain an understanding of the professional identity of the counselor; examine the history and current trends of the profession. Read less
Singapore: Brooks/Cole Cengage Learning, 2012
158.3 NEU a
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Matlin, Margaret W.
Orlando: Harcourt Brace College Publisher, 1999
150 MAT p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Raymond A. Levy, editor
Abstrak :
There has been a recent surge in empirical research on psychoanalytic theories and treatments. This volume demonstrates the relevance of and scientific support for psychodynamic treatment across a wide range of diagnostic categories and treatment strategies.
New York: [, Springer], 2012
e20410714
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Anita Zulkaida
Abstrak :
ABSTRAK
Perkembangan di berbagai bidang menyebabkan semakin besar kemungkinan seseorang untuk bertemu dan berinteraksi dengan banyak orang dari berbagai kalangan, dengan latar belakang kultur dan gaya hidup yang berbeda. Hal ini akan berpengaruh terhadap adanya perubahan budaya di masyarakat, terutama dalam pola komunikasi atau hubungan interpersonal. Dalam situasi seperti ini, hubungan interpersonal mulai lebih dihargai, karena dinilai sebagai sumber utama dari kepuasan dan cara mencapai self worth di dalam kehidupan. Banyak orang menyadari bahwa mereka kurang memiliki keterampilan dan merasa tidak memiliki kehidupan yang cukup memuaskan, karena merasakan adanya ktidak-adekuatan personal dalam berinteraksi dengan orang lain. Ellis (dalam Lange & Jakubowski, 1976) melihat bahwa cara untuk membantu individu untuk dapat mempertahankan dirinya dalam dunia yang sulit namun dalam bentuk yang lebih rileks, lebih menyenangkan dan lebih sehat adalah dengan tingkah laku asertif.

Lange dan Jakubowski (1976) mengatakan karena kebanyakan masalah psikologi yang melibatkan assertion memiliki komponen kognitif afektif, dan tingkah laku, maka kombinasi pendekatan kognitif, afektif dan tingkah laku dalam pelatihan asertif dianggap tepat. Oleh karena itu, mereka kemudian mengembangkan suatu bentuk pelatihan asertif dengan menggunakan pendekatan kognitif - tingkah laku (cognitive-behavioral procedures).

Penelitian ini ingin melihat apakah program pelatihan asertif dengan pendekatan kognitif-tingkah laku dapat menjadi sarana unmk meningkatkan tingkah laku asertif pada mahasiswa.

Subjek penelitian mahasiswa Universitas Gunadarma tingkat 2 (dua), laki- laki dan perempuan, berusia antara 18 - 20 tahun, memiliki skor tingkah laku non asertif yang lebih dominan berdasarkan hasil Tes Skrining Subjek, bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian (mengikuti seluruh program pelatihan selama 8 kali berturut-turut, mengisi kuesioner dan mengeljakan tugas-tugas yang diminta - untuk kelompok eksperimen)

Jumlah subjek penelitian 12 orang pada kelompok eksperimen dan 12 orang pada kelompok kontrol. Rancangan yang digunakan di dalam penelitian ini adalah true experimental design, dengan bentuk randomized matched prestest-posttest control group design. Pelatihan asertif unluk kelompok eksperimen diberikan selama 4 minggu dengan 8 kali pertemuan, sekitar 2,5 - 3 jam setiap pertemuan. Adapun untuk kelompok kontrol hanya diberikan pretest dan posttest.

Untuk mengumpulkan data digunakan Tes Skrining Subjek untuk menyeleksi individu yang akan diikutsertakan dalam pelatihan, Skala Tingkah laku sertif yang cligunakan untuk pretest dan posttest (denan I0 aspek yaitu melakukan percakapan, mencari informasi, mernberikan pendapat, mengajukan permintaan, menolak permintaan, mengekspresikan perasaan, memberikan pujian, memberikan kritikan, menerima pujian dan menerima kritikan) Serta Evaluasi Pelaksanaan Pelatihan Asertif. Untuk analisis data digunakan Wilcoxon Signed Rank Test, Mann Whitney U Test dan distribusi frekuensi.

Kesimpulan yang diperoleh adalah 1) Ada peningkatan tingkah laku asertif secara sangat signifikan setelah mengikuti pelatihan. Peningkatan terj adi dalarn semua aspek tingkah laku asertif 2) Ada perbedaan tingkah laku asertif secara signifikan antara subjek yang mengikuti pelatihan dengan yang tidak mengikuti pelatihan. Namun jika dilihat secara lebih khusus berdasarkan aspek- aspeknya, perbedaan yang signifikan terjadi pada aspek kernampuan melakukan percakapan dan memberikan kritik. Faktor yang mungkin menyebabkan adalah karena mated yang diberikan untuk setiap sesi (dan tugas rumah yang diberikan) cukup banyak sedangkan pertemuan dilakukan seminggu 2 kali, sehingga selang waktu pertemuan yang hanya 2-3 hari tampaknya menyebabkan peserta pelatihan rnerasa bebannya menjadi banyak (karena bersamaan dengan pengerjaan tugas-tugas kuliah) dan menyebabkan beberapa dari mereka menjadi belum sempat untuk menerapkan secara optimal berbagai keterampilan yang telah mereka pelajari di pelatihan. Komponen active experimentation, dimana subjek diminta untuk mempraktikkan berbagai materi yang telah dilatihkan ke dalam situasi sosial keseharian (membuat keputusan, menyelesaikan masalah), tampaknya kurang berjalan dengan optimal.

Kesmpulan 3) bentuk tingkah laku asertif yang sulit dilakukan subjek adalah mengekspresikan orasaan dan menolak permintaan 4) materi yang dianggap membantu meningkatkan tingkah laku asertif subjek adalah percakapan sosial, memperkenalkan diri, memberikan pujian, seb’ statement, imajinasi emosi dan memberikan kritikan S) teknik yang dianggap membanlu meningkatkan tingkah laku asertif subjek adalah diskusi dalam kelompok besar (sharing masalah dan pengalaman).
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
T38402
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M Ramadhana Reksoprodjo
Abstrak :
Post traumatic growth merupakan salah satu istilah untuk menggambarkan perubahan positif akibat hasil perjuangan dengan trauma yang menekankan pada potensi transformasi pengalaman seseorang setelah mengalami peristiwa traumatik (Meyerson, Grant, Carter, dan Kilmer. 2011). Tedeschi dan Calhoun (2004) menekankan pentingnya kejadian yang memiliki efek 'seismik' hingga menimbulkan krisis psikologis karena hancurnya asumsi dasar atau keyakinan inti (core beliefs) seseorang untuk terjadi post traumatic growth. Penelitian ini mengidentifikasi dan mengetahui post traumatic growth yang terjadi pada anak usia sekolah di Indonesia yang mengalami kejadian buruk di Indonesia. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang melibatkan 120 partisipan dari SD di daerah Jakarta dan Depok. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa post traumatic growth yang terjadi pada anak-anak yang mengalami kejadian buruk. Peningkatan core beliefs, rumination, dan dukungan sosial menguatkan post traumatic growth pada anak-anak usia sekolah yang mengalami kejadian buruk.
Post traumatic growth is one of those term for positive change experienced as a result of the struggle with trauma which emphasize in transformation (Meyerson, Grant, Carter, dan Kilmer. 2011). Tedeschi and Calhoun (2004) also emphasize seismic event which caused psychological crisis because of the disruption of core beliefs so that post traumatic growth could happen. The following research is to identified post traumatic growth that happen in school age children with horrible experience. This study uses a quantitative approach involving 120 respondents from elementary schools in Jakarta and Depok. Results showed that there is post traumatic growth in school-age children with horrible experience. Increased core beliefs, rumination, and social support strengthen post traumatic growth in school-age children with horrible experience.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
T41519
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Abstrak :
Individual case formulation presents formulation as a process that can be taught systematically to trainee therapists. The book begins by discussing assorted theories of case formulation, and critiques their ability to be applied in real world situations. The individual case formulation approach is then defined and discussed as a way to integrate the best of what different theoretical orientations have to offer in conjunction with the expertise and clinical judgment of the therapist. The book proposes a systemic/functional framework that focuses on difficulties as defined by the client and emphasizes constructive solutions to problems rather than symptom reduction. Moving from theory to application, the book then guides therapists in how to conduct assessment interviews, how to reach a provisional formulation, how to test that formulation for accuracy and reformulate if necessary, how a therapist can make explicit what their clinical reasoning was in making the case formulation, and provides case examples and transcripts so readers will better grasp the concepts in action.
Waltham, MA: Academic Press, 2013
e20427045
eBooks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>