Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Budi Santoso
"Kasus penyalahgunaan NAPZA khususnya NAPZA suntik mengalami peningkatan. Kecenderungan peningkatan tersebut tercermin dalam peningkatan kasus NAPZA suntik di Kota Palembang. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan arti dan makna pengalaman mantan pengguna dalam penyalahgunaan NAPZA suntik di Kota Palembang. Desain penelitian yang digunakan yaitu fenomenologi deskriptif dengan teknik pengambilan sampel purposive sampling. Wawancara mendalam digunakan dalam pengumpulan data. Hasil wawancara direkam menggunakan tape recorder, data diolah dalam bentuk transkrip verbatim dan dianalisis menggunakan metode Colaizzi. Penelitian menghasilkan sembilan tema sesuai tujuan khusus yaitu: alasan menggunakan NAPZA suntik diklasifikasikan menjadi alas an pertama kali dan alasan tetap menggunakan; respon yang timbul setelah menggunakan NAPZA suntik yaitu respon personal dan respon orangtua; persepsi terkait efek samping dan bahaya yaitu mempunyai nilai lebih dan mempunyai dampak buruk; makna menggunakan NAPZA suntik yaitu makna selama menggunakan dan makna setelah sembuh; dan harapan terhadap dukungan pihak terkait yaitu dukungan pihak kepolisian, petugas kesehatan dan pemerintah daerah. Penelitian ini menyimpulkan bahwa penyalahgunaan NAPZA suntik merupakan kebiasaan yang harus segera dicegah dan ditanggulangi sedini mungkin. Perawat spesialis komunitas sebagai salah satu tenaga profesional dibidang kesehatan mempunyai peran dalam upaya pencegahan penyalahgunaan NAPZA yaitu upaya primer, sekunder dan tertier."
Poltekkes Depkes Palembang ; Universitas Indonesia. Fakultas Ilmu Keperawatan, 2012
610 JKI 15:2 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Budiman Atmaja
"Latar Belakang: Bunuh diri merupakan perilaku disengaja untuk mengakhiri hidup, dengan satu kasus terlaksana setiap 20 percobaan. Sebanyak 90%-nya memiliki gangguan psikiatri, salah satunya skizofrenia. Tingkat bunuh diri pada orang dengan skizofrenia (ODS) dilaporkan 4–13%. Faktor risiko bunuh diri melibatkan distres subjektif, gangguan kognitif, dan distorsi sosial, yang dipengaruhi oleh masalah struktur dan fungsi otak. Gangguan kognitif pada ODS, seperti memori kerja dan pengambilan keputusan, berpotensi meningkatkan risiko bunuh diri. Penelitian ini bermaksud mencari hubungan fungsi kognitif, pengambilan keputusan, faktor obat, serta faktor yang memengaruhi lainnya dengan gagasan bunuh diri pada ODS yang belum banyak diteliti.
Metode: Desain penelitian ini adalah kasus kontrol dalam rentang waktu Oktober 2023 hingga April 2024. Sampel penelitian adalah orang dengan diagnosis skizofrenia atau skizoafektif dalam fase remisi yang ada di Poliklinik Jiwa dan bangsal rawat inap RSUPN Cipto Mangunkusumo, kantor pusat Komunitas Peduli Skizofrenia Indonesia (KPSI), dan bangsal rawat inap RSJ dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor. Besar sampel dari penelitian ini ada 49 dengan gagasan bunuh diri dan 49 tanpa gagasan bunuh diri. Penilaian kemampuan pengambilan keputusan menggunakan instrumen IOWA Gambling Task (IGT). Instrumen yang digunakan untuk menilai kecepatan pemrosesan, memori kerja, dan fungsi eksekutif adalah symbol coding, digit sequencing task, dan Tower of London. Perceived stress scale (PSS) digunakan untuk menilai distres subjektif. Data lain dinilai dengan kuesioner demografik. Analisis bivariat dan multivariat dengan regresi logistik digunakan untuk menilai faktor risiko dari gagasan bunuh diri pada ODS.
Hasil: Dari 98 subjek, didapatkan adanya hubungan antara umur dengan gagasan bunuh diri pada ODS (p=0,008). Didapatkan ada hubungan antara jenis kelamin dengan gagasan bunuh diri (p=0,008; OR=3,24; IK95% 1,42 – 7,41). Didapatkan ada hubungan antara memori kerja dengan gagasan bunuh diri (p=<0,001). Hasil fungsi eksekutif A dan B ditemukan berhubungan dengan gagasan bunuh diri (p=0,028 dan p=0,047). Didapatkan ada hubungan antara distres subjektif dengan gagasan bunuh diri (p=<0,001). Pada analisis multivariat dengan regresi logistik, didapatkan ada hubungan yang bermakna antara umur (B=-1,44; p=0,020; aOR=0,24; IK95%=0,07 – 0,80), status pernikahan (B=-1,37; p=0,03; aOR=0,26; IK95%=0,07 – 0,90), memori kerja (B=2,33; p=0,043; aOR=10,23; IK95%=1,07 – 97,61), dan distres subjektif (B=2,41; p=<0,001; aOR=11,17; IK95%=3,46 – 36,06) dengan gagasan bunuh diri.
Simpulan: Terdapat hubungan antara umur, status pernikahan, memori kerja, dan distres subjektif terhadap gagasan bunuh diri pada ODS. Dengan mengetahui faktor risiko ini, intervensi dengan faktor terkait dapat dilakukan.

Background: Suicide is a deliberate act to end one’s life, with one completed case occurring for every 20 attempts. Approximately 90% of suicide survivors have psychiatric disorders, one of them is schizophrenia. Suicide rates among people with schizophrenia (PwS) are reported to range from 4% to 13%. Suicide risk factors include subjective distress, cognitive impairments, and social distortions, influenced by structural and functional brain issues. Cognitive impairments in PwS, such as working memory and decision-making, may increase suicide risk. This study aims to examine the relationship between cognitive function, decision-making, medications, and other influencing factors on suicidal ideation in PwS, which has not been widely studied.
Methods: This case-control study was conducted from October 2023 to April 2024. The sample consisted of individuals diagnosed with schizophrenia or schizoaffective disorder in remission condition, recruited from the Psychiatry Outpatient Clinic and inpatient wards of RSUPN Cipto Mangunkusumo, the central office of the Indonesian Schizophrenia Care Community (KPSI), and the inpatient wards of RSJ Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor. The sample included 49 individuals with suicidal ideation and 49 without. Decision-making ability was assessed using the Iowa Gambling Task (IGT). Cognitive functions such as processing speed, working memory, and executive function were evaluated using Symbol Coding, Digit Sequencing Task, and Tower of London tests, respectively. Subjective distress was measured using the Perceived Stress Scale (PSS). Additional data were collected using demographic questionnaires. Bivariate and multivariate analyses using logistic regression were performed to assess the risk factors for suicidal ideation in PwS.
Results: Among 98 subjects, age was significantly associated with suicidal ideation in PwS (p=0.008). Gender was also associated (p=0.008; OR=3.24; 95% CI=1.42–7.41). Working memory showed a significant relationship with suicidal ideation (p<0.001). Executive function tasks A and B were associated with suicidal ideation (p=0.028 and p=0.047, respectively). Subjective distress was significantly linked to suicidal ideation (p<0.001). Multivariate logistic regression analysis revealed significant associations between age (B=-1.44; p=0.020; aOR=0.24; 95% CI=0.07–0.80), marital status (B=-1.37; p=0.03; aOR=0.26; 95% CI=0.07–0.90), working memory (B=2.33; p=0.043; aOR=10.23; 95% CI=1.07–97.61), and subjective distress (B=2.41; p<0.001; aOR=11.17; 95% CI=3.46–36.06) with suicidal ideation.
Conclusion: Age, marital status, working memory, and subjective distress are associated with suicidal ideation in PwS. Understanding these risk factors may facilitate targeted interventions to mitigate suicide risk.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library