Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nuri Anggraeni
Abstrak :
Skripsi ini membahas analisis manajemen program TB paru di Puskesmas Kecamatan Kemayoran Jakarta Pusat tahun 2014. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis input dan proses berdasarkan analisis sistem. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif. Teknik pengumpulan data menggunakan metode wawancara mendalam, telaah dokumen dan daftar tilik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa analisis input diketahui jumlah petugas TB sudah cukup, terdapat laboratorium yang dilengkapi dengan peralatan diagnostik yang sesuai, ketersediaan obat TB sudah lengkap dan cukup, tatalaksana progam sudah tepat, pelaksanaan kegiatan berdasarkan kebijakan, tetapi anggaran belum dapat dinilai kecukupannya karena diperlukan analisis terhadap manfaat yang didapat, dan sasaran suspek TB paru tidak dapat diketahui karena tidak ada pencatatan dan pelaporan. Pada analisis proses diketahui bahwa kegiatan yang dilaksanakan berdasarkan perencanan yang dibuat, tugas pokok dan fungsi dtetapkan secara jelas, petugas diikutsertakan dalam pelatihan sebagai upaya pengembangan keterampilan, promosi kesehatan yang efektif adalah dengan penyuluhan kepada pasien, adanya kemitraan membantu dalam penanganan program TB paru, kegiatan pengawasan dilakukan 1 kali setahun melalui supervisi oleh tingkat Kabupaten/kota, sedangkan evaluasi didasarkan dari hasil pencatatan dan pelaporan namun terdapat pencatatan dan pelaporan yang belum lengkap. Guna meningkatkan kegiatan program TB paru di Puskesmas Kecamatan Kemayoran maka perlu ada pelatihan bagi petugas TB yang belum terlatih, melakukan analisis biaya guna mengetahui kecukupan anggaran kegiatan, meningkatkan penyuluhan sebagai bagian dari promosi kesehatan, dan melakukan pencatatan dan pelaporan pada setiap kegiatan program TB paru.
In the research showed that the analysis input of TB officer in sufficient, has approriate laboratory with diagnostic equipment, availability medicine, effective managing program, implemetation of activities based on policies, but the budget can not be assessed for adequacy because there are no record keeping and reporting. On the analysis process is known as the activities carried out by the planning made, duties and clearly defined function. The officer participate in the training as skills development effort, effective health promotion counseling, the existent of partnership program help in pulmonary TB. Surveillance activities carried out once a year through supervision by any country or city level. While the evaluation is based on the keeping and reporting result, but the are keeping and reporting no yet completed. In order to increase the activity of pulmonary TB in Puskesmas Kecamatan Kemayoran, it is necessary to hold training for officer who have not been trained. Check cost analysis to determine the adequacy of budget activities, improvement counseling as a part of health promotion and keeping and reporting on any pulmonary TB progam activities.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S56120
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kornadi
Abstrak :
Intervensi Koroner Perkutan Primer (IKPP) merupakan pilihan utama untuk mengembalikan aliran darah dan perfusi pasien yang mengalami Infark Miokard Akut dengan Elevasi Segmen ST (IMA-EST). Tapi tidak selalu mengembalikan aliran yang cukup pada tingkat mikrosirkulasi, hal ini disebabkan oleh obstruksi mikrovaskular (OMV). Banyak penelitian telah membuktikan pengaruh inflamasi terhadap kejadian OMV, tingginya rasio neutrofil limfosit pasca IKPP menggambarkan respon inflamasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk menilai hubungan rasio neutrofil limfosit (RNL) terhadap kejadian obstruksi mikrovaskular yang dinilai dengan pemeriksaan myocardial blush kuantitatif (QuBE). Metode: Sebanyak 33 subjek IMA–EST yang menjalani IKPP dipilih secara konsekutif sejak 1 September 2013 sampai 30 Oktober 2013. RNL diambil saat masuk UGD, penilaian myocardial blush (MB) diambil segera pasca IKPP, angiografi untuk RCA (RAO 30˚) dan LCA (LAO 60˚-90˚). Kemudian RNL dikirim ke laboratorium untuk diperiksa dengan dengan Sysmex 2000i, blush dinilai dengan program komputer QuBE. Perhitungan statistik dinilai dengan SPSS 17. Hasil: Dari 33 pasien didapatkan proporsi terbanyak berjenis kelamin laki-laki sebesar 75,7%, rerata usia pasien 56±9.8 tahun. Analisa statistik menunjukkan tidak terdapat hubungan antara RNL dan QuBE (β=-0,180;p=0,664) namun terdapat kecenderungan setiap kenaikan 1 unit RNL akan menurunkan QuBE sebesar 0,180 unit arbiter. Setelah dilakukan adjusted terhadap faktor perancu didapatkan kecenderungan penurunan yang lebih besar meskipun tetap tidak menunjukkan hubungan yang bermakna. (koef β=-0,331 ; p=0,527). ......Primary percutaneus coronary intervention (PPCI) is a first of choice to return patient’s blood flow and perfusion with ST elevation myocardial infarction (STEMI). However, it is not always sufficiently reflow of microcirculation due to Microvascular Obstruction (MVO). Many studies had proved that neutrophil to lymphocyte ratio (NLR) has emerged as a potent composite inflammatory marker. The aim of this study is to evaluate association between NLR and MVO by Quantitative Blush Evaluator (QuBE). Methode: 33 STEMI patients undergoing primary PCI were consecutivly recruited from September to October 2013. The NLR was withdraw at patient admission. We evaluate the myocardial blush immediately after PCI done. Angiography views were RAO 30˚ for RCA, and LAO 60˚-90˚for LCA. Then the NLR was sent to laboratory for examination. QuBE was done to evaluate myocardial blush. Statistical analysis was done by SPSS 17. Results: From thirty three patients included in the study, there were 75,75% men, with mean age 56±9.8 years old. Statistical analysis showed no correlation between NLR and QuBE (β=-0,180;p=0,664) but there was decrease of 0,180 unit arbiter QuBE for each 1 unit of peripheral NLR. After adjustment of confounding factor, there was more decreasing value although there is no significant correlation. (coef β=-0,331;p=0,527).
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anggun Emelia
Abstrak :
Peningkatan konsentrasi ozon di udara dapat memberikan dampak kesehatan pada manusia terutama pada fungsi sistem pernafasan manusia. Penelitian ini bertujuan untuk Menganalisis hubungan antara konsentrasi O3 di udara ambien dengan gangguan fungsi paru pada penyapu jalan di Kecamatan Jagakarsa, Jakarta selatan. Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional. Jumlah sampel pada penelitian ini adalah 78 dan jumlah sampel pengukuran fungsi paru adalah 30 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Responden yang terpajan konsentrasi O3 > 54,34 µg/Nm3 sebanyak 10 orang (66,7%) mengalami gangguan fungsi paru dan responden yang terpajan konsentrasi O3 ≤ 54,34 µg/Nm3 sebanyak 7 orang (46,7%) mengalami gangguan fungsi paru. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara konsentrasi O3 di udara ambien (p=0,705) dengan gangguan fungsi paru. Ada hubungan faktor lain seperti status merokok (p=0,011) dan kebiasaan olahraga (p=0,049) dengan gangguan fungsi paru. Hubungan antara konsentrasi O3 di udara ambien dang gangguan fungsi paru memiliki nilai OR=1,5 artinya seseorang yang terpajan konsentrasi O3 > 54,35 µg/Nm3 1,5 kali dapat menurunkan fungsi paru dibandingkan dengan konsentrasi O3 ≤ 54,35 µg/Nm3. ...... Increased ozone concentration in the air can provide a health impact in humans, especially respiratory system function. This research aims to analyze relationship between O3 concentration in the ambient air with impaired pulmonary function in the road sweeper in Jagakarsa, South Jakarta. The study uses a cross-sectional study design. The number of samples in this study was 78 and pulmonary function measurement samples were 30 people. The results showed that respondents were exposed to concentrations of O3 > 54.34 μg/Nm3 hr as much as 10 people (66.7%) Suffered pulmonary dysfunction and respondents were exposed to concentrations of O3 ≤ 54.34 μg/Nm3 hr as much as 7 people (46.7%) Suffered pulmonary dysfunction. Statistical results showed that there was no relationship between O3 concentration in ambient air (p = 0,705) with impaired pulmonary function. Any other factor that relationship with smoking status (P = 0,011) and the exercise habit (P = 0,049) with impaired pulmonary function. The relationship between O3 concentration in ambient air OR lung function has a value of OR = 1,5 meaning that someone who is exposed to concentrations O3 > 54.35 μg/Nm3 hr 1.5 times can decrease lung function compared to concentration O3 ≤ 54.35 μg/Nm3 hr.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
T55369
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library