Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rofiman Hermanu
"Pendahuluan: Perkembangan kota Tangerang menyebabkan perkembangan lalu lintas di jalan raya. Perkembangan jumlah kendaraan meningkatkan pajanan polusi udara seperti debu, asap dan zat polutan lain hasil pembakaran mesin kendaraan berpengaruh terhadap faal paru orang-orang yang berada di jalanan terutama pada polisi lalulintas yang sedang bekerja. Penelitian ini dilakukan untuk menilai pajanan zat polutan terhadap nilai faal paru seseorang. Penelitian ini menilai usia, Indeks Massa Tubuh (IMT), nilai faal paru, kebiasaan merokok, masa tugas, dan pemakaian masker pelindung.
Metode: Dilakukan survei pada 112 anggota polisi lalu lintas yang bertugas di lapangan. Nilai faal paru di dapatkan dengan spirometri, kadar CO dengan CO meter, pemeriksaan fisis, foto toraks dan wawancara kuesioner. Indeks pencemaran dengan survei kualitas udara.
Hasil : Penurunan faal paru pada 17% polisi lalu lintas. Penurunan nilai faal paru ini meliputi restriksi ringan 13% dan obtruksi ringan 4%. Seluruh foto toraks normal. Delapan puluh satu persen polisi mempunyai berat badan lebih atau obese, 60,7% perokok aktif dan 63 persen mempunyai kebiasaan penggunaan masker yang buruk.
Kesimpulan: Kelompok umur mempunyai hubungan yang bermakna terhadap faal paru polisi lalu lintas. Tidak ada hubungan yang bermakna antara kebiasaan merokok, pemakaian masker , kadar CO dan gangguan faal paru.

Introduction: The city of Tangerang has develop into big city. The government has built a new street to anticipating the raising amount of the vehicle.The street became busy street. The fumes, chemical and particles present in the emission are reported to be damaging of these people especially traffic policemen. Since there were no data available on the pulmonary fuction test (PFT) of Traffic Police personel in Tangerang, this study was taken up to assess the effect of air pollution to the PFT. The measurement were recorded in age, body weight, height, Forced Vital Capacity, Forced Expiratory Volume in first second, gender, smoking habit, Body Mass Index (BMI), year of duty, chest x ray and mask.
Method: We evaluated 112 traffic police personel.Subject of this study were interviewed to identify the clinical sign. Physical examination, pulmonary function test, chest x ray, measurement CO level by using CO smoker analyzer and air pollutant level were done. Result: Nineteen from 112 police personel have decrease of PFT. Fourteen (13%) police was indicated mild restriction to the lung expansion and 5 (4%) police mild obstruction. Total Suspended Particle (TSP) was 478,8 ug/Nm3 higher than normal limit 230 ug/Nm3. Weight and height were measure to calculate the Body Mass Index (BMI), we found that most of police personel have overweight and obese. Sixty percent of police were active smoker. All of the X ray in normal limit.
Conclusion: There was decrease in PFT in 19% of police personel. These indicate mild restriction and mild obstruction. There are significant correlation between age and PFT. There was no significant correlation between smoking habit, protection mask, CO level, level of air pollution, year of duty and pulmonary function test.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zuhair Amir Alkatiri
"Latar Belakang
Tuberkulosis masih menjadi epidemi global dengan tingkat morbiditas dan mortalitas yang signifikan. Meskipun keberhasilan pengobatan tuberkulosis telah meningkat, banyak pasien yang sembuh mengalami sequelae post-tuberkulosis, termasuk fibrosis paru, yang menyebabkan disabilitas dan menurunkan kualitas hidup. Sequelae ini berkontribusi besar terhadap beban kesehatan, dengan fibrosis menjadi komponen utama dalam perubahan jaringan paru post-tuberkulosis. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memahami faktor-faktor yang mempengaruhi progresi fibrosis, termasuk peran status gizi. Metode
Metode penelitian adalah retrospektif dengan data sekunder berupa rekam medis, diambil pada bulan Januari 2024 sampai bulan Agustus 2024 di RSUP Persahabatan. Sampel berjumlah 62 subjek yang telah menyelesaikan pengobatan TBC paru di RSUP Persahabatan. Data yang diambil meliputi status gizi pasien, derajat keparahan fibrosis paru berdasarkan hasil radiologi, dan pola spirometri pasca infeksi tuberkulosis.
Hasil
Hasil penelitian menunjukkan usia rata-rata pasien dengan fibrosis minimal-ringan, sedang, dan berat masing-masing adalah 39,54 ± 15,23 tahun, 47,27 ± 20,09 tahun, dan 50,90 ± 12,95 tahun, dengan korelasi positif lemah antara usia dan keparahan fibrosis paru (r = 0,284, p = 0,025). Terdapat peningkatan signifikan dalam IMT sebelum dan sesudah pengobatan (p < 0,001), dengan kelompok minimal-ringan dan sedang memiliki IMT yang lebih tinggi dibandingkan kelompok berat. Hanya 18% subjek memiliki data spirometri, di mana semua pasien dengan fibrosis derajat sedang menunjukkan pola restriksi, sedangkan pasien dengan fibrosis minimal-ringan memiliki spirometri normal.
Kesimpulan
Penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat peningkatan signifikan dalam Indeks Massa Tubuh (IMT) pada pasien tuberkulosis yang menjalani terapi Obat Anti-Tuberkulosis (OAT), mengindikasikan perbaikan status gizi selama pengobatan. Meskipun demikian, tidak ada hubungan yang signifikan antara peningkatan status gizi dan derajat keparahan fibrosis paru. Hasil spirometri terbatas menunjukkan bahwa subjek dengan fibrosis minimal-ringan cenderung memiliki fungsi paru yang lebih baik dibandingkan dengan subjek dengan fibrosis sedang.

Tuberculosis remains a global health issue with high morbidity and mortality rates. Despite successful treatment, many recovered patients still experience sequelae such as pulmonary fibrosis, which can lead to disability and reduced quality of life. This study aims to evaluate the relationship between nutritional status and the severity of pulmonary fibrosis in patients post-tuberculosis infection. The method used was retrospective with secondary data from medical records of 62 patients who had completed tuberculosis treatment at Persahabatan General Hospital between January and August 2024. Results showed a significant increase in Body Mass Index (BMI) before and after treatment (p < 0.001), indicating an improvement in nutritional status. However, no significant association was found between improved nutritional status and the severity of pulmonary fibrosis. Limited spirometry data showed that patients with minimal-mild fibrosis tended to have better lung function compared to patients with moderate fibrosis. This study highlights the importance of monitoring nutritional status in tuberculosis patients, although its impact on the severity of pulmonary fibrosis requires further investigation."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library