Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Doni Muhammad Qodri Romdoni
"Di MTH 27 Office Suits, air hujan dialirkan melalui pipa air hujan dan saluran keliling menuju sumur-sumur resapan, overflow dari sumur resapan dialirkan menuju Raw Water Tank yang kemudian difilter dan dimasukkan ke dalam Ground Water Tank, air dari GWT ini kemudian dinaikkan ke Roof Tank Air Bersih dan dialirkan menuju outlet-outlet air bersih gedung. Air bekas dan air kotor sisa penggunaan dialirkan menuju Sewage Treatment Plant dimana hasil air Recycling ini kemudian dinaikkan menuju Roof Tank Air Recycling dan digunakan kembali untuk flushing di closet, urinoir, dan siram tanaman, siklus ini sesuai dengan prinsip zero run off.
Pada saat hujan besar, kadangkala air hujan tidak cukup tertampung di dalam RWT dan GWT yang memiliki kapasitas terbatas, jika terjadi demikian maka floating valve pada pipa RWT akan menutup dan air hujan langsung dibuang menuju saluran kota, kondisi surplus air ini tidak berdampak biaya.
Sebaliknya pada saat shortage air recycling, back up shortage air recycling menggunakan air bersih yang dipindahkan secara otomatis dari roof tank air bersih menuju roof tank air recycling, sehingga air PDAM tidak hanya digunakan untuk kebutuhan air bersih, tetapi juga digunakan untuk flushing dan siram tanaman manakala air hasil recycling tidak berhasil memenuhi kebutuhannya, kondisi ini berdampak pada timbulnya biaya tidak terencana. Diperlukan pengetahuan akan minimal tingkat hunian gedung untuk memastikan penggunaan sistem air recycling secara optimal.

In MTH 27 Office Suits, rainwater is channeled through rainwater pipes and circular canals to infiltration wells, overflows from infiltration wells are channeled to Raw Water Tank which is then filtered and put into Ground Water Tank, the water from GWT is then raised to the Clean Water Roof Tank and channeled to the building's clean water outlets. Used water eg. grey and black water are channeled to the Sewage Treatment Plant where the recycled water is then raised to the Recycled Water Roof Tank and reused for flushing in closets, urinals, and watering plants, this cycle is in accordance with the zero run off principle.
During heavy rains, sometimes the rainwater couldn’t be accommodated in the RWT and GWT which have limited capacity, if this happens then the floating valve on the RWT pipe will close and rainwater will directly discharged into the city channel, this surplus water condition has no cost impact.
On the other hand, when there is a shortage of recycled water, the back up for such condition is that clean water automatically transferred from the Clean Water Roof Tank to the Recycled Water Roof Tank, so that PDAM water is not only used for clean water needs but is also used for flushing and watering plants when there is a shortage of recycled water, this condition has an impact on the emergence of unplanned costs. Knowing of minimum building occupancy levels is required to ensure optimal use of water recycling systems.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Zharifa Salsabilla Sumirat
"Peningkatan timbulan sampah yang terus terjadi menimbulkan tantangan pengelolaan sampah seperti yang terjadi di Kabupaten Bandung, dimana hanya mampu mengelola sebesar 56,9% sampah yang dihasilkan. Pada penelitian ini, dilakukan analisis timbulan dan komposisi sampah pada Desa Padamukti & Desa Cibodas sebagai desa percontohan pengelolaan sampah dengan loop tertutup dalam pembangunan Ekowisata Citarik. Timbulan sampah yang bersumber dari rumah tangga, toko dan warung makan berturut-turut sebesar 0,532 Kg/Orang/Hari, 1,026 Kg/Unit/Hari dan 4,357 Kg/Unit/Hari. Komposisi sampah organik pada Desa Padamukti & Desa Cibodas yaitu sebesar 44% dari total keseluruhan sampah. Sampah organik didominasi oleh sampah sisa makanan sebesar 28%. Melalui sistem dinamis, dinilai keefektifan pengelolaan sampah berdasarkan nilai akumulasi sampah tidak terkelola di sumber maupun TPS. Simulasi dilakukan dengan melakukan skeanario eksisting, realistis dan optimis. Skenario perbaikan dilakukan dengan meningkatkan operasional pengumpulan, pengangkutan serta tingkat daur ulang pengolahan sampah organik. Skenario optimis merupakan skenario paling efektif dimana melalui kegiatan pengumpulan 1 hari sekali dan pengangkutan 1 minggu sekali serta tingkat daur ulang BSF dan komposting berturut-turut sebesar 100% dan 72%. Skenario optimis dapat mengelola keseluruhan sampah pada sumber. Meskipun begitu, masih terdapat akumulasi sampah di TPA mencapai 112 ton pada hari ke 365. Pewadahan sampah pada sumber membutuhkan minimal 4 unit wadah sampah. Luas lahan TPS yang dibutuhkan untuk menampung akumulasi sampah yaitu 546 m2. Sedangkan, 3,1 ton sampah makanan/hari dapat diolah menggunakan BSF dan menghasilkan 481 Kg larva segar/hari

The continuous increase in waste generation poses challenges for waste management as happened in Bandung Regency where it is only able to manage 56.9% of the waste generated. In this study, an analysis of waste generation and composition was carried out in Padamukti Village & Cibodas Village as pilot villages for closed-loop waste management in Citarik Ecotourism development. The generation of waste originating from households, shops and food stalls is 0.532 kg/person/day, 1.026 kg/unit/day and 4,357 kg/unit/day. The composition of organic waste in Padamukti Village & Cibodas Village is 44% of the total waste. Organic waste is dominated by food waste by 28%. Through a dynamic system, the effectiveness of waste management is assessed based on the accumulated value of unmanaged waste at the source and TPS. Simulations are carried out by carrying out existing, realistic and optimistic scenarios. The improvement scenario is carried out by increasing the collection, transportation and recycling operations of organic waste processing. The optimistic scenario is the most effective scenario where through collection activities once a day and transportation once a week and the BSF recycling and composting rates are 100% and 72%, respectively. The optimistic scenario can manage the entire waste at the source. Even so, there is still accumulation of waste in the TPA reaching 112 tons on the 365th day. Storage at the source requires a minimum of 4 units of waste containers. The TPS land area needed to accommodate the accumulated waste is 546 m2. Meanwhile, 3.1 tons of food waste/day can be processed using BSF and produce 481 kg of fresh larvae/day"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library