Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 18 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jalaludin
Abstrak :
Penelitian ini dilakukan di Balai Pemulihan Sosial Wanita Tuna Susila (BPSWTS) Cirebon Jawa Barat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui proses rehabilitasi sosial wanita tuna susila pada lembaga tersebut. Penelitian yang dilakukan diharapkan memberikan kontribusi bagi perbaikan pelaksana kebijakan berikutnya. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif, yang menjadi objek penelitian adalah semua pihak yang terlibat dalam proses pelaksana program rehabilitasi sosial di BPSWTS Cirebon, antara lain Kepala Balai, petugas fungsional, petugas lapangan, WTS yang sedang dalam pembinaan dan semua pihak yang terkait. WTS merupakan penyakit sosial, menurut sejarahnya WTS lahir bersamaan dengan intitusi lembaga formal pernikahan. Disamping itu WTS sudah muncul di zaman kerajaan-kerajaan kuno yang ada dibelahan bumi ini. Setelah pergeseran perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi WTS banyak muncul di kota-kota besar. Perkembangan dan populasi WTS mayoritas karena tuntutan ekonomi disamping ekses lain. Disamping itu urbanisasi dari desa ke kota dengan minimnya keterampilan dan pendidikan serta langkanya lapangan kerja diperkotaan akhirnya mereka bekerja menjadi PRT, pedagang rokok dan akhirnya untuk mempertahankan hajat hidup, tempat tinggal dan sebagainya akhirnya WTS menjadi alternatif pilihan. Muncul dan merebaknya WTS di setiap penjuru kota mengganggu ketertiban dan kenyamanan tata kota dan nilai-nilai serta norma-norma yang selama ini dibangun. Untuk itu Pemerintah melalui Depertemen Sosial (DEPSOS) dan lembaga terkait lainnya mencoba menertibkan WTS dengan program lokalisasi dan rehabilitasi. Melihat kompleksitas permasalahan WTS yang sarat dengan muatan ekonomi, sosial, norma, budaya dan politik dll, maka penanganannya membutuhkan pelayanan secara maksimal dan komprehensif. Proses rehabilitasi sosial WTS yang diselenggarakan oleh BPSWTS terdiri dari beberapa tahapan antara lain: Pertama, tahap rehabilitasi sosial terdiri dari: pendekatan awal, penerimaan, bimbingan mental, sosial dan keterampilan. Kedua, tahap resosialisasi yang terdiri dari bimbingan kesiapan peran serta masyarakat, bimbingan sosial masyarakat, bimbingan bantuan stimulus usaha produktif dan bimbingan usaha. Ketiga, tahap bimbingan lanjut yang terdiri dari bantuan pengembangan usaha dan bimbingan pengembangan usaha. Hasil penelitian yang diperoleh menggambarkan bahwa secara umum BPSWTS telah melaksanakan dan memberikan pelayanan program kepada klien secara prosedural yang ditetapkan. Dalam penelitian ditemukan ada beberapa kendala yang belum tersentuh dan menjadi prioritas berikutnya diantaranya bidang-bidang khusus yang harus menjadi prioritas pelayanan ditambah dengan pemberdayaan alumni. Hasil penelitian dari kegiatan orientasi dan motivasi dalam penjaringan klien, BPSWTS bekerjasama antara Balai, Satpol PP dan Polisi yang selama ini menjadi prioritas ke tempat yang dianggap rawan dipakai sebagi tempat WTS mengalami kegagalan. Yang menjadi kendala dalam program ini adalah terjadinya kebocoran informasi. Bimbingan mental menjadi perhatian, mengingat latar belakang WTS adalah wanita yang sehari-hari bergaul dalam dunia hitam. Disamping itu melihat latar belakang pendidikan klien yang komplek maka penanganpun harus komprehensif. Tujuan dari bimbingan mental adalah membangun WTS pecaya diri, harga diri, dan siap hidup ditengah masyarakat, maka pembinaan mental sebaiknya harus menjadi prioritas. Program rehabilitasi WTS harus melibatkan berbagai disiplin ilmu dan lembaga lain yang independen. Balai jangan kaku hanya merujuk pada Juknis dan Juklak, paling tidak ada pengembangan di lapangan dari aspek kerjasama maupun aspek metodologi. Dalam pembagian kerja profesi sebagai pekerja sosial telah memenuhi standar tetapi di bidang keagamaan masih ada kendala yang harus dibenahi untuk perbaikan program berikutnya. Dari hasil penelitian ditemukan faktor kendala penyaluran alumni dalam bursa dunia kerja yang dipaparkan di atas. Khusus dalam penyaluran tenaga kerja adalah program keterampilan yang monoton hanya menititik beratkan terhadap keahlian kewanitaan, padahal emansipasi wanita diluar Balai sudah jauh lebih maju. Tuntutan kerja wanita telah jauh dan sejajar dengan laki-laki. Oleh karena itu program keterampilan hemat peneliti harus diperluas sesuai dengan tuntutan dunia kerja. x, 6 Bab, 106 hal, 15 hal lampiran, 48 kepustakaan (40 Buku, 6 Jurnal, 2 Karya Ilmlah/Tesis, 1974-2004)
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2005
T13726
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ediani Rahardjanti
Abstrak :
Balai Kasih Sayang (BKS) Pamardisiwi adalah Unit Pelayanan Terapi dan Rehabilitasi (T&R), Pusat Laboratorium Terapi dan Rehabilitasi (PusLab T&R), Badan Narkotika Nasional (BNN), yang menyelenggarakan pelayanan bagi korban penyalahgunaan narkoba. Sebagai lembaga pemerintah yang melaksanakan pelayanan publik, BKS Pamardisiwi memiliki tanggung jawab memberikan pelayanan yang berkualitas sebagai bentuk akuntabilitas penyelenggaraan institusi publik. Pelayanan yang demikian membutuhkan strategi yang digerakkan oleh misi yang lebih berorientasi kepada pelanggan, yaitu masyarakat pengguna jasa layanan terapi dan rehabilitasi. Selama ini BKS Pamardisiwi belum menerapkan strategi yang berorientasi kepada pelanggan, yang dapat dilihat dari belum adanya data base pelanggan yang lengkap dan tersusun dengan baik, belum adanya informasi tentang alur pelayanan yang mudah diketahui pelanggan, belum terdistribusinya beban pekerjaan secara optimal, serta sikap, pengetahuan dan ketrampilan petugas yang belum memadai untuk memberikan pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan dan harapan pelanggan.

Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan kualitas pelayanan BKS Pamardisiwi ditinjau dari persepsi dan harapan pelanggan terhadap pelayanan yang diberikan. Penelitian juga dimaksudkan untuk mengetahui prosedur pelayanan dan pengelolaan BKS Pamardisiwi, serta menganalisa kesenjangan yang terjadi di dalam dan di luar organisasi, berdasarkan indikator kualitas pelayanan.

Penelitian ini menggunakan Metode Servqual, yaitu suatu metode untuk mengukur kualitas pelayanan berdasarkan pada persepsi dan harapan pelanggan terhadap 5 dimensi kualitas pelayanan yaitu (1) tangibles, (2) reliability, (3) responsiveness, (4) assurance, (5) empathy, sesuai teori kualitas pelayanan yang dinyatakan oleh Zeithaml (1990). Penelitian ini merupakan studi kasus pada BKS Pamardisiwi, dan proses pengumpulan data telah dilaksanakan pada bulan Februari 2005 sampai dengan April 2005. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode accidental sampling. Sumber data adalah responden yang terdiri dari pelanggan dan pegawai BKS Pamardisiwi. Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Metode pengambilan data dilakukan dengan observasi, wawancara, pengisian kuesioner, serta penelusuran dokumen dan kepustakaan. Analisis data dilakukan dengan menghitung distribusi frekuensi skor persepsi, harapan, serta skor servqual dan tingkat kepuasan yang dicapai pelanggan, kemudian melakukan analisis deskriptif kualitatif terhadap hasil pengamatan dan wawancara sesnai subyek yang diteliti. Metode Anova digunakan untuk mengetahui adanya perbedaan distribusi skor servqual pada tiap dimensi kualitas pelayanan.

Hasil penelitian menunjukkan masih adanya kesenjangan antara harapan pelanggan dengan persepsi pelanggan terhadap kinerja pelayanan BKS Pamardisiwi, yang meliputi seluruh dimensi kualitas pelayanan yaitu dimensi tampilan fisik, keandalan, ketanggapan, jaminan, dan empati. Kesenjangan tersebut juga berarti bahwa kualitas pelayanan yang diberikan oleh BKS Pamardisiwi selama ini belum sesuai dengan yang diharapkan pelanggan. Sementara itu hasil uji anova menunjukkan tidak adanya perbedaan yang signifikan pada penilaian pelanggan terhadap kelima dimensi kualitas pelayanan.

Hasil analisis data tentang kesenjangan internal menunjukkan bahwa faktor-faktor yang menjadi penyebab terbesar kesenjangan di dalam organisasi adalah kurangnya orientasi riset pasar, pemyataan tujuan yang kurang spesifik, kurangnya kemampuan petugas untuk mengontrol situasi yang tidak diduga, serta kurangnya komunikasi horizontal.

Berdasarkan hasil yang diperoleh dari penelitian ini disarankan agar BKS Pamardisiwi melakukan upaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan yang bersifat menyeluruh mencakup kelima dimensi kualitas pelayanan. Secara terinci upaya tersebut meliputi peningkatan program terapi dan rehabilitasi, melakukan kerjasama dengan lembaga ketrampilan, meningkatkan kompetensi pegawai, peningkatan sarana, perbaikan prosedur pelayanan, melakukan riset pelanggan, peningkatan sistem pengawasan, dan perbaikan sistem koordinasi dan komunikasi di dalam organisasi.
Balai Kasih Sayang (BKS) Pamardisiwi is the Therapy and Rehabilitation Service Unit (T&R), Therapy Laboratory Center and Rehabilitation (PusLab T&R), National Narcotics Board (BNN), that provides services for drugs abuser. As the government agency that provides public service, ?BKS Pamardisiwi' has responsibility to provide qualified service in the form of public institution accountability. Such service requires strategy motivated by customer-oriented mission, namely community who are the therapy and rehabilitation service user. So far BKS Pamardisiwi has not applied its customer oriented mission, as it is shown that they still do not have complete data base and it is not well arranged, they still do not have information about service line that is easily known by customer, load of work has been equally distributed, and the related worker has not been fully equipped with appropriate attitude, skill and knowledge to asset conforming to the customer's expectation and needs.

The purpose of this research is to specify quality of BKS Pamardi Siwi service based on customer's perception and expectation against the service. The research is also aiming to identify service procedure and BKS Parnardisiwi management, and analyze the gap between the internal and external part of organization pursuant to service quality indicator.

This particular research is applying Servqual Method, namely a method to measure the service quality based on customer's perception and expectations on 5 service quality dimensions namely (1) tangibles, (2) reliability, (3) responsiveness, (4) assurance, (5) empathy, conforming to service quality theory developed by Zeithaml (1990). This kind of research is the case study in BKS Pamardisiwi and the process of data collecting has been implemented in Februazy 2005 till April 2005. Sample is taken based on accidental sampling method. Data resources is the respondent comprising customer and employee of BKS Pamardisiwi. Data collected comprising primary and secondary data. Data collecting method is applied through observation, interview, questioner, and studying on documents and literature. Data analyzes is made by calculating perception score frequency distribution, expectation, and servqual score and satisfaction level achieved by customers, then qualitative descriptive analyses is made against the result of observation and interview in complying with the researched subject. Anova Method is used to identity the difference of servqual score distribution in each dimension of service quality.

Research result shows that there are still gaps between customer's expectation and customer's perception against BKS Pamardisiwi service performance that involves all dimension of service quality currently provided by physical appearance dimension, reliability, responsive, security and empathy. Such gap also means that service quality that currently provided by BKS Pamardisiwi is still not in complying with customer's expectation. Meanwhile, anova test result shows that there is no significant difference in customer's assessment against such five dimension of service quality.

Data analyses result on internal gap show that factors that highly contributed to the organization gap is the lack of market research orientation, less specific target statement, worker is not well equipped to control unexpected situation, and lack of horizontal communications.

Based on the result obtained from this research, it is recommended that BKS Pamardisiwi shall improve their integrated service quality that comprise therapy program and rehabilitation, maintain partnership with vocational agency, enhance worker competency, develop facilities and Service procedure, conduct customer research, boost the control system, and coordination system improvement and communication in organization.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2005
T22320
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vera Wiradharma
Abstrak :
Arsitektur bagi anak autis. Perasaan nyaman dan senang ini memberikan hasil yang maksimal dalam proses belajar dan terapi bagi mereka. Air banyak mempengaruhi kehidupan manusia, juga termasuk mempengaruhi kehidupan anak autis. Air yang menyambut, air yang memberi rasa tenang, air yang menimbulkan semangat, dan juga air yang memberikan perasaan senang. Untuk mencapai hasil yang maksimal di dalam proses belajar dan terapi anak autis, maka saya akan membuat sebuah komunitas anak autis dengan konsep lingkungan yang menyenangkan dan nyaman dengan mengangkat air sebagai tema desain.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
T41242
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rose Handayani
Abstrak :
Tesis ini bertujuan untuk memahami faktor internal dan faktor eksternal yang menyebabkan residen premature discharge dalam program rehabilitasi di Balai Besar Rehabilitasi BNN. Premature discharge adalah residen yang pulang dari rehabilitasi sebelum waktu yang ditentukan baik dengan melarikan diri atau diambil keluarga di tengah program. Penelitian ini dilakukan melalui pendekatan kualitatif dengan karakteristik penelitian deskriptif analisis. Data yang digunakan dalam penelitian terdiri atas data primer dan sekunder. Data primer didapatkan melalui wawancara kepada informan sebanyak 5 (lima) orang yang terdiri dari 2 (dua) residen, 1 (satu) komandan jaga, 1 (satu) perawat, dan 1 (satu) konselor. Sedangkan data sekunder didapatkan melalui penelusuran data-data di Balai Besar Rehabilitasi BNN seperti rekam medis, data kepegawaian, dan lain-lain. Teori yang dipergunakan meliputi teori tentang premature discharge/ discharge against medical advice, demografi, narkoba, sikap terhadap pengobatan, staf, dan struktur organisasi. Kejadian premature discharge secara teori dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Namun hasil penelitian di Balai Besar Rehabilitasi BNN menunjukkan faktor yang signifikan berpengaruh pada kejadian premature discharge dari sisi internal meliputi residen usia dewasa muda, residen yang tidak bekerja, pengguna ATS, residen yang memiliki keyakinan rendah selama menjalani rehabilitasi. Sedangkan dari faktor eksternal tidak memberikan dampak yang signifikan pada kejadian premature discharge residen di Balai Besar Rehabillitasi BNN. Pembagian kerja di Balai Besar Rehabilitasi BNN telah berjalan dengan baik, staf mampu menjadi role model yang baik, dan fasilitas bagi residen sudah mencukupi. Adanya temuan teori ini berguna bagi lembaga rehabilitasi dalam menentukan arah kebijakan layanan agar lebih menekankan keunikan residen dan memandang mereka secara holistik. Beberapa saran yang diberikan untuk mencegah munculnya premature disharge antara lain peningkatan kegiatan residen, optimalisasi sarana dan prasarana, peningkatan wawasan residen, peningkatan konseling individu bagi residen, serta peningkatan wawasan untuk staf.
This thesis aimed to understand the internal and external factors which cause premature discharge of residents in treatment programs of Rehabilitation Center of National Narcotics Board. Premature discharge is a process when resident don`t finish his/her moment of rehabilitation or in other way her/she finish before regular moment because of escape from facility or being terminated by her/his family. This research was conducted through qualitative approach with descriptive characteristics analysis. The data used in the research consisted of primary and secondary data. The primary data obtained through interviews to the informant as much as five (5) persons consisting of two (2) resident, 1 (one) guard commander, 1 (one) nurses, and 1 (one) counselor. While secondary data was taken by investigating and managing data from medical record, human resources, etc. Research was using theory about premature discharge/ discharge against medical advice, demography, substance abuse, attitude toward medical treatment, human research and organizational structure. The incidence of premature discharge theoretically influenced by two factors: internal factors and external factors. However, the results of research at Rehabilitation Center of National Narcotics Board showed significant factors affect the incidence of premature discharge from the internal side covers early adult resident, resident who does not work, ATS users, residents who have low confidence while undergoing rehabilitation. While external factors do not have a significant impact on the incidence of premature discharge resident in the Rehabilitation Center of National Narcotics Board. The division of labor in Rehabilitation Center of National Narcotics Board has gone well, the staff is able to be a good role model, and facilities for the resident to be sufficient. The findings of this theory is useful for rehabilitation institutions in determining the policy direction of the service in order to further emphasize the uniqueness of the resident and looking at them holistically Some recommendation will be given for next improvement such as an increase resident activities, optimize the facilities, increase resident insight, and educate the knowledge of staff.
Depok: Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farhan Mursalin
Abstrak :
ABSTRAK
Persaingan di dunia kerja mengharuskan para penyandang disabilitas mempunyai kemampuan yang baik. Untuk itu dibentuklah Balai Rehabilitasi Vokasional Bina Daksa yang memfokuskan dalam pemberian pelatihan keterampilan kepada penyandang disabilitas. Namun pelaksanaan dilapangan dihadapkan pada tugas dan peran pekerja sosial beserta instruktur, keterbatasan anggaran sosialisasi sampai keterbatasan pengajar adalah masalah yang ditemukan. Untuk itu dilakukanlah penelitian tentang peran pekerja sosial dan instruktur dalam program pelayanan di balai rehabilitasi, menggunakan pendekatan kualitatif dan jenis penelitian deskriptif. Teknik pengumpulan data melalui wawancara, group discussion dan observasi. Wawancara dilakukan terhadap pimpinan panti, group discussion dilakukan kepada kelompok informan pekerja sosial, siswa, dan instruktur, dengan jumlah informan sebanyak enam belas informan. Didapatkan temuan bahwa peran pekerja sosial belum berjalan sesuai dengan standard operational procedure SOP terutama pada tahapan rekrutmen, assesment, dan pelatihan vokasional. Kurangnya jumlah instruktur menyebabkan pekerja sosial mengisi di bidang pelatihan keterampilan. Sementara pada perekrutan masih ditemukan adanya siswa yang tidak memenuhi persyaratan. Saran yang diberikan antara lain, menjalin koordinasi yang baik dengan dinas provinsi/daerah dalam hal sosialisasi dan perekrutan, pemanfaatan teknologi dan informasi dalam kegiatan sosialisasi, penambahan anggaran sosialisasi, penambahan tenaga instruktur, dan pelatihan keterampilan dan kemampuan yang dibutuhkan oleh pekerja sosial beserta instruktur.
Competition in the world of work requires that persons with disabilities have good skills. For this purpose, a Bina Daksa Vocational Rehabilitation Center was established which focuses on providing skills training to persons with disabilities. But the implementation of the field faced with the duties and roles of social workers and instructors, the limitations of socialization budget to the limitations of teachers is a problem found. Therefore, research on the role of social workers and instructors in service programs in rehabilitation centers, using qualitative approach and descriptive research type. Data collection techniques through interviews, group discussion and observation. Interviews were conducted with the leaders of the orphanage, group discussions were conducted to informant groups of social workers, students, and instructors, with a total of sixteen informants. It was found that the role of social workers has not been run in accordance with standard operational procedures SOPs , especially in the stages of recruitment, assessment, and vocational training. Lack of number of instructors leads social workers to fill in the field of skills training. While the recruitment is still found the existence of students who do not meet the requirements. Suggestions provided include good coordination with provincial local agencies in terms of socialization and recruitment, utilization of technology and information in socialization activities, the addition of socialization budget, the addition of instructors, and skills and skills training needed by social workers and instructors.
2018
T51094
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Heti Sri Hari Cahyani
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk melihat strategi panti rehabilitasi dalam pencegahan relapse pada korban penyalahguna Napza. Penelitian dilakukan di PSPP Galih Pakuan Bogor dengan metode penelitian deskriptif analisis dan metode analisis kebijakan SWOPA Strengthness, Weaknesses, Opportunities, Problems, Actions . Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam, observasi, dan penelusuran data sekunder. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sudah ada arah kebijakan pemerintah yang mendukung upaya rehabilitasi dalam penanganan penyalahgunaan Napza yang dapat dilihat dari peraturan perundang-undangan yang berlaku tentang rehabilitasi sosial bagi korban penyalahgunaan Napza. Meski demikian, masih ada disharmoni peraturan tentang ketentuan sanksi penyalahgunaan Napza yang menyebabkan pemberian sanksi bagi korban penyalahguna Napza masih terfokus pada sanksi pidana. Selain itu, hasil penelitian juga menunjukkan bahwa PSPP Galih Pakuan mempunyai strategi rehabilitasi yang berfokus pada klien dan keluarga klien. Walaupun strategi tersebut belum menunjukkan hasil kelulusan rehabilitasi yang tinggi dan tidak menjamin kondisi kepulihan pasca rehabilitasi, namun hasil penelitian menunjukkan bahwa ada peningkatan keberfungsian sosial selama klien menjalani rehabilitasi di dalam panti.
ABSTRACT
This study was conducted to look at the strategy of rehabilitation center in relapse prevention for drug abuser. This research has been conducted in PSPP Galih Pakuan Bogor using the analysis descriptive research method and SWOPA policy analysis method Strengthness, Weaknesses, Opportunities, Problems, Actions . Data collection is done through in depth interviews, observation, and secondary data tracking. The results indicate that there is already a policy that supports the rehabilitation efforts for drug abuser rsquo s treatment which can be seen from the prevailing regulations on social rehabilitation for drug abuser. Nevertheless, there are still disharmony on the provisions of sanctions of drug abuse which led to sanction for drug abusers are still focused on criminal sanctions. In addition, the results also show that PSPP Galih Pakuan has strategies that focuses on clients and client families. Although the strategy has not shown high graduation results and doesn rsquo t guarantee the condition of post rehabilitation, the results show that there is an increase in client rsquo s social functioning within the rehabilitation center.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2018
T50274
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ela Bestia
Abstrak :
Banyaknya penyalahguna narkotika yang ditempatkan di Lapas menjadi tantangan sendiri bagi Badan Narkotika Nasional (BNN) dengan Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkumham) dalam memenuhi kebutuhan rehabilitasi bagi mereka. BNN sebagai leading sektor pelaksanaan P4GN dan Kemenkumham sebagai instansi pelaksana perlu bersinergi dalam upaya rehabilitasi penyalahguna narkotika di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) agar dapat menekan laju prevalensi penyalahgunaan narkotika nasional. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana sinergi yang terjalin antara BNN dan Kemenkumham dalam upaya rehabilitasi narapidana narkotika di Lapas, dan bagaimana kendala sinergi dan penyelenggaraan layanan rehabilitasi di Lapas. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, teknik pengambilan data melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi. Peneliti menggunakan sejumlah teori dan konsep dalam penelitian ini, yaitu teori sinergi, konsep pemasyarakatan, dan rehabilitasi. Hasil dari penelitian ini ditemukan bahwa sinergi antara BNN dengan Kemenkumham dalam upaya rehabilitasi narkotika di Lapas sudah terjalin sejak lama, namun bersifat dinamis. Adapun faktor yang mempengaruhi sinergi tersebut adalah anggaran, kebijakan pimpinan, dan kebijakan pemerintah. Pada awalnya BNN dan Kemenkumham bekerja sama menginisiasi program rehabilitasi di Lapas namun sejak BNN menghentikan dukungan anggaran ke Lapas, Kemenkumham berinisiatif melanjutkan program tersebut dengan menggunakan anggaran sendiri. Sinergi masih banyak bersifat prosedural dan administratif namun terbatas dalam hal implementasinya sehingga dibutuhkan kebijakan yang mengakomodasi sinergi tersebut, dukungan anggaran, sarana prasarana, peningkatan kemampuan petugas rehabilitasi, supervisi, monitor dan evaluasi yang dapat mengoptimalkan penyelenggaraan rehabilitasi narkotika di Lapas. ......The large number of narcotics abusers placed in prisons is a challenge for the National Narcotics Agency (BNN) and the Ministry of Law and Human Rights (Kemenkumham) in meeting their rehabilitation needs. BNN as the leading sector in the implementation of P4GN and the Ministry of Law and Human Rights as the implementing agency need to synergize in efforts to rehabilitate narcotics abusers in prisons to reduce the prevalence of narcotics abuse nationwide. The purpose of this study was to find out the synergy that exists between BNN and the Ministry of Law and Human Rights in the rehabilitation of narcotics prisoners in prisons, the obstacles to synergy and the implementation of rehabilitation services in prisons. This study uses qualitative methods, data collection techniques through interviews, observation, and documentation. Researchers used several theories and concepts in this study, namely the theory of synergy, the concept of correctional, and rehabilitation. The results of this study found that the synergy between BNN and the Ministry of Law and Human Rights in narcotics rehabilitation efforts in prisons has existed for a long time, but the policies are dynamic. The factors that influence the synergy are the budget, leadership policies, and government policies. At first BNN and Kemenkumham worked together to initiate rehabilitation in prisons, but since BNN stopped budget support to prisons, Kemenkumham has taken the initiative to continue the program with its own budget. Synergies are still mostly procedural and administrative in nature but limited in terms of implementation. Policies needed to accommodate these synergies are budget support, infrastructure, capacity building for rehabilitation officers, supervision, monitoring and evaluation that can optimize the implementation of rehabilitation in prisons.
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ramlah Arief
Abstrak :
Unit Pelaksana Teknis Terapi dan Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional memberikan pelayanan publik kepada masyarakat melalui Rehabilitasi Sosial bagi korban penyalahgunaan narkoba. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif, dimana data primer didapatkan melalui wawancara, dan pengamatan (obeservasi), sedangkan data sekunder didapatkan melalui telaah dokumen. Hal ini dimaksudkan untuk mencapai tujuan penelitian yang diinginkan yaitu ingin mengetahui proses internal rehabilitasi sosial unit pelaksana teknis terapi dan rehabilitasi Badan Narkotika Nasional. Penelitian ini meneliti selama 1 (satu periode) April 2007 s/d Mei 2008. Berdasarkan tujuan penelitian yang ingin diketahui maka didapatkan kesimpulan hasil penelitian sebagai berikut : 1)Proses internal pada Rehabilitasi Sosial di UPT T&R BNN berjalan dengan baik sesuai dengan system open managemen yang digunakan Rehabsos Hal ini dibuktikan dengan kualitas SDM, Anggaran dana pelaksanaan Rehabsos, metode yang digunakan, kualitas pelayanan, alat serta bahan serta sarana dan prasarana yang dimiliki rehabsos sangat baik. Hal-hal yang dirasa masih belum optimal adalah pada parameter keberhasilan program, serta pendampingan kepada residen pasca menjalani terapi dan rehabilitasi 2)Faktor-faktor yang menjadi kendala di Rehabilitasi Sosial UPT T&R BNN ialah kualitas konselor addict serta system controlling, monitoring terhadap konselor addict yang secara komprehensif belum tertangani dengan baik 3)Pencapaian target di Rehabilitasi Sosial UPT T&R BNN Target pelayanan yang ditetapkan oleh Rehabsos memberikan pelayanan terapi dan rehabilitasi, dengan jumlah target sampai dengan bulan Oktober 2008 adalah sebesar 75% dan diharapkan diakhir tahun 2008 jumlah target dapat tercapai dengan baik Sebagai saran-sarannya adalah sebagai berikut : 1)Untuk meningkatkan kualitas pelayanan yang prima maka perlu dibuat parameter keberhasilan program di Rehabsos, serta evaluasi efektifitas dan efisiensi program di rehabsos 2)Untuk meningkatkan profesionalitas dan keberhasilan tugas Konselor, maka perlu adanya upaya mengatasi kendala-kendala dalam pelaksanaan tugas Konselor khususnya dalam pelaksanaan kegiatan TC di Rehabsos UPT T&R BNN. 3)Mengingat pentingnya pelaksanaan tugas Konselor diharapkan adanya pelatihan-pelatihan berkesinambungan serta studi lanjut bagi petugas konselor khususnya konselor addic 4)Meningkatkan kerja sama Regional yaitu Negara-negara tetangga yang memiliki perhatian kepada masalah narkoba, instansi terkait, Lembaga Swadaya Masyarakat dalam upaya penyelenggaraan pelatihan tenaga pelaksana kegiatan TC terutama tenaga Konselor.
The Therapy and Rehabilitation Technical Implementation Unit, National Narcotics Agency give public services to the community through Social Rehabilitation for Drug tresspassers victims. This research used descriptive methods with qualitative approach, where primary data is acquired through interview and observation, and secondary data is acquired through documentation analysis. This is done to achieve the aim of the research, which is to know about the Internal Process of Social Rehabilitation in the Therapy and Rehabilitation Technical Implementation Unit, National Narcotics Agency. This research is conducted for 1 periode from April 2007 till May 2008. According to the aim of this research, several conclusion is achieved from the result of this research : 1) The Internal process of Social Rehabilitation in UPT T&R BNN, is already performing well according to the open management system used by the Social rehabilitation. This is proven by the quality of the Human Resources, budget funds for the implementation of Social Rehabilitation, methods used, the quality of service, tools and material, and the facilitation and equipment of the Social Rehabilitation is appraised very good. Several things which is not optimal and need to be improve and defined is the criteria of success of the program, and the companion of the client after having therapy and rehabilitation. 2) Factors which pursue the Social Rehabilitation in UPT T&R BNN, is the quality of the addict counselor and the controlling system of the addict counselor which is not handled efectively. 3) The target of achievement of the Social Rehabilitation in UPT T&R BNN is to give service in therapy and rehabilitation for drug tresspassers, and the sum of target drug tresspassers having therapy and rehabilitation is achieved 75 % from the target, for each month. Recommendation : 1)To increase the quality of service to be excellent, it is important to define the criteria of success of the Social Rehabilitation program, and evaluation of the effectiveness and efficiency of the program. 2)To increase the professionalism and achievement of the counselor?s job, it is needed to handle factors that pursue the duty of the counselor, especially in the implementation of the TC activity in Social Rehabilitation UPT T&R BNN. 3)Due to the importance of the counselor?s job, it is important to have a continous and further education for the counselor, especially addict counselor. 4)Increase Regional cooperation with neighbor countries which has great attention in Drugs issues, related Organization, Non governmental organization, in conducting training program for person involved in TC activities, especially counselors.
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2008
T 25581
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Listiyana Kurniawan
Abstrak :
Seorang pengguna narkoba memiliki masalah secara mental dan fisik. Pada dasarnya mereka menginginkan untuk kembali ke masyarakat dan menjalani hidupnya seperti orang biasa lainnya. Karena itu mereka membutuhkan suatu proses pemulihan namun tidak dapat disamakan penanganannya dengan orang biasa. Konsep pemulihan bagi mereka harus dapat menjawab kebutuhan pengguna narkoba dan membantu memulihkan kondisi mereka. Untuk menampung kegiatan pemulihan tersebut, diadakan suatu wadah pemulihan yang disebut pusat rehabilitasi narkoba. Sebagai sebuah wadah pemulihan, pusat rehabilitasi narkoba harus memiliki kaitan terhadap konsep pemulihan. Pengaruh konsep pemulihan terhadap pusat rehabilitasi narkoba secara arsitektural tentunya akan memberikan pengaruh juga terhadap pemulihan pengguna narkoba.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S48577
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sulaeman Pringgodigdo
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1993
S47982
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>