Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 38 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tampubolon, Robert
"Sebagaimana lembaga keuangan lainnya pengawasan terhadap perusahaan-perusahaan dalam industri asuransi sangat perlu dilakukan, alasan utama pengawasan tersebut adalah adanya fakta bahwa seluruh nilai (value) dari janji (Promise) yang dijual pada masyarakat oleh perusahaan asuransi terletak pada kondisi perusahaan di masa yang akan datang (Future Perfomance). Dengan pengertian lain kesanggupan perusahaan asuransi dalam memenuhi janjinya terletak pada bagaimana perusahaan menjaga kondisinya saat sekarang dan saat yang akan datang.
Untuk melindungi masyarakat sebagai pengguna jasa asuransi dan dalam rangka pengawasan dan pembinaan industri asuransi pemerintah memberlakukan ketentuan-ketentuan tentang usaha penyelenggaraan usaha peransuransian, kesehatan keuangan perusahaan dan batas tingkat solvabilitas perusahaan. Ketentuan ini mengharuskan seluruh perusahaan asuransi dan Reasuransi menjaga tingkat solvabilitas atau aturan lain sebaik-baiknya.
Dengan metode perhitungan Risk Based Capital (RBC) regulator mengawasi seluruh perusahaan asuransi dan Reasuransi dengan menentukan tingkat minimun solvabilitas yang harus dipenuhi yaitu sekurang-kurangnya 120 persen dari risiko kerugian yang mungkin timbul sebagai akibat dari deviasi pengelolaan kekayaan dan kewajiban. Deviasi tersebut meliputi :
1. Kegagalan pengelolaan kekayaan.
2. Ketidaksesuaian antara kekayaan dan kewajiban
3. Ketidaksesuaian antara kekayaan dan kewajiban
4. Perbedaan antara klaim yang terjadi dan beban beban yang diperkirakan.
5. Ketidakcukupan premi akibat perbedaan antara hasil investasi yang diperkirakan dan yang terjadi) dan terakhir
6. Ketidakmampuan reasuransi memenuhi kewajiban
Tidak terkecuali PT Reasuransi Internasional Indonesia sebagai satu dari empat Profesional dalam negeri mutlak memenuhi ketentuan yang dipersyaratkan. Dari perhitungan Risk Based Capital (RBC) yang dilakukan dalam penulisan ini, PT Reasuransi Internasional belum mencapai tingkat solvabilitas yang diwajibkan, oleh karenanya kerja keras dan keinginan untuk menaikkan tingkat solvabilitas dapat dilakukan melalui tindakan-tindakan efektif seperti revaluasi atas asset, utang-piutang atau cara lain dalam menaikkan tingkat solvabilitas. Penyampaian perhitungan tingkat solvabilitas dalam tulisan ini diharapkan bermanfaat membantu pembaca dalam memahami dan menghitung tingkat solvabilitas dengan metode Risk Based Capital (RBC)."
Depok: Universitas Indonesia, 2000
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Redjeki Hartono
"Indonesia merupakan suatu negara yang secara alamiah mempunyai berbagai segi yang sangat menguntungkan bagi pertumbuhannya, baik untuk kepentingan nasional maupun internasional. Dalam tata pergaulan internasional, terutama dalam rangka pergaulan ekonomi dan perdagangan internasional peranan Indonesia adalah tidak kecil, baik karena letaknya yang strategis yaitu dalam posisi silang antara dua samudera dan dua benua, maupun karena kekayaan alamiah yang dapat memenuhi kebutuhan dan pasaran internasional. Mengingat peranannya yang sangat penting dalam tata pergaulan ekonomi internasional, Indonesia sangat mcmbutuhkan berbagai perangkat peraturan yang dapat dipergunakan dalam tata pergaulan tersebut di atas. Perangkat peraturan tersebut, harus dapat memenuhi berbagai aspek baik dari kualitas maupun dalam tata kerjanya pada kebiasaan internasional. Salah satu aspek utama dalam tata pergaulan ekonomi internasional termaksud adalah aspek asuransi; karena pada dasarnya asuransi merupakan salah satu mata rantai yang dapat mempengaruhi kelancaran aktivitas dunia usaha pada umumnya baik dalam ruang lingkup nasional maupun internasional. Aspek lain sebagai mata rantai dalam kegiatan termaksud di atas adalah aspek pengangkutan, alat pembayaran, di samping kondisi masing-masing objek perdagangan itu sendiri. Dengan makin maju dan lancarnya dunia usaha dan perdagangan pada umumnya, maka dapat dipastikan bahwa kemajuan dan kelancaran dunia usaha tersebut akan diikuti pula dengan kemajuan kegiatan sektor perasuransian pada umumnya. Dapat dikatakan demikian, karena pada sctiap kegiatan dalam dunia perdagangan dan perekonomian pada umumnya selalu diperlukan jasa asuransi, yang dilayani oleh industri jasa asuransi. Dapat dipastikan bahwa setiap kegiatan dalam bidang perekonomian pada umumnya, termasuk perdagangan dan industri selalu mempergunakan jasa industri asuransi. Jadi jasa industri asuransi pada dasarnya selalu melibatkan diri pada setiap jenis kegiatan yang bergerak dalam bidang perekonomian, baik nasional maupun internasional."
Depok: Universitas Indonesia, 1990
D455
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1985
S17720
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratna Kartikasari
"Tantangan yang dihadapi asuransi kerugian dan reasuransi semakin berat. Hal itu disebabkan oleh ketidakstabilan ekonomi dalam negeri akibat inflasi dan berbagai bencana alam yang terjadi. Ketidakstabilan ekonomi mengurangi daya beli masyarakat, sehingga minat untuk membeli polis asuransi juga menurun. Sementara, berbagai bencana alam di Indonesia yang terjadi tentunya menimbulkan dampak buruk terhadap perkembangan asuransi kerugian di Indonesia. Hal itu masih diperburuk dengan berbagai bencana yang terjadi di berbagai negara. Bencana-bencana tersebut mengakibatkan klaim yang ditanggung reasuransi semakin meningkat, sehingga kekuatan reasuransi menurun dalam menutup pertanggungan. Fenomena yang dihadapi industri asuransi umum di Indonesia tersebut tentunya menuntut dirumuskannya strategi-strategi yang tepat di perusahaan - perusahaan asuransi kerugian untuk bisa tetap bersaing, sekaligus tetap menjaga kepuasan para pemangku kepentingan perusahaan. Dengan demikian, perlu dilakukan suatu analisis atas kinerja perusahaan, sehingga dapat dirumuskan strategi-strategi yang dapat menjawab tantangan dan ancaman perusahaan. PT Asuransi Allianz Utama Indonesia merupakan perusahaan asuransi kerugian patungan antara Allianz SE, PT Asuransi Jasa Indonesia dan PT Asuransi Wuwungan. Visi Azindo adalah menj adi "The First Choice" bagi para pelanggannya, mitra-mitra bisnisnya dan karyawannya dengan membangun hubungan yang berdasarkan kepercayaan. Sedangkan. misi Azindo adalah bertujuan menjadi perusahaan asuransi patungan terbaik di Indonesia untuk seluruh lini bisnis pada tahun 2010. Meskipun Azindo menduduki peringkat ke-7 berdasarkan pendapatan premium kotor perusahaanperusahaan ásurañsi kerugian di Indonesia pada tahun 2005, namUn hal tersebut belummenjadi suatu kepastian bahwa perusahaan dapat terlepas dari ancaman kerugian sebagai akibat tingkat klaim yang tinggi. Analisis profitabilitas dilakukan pada PT Asuransi Allianz Utama Indonesia dengan mengaplikasikan metode Rasio Profitabilitas dari Rasio "Early Warning System" dan metode Economic Value Added. Selain analisis terhadap profitabilitas perusahaan secara keseluruhan, analisis profitabilitas pada setiap lini bisnis perusahaan juga dilakukan. Hasil penghitungan disajikan secara komparatif, dengan rnenggunakan datadata keuangan yang berasal dari hasil publikasi laporan tahunan perusahaan selama periode tahun 2004 sampai dengan tahun 2006. Kesimpulan dari pembahasan yang dilakukan adalah profitabilitas PT Asuransi Allianz Utama Indonesia pada periode 2004 sarnpai dengan 2006 cenderung mengalarni penurunan. Secara umum, penyebab penurunan EVA Azindo adalah penurunan NOPAT. Sementara, performa rasio Azindo yang menurun disebabkan oleh pertumbuhan pendapatan underwriting yang belum stabil. Berkaitan dengan kinerja lini bisnis, meskipun Properti dan Kendaraan Bermotor menghasilkan 50% premi bruto perusahaan, namun hasil EVA dan Rasio Profitabilitas kedua lini bisnis tersebut tidak berpengaruh signifikan pada EVA dan Rasio Profitabilitas perusahaan. Lebih lanjut, strategi-strategi yang direkomendasikan antara lain strategi untuk rneningkatkan nilai pertanggungan pada lini bisnis Kendaraan Bermotor dengan tetap menggunakan tarif yang telah ditentukan pemerintah dan strategi untuk meningkatkan nilai pertanggungan namun disertai dengan penentuan kebutuhan reasuransi yang tepat pada keempat lini bisnis lainya.

Nowadays, insurance industry, especially general insurance business and reinsurance business, face more challenges. This condition is a consequence of unstable economic, as a result of inflation, and also many natural disasters. The unstable economic reduce people purchasing power, and then it also reduce the interest to buy insurance policies. Meanwhile, the natural disasters in Indonesia result bad impact on insurance industry growth. Moreover, it is worst by natural disasters happened on many countries. The disasters have resulted higher claim expenses, so that the capability of reinsurance reduce. These challenges force insurance companies to formulate good strategies, in competing with the peers and improving the stakeholders' satisfaction. Therefore, an analyze of company performance is needed in formulating the good strategies. PT Asuransi Allianz Utama Indonesia is a joint venture general insurance of Allianz SE, PT Asuransi Jasa Indonesia dan PT Asuransi Wuwungan. The company vision is being "The First Choice" for the customer, business partner, and employee by developing the relationshiop based on trust. The company mission is achieving the best joint venture general insurance in every line of business on 2010. Azindo achieves the top 7 general insurance companies based on Gross Written Premium production on 2005. Nevertheless, there is still the threat of suffering loss because of high claim expenses. Profitability of Azindo is analysed by applying Profitability Ratio of "Early Warning System" Ratio and Economic Value Added method. Beside company profitability, the profitability of each line of business is also analysed. Calculating the financial data provided on the Financial Statement, the profitability analyis of Azindo on 2004 until 2006 is con paratively presented.The conclusion of analysis result is the profitability of Azindo on 2004 until 2006 has reduced. Generally, EVA's reduction is caused by NOPAT's reduction. While ratio's reduction is caused by unstable underwriting income. Line of business wise, although Property and Motor Vehicle contribute 50% gross premium, their EVA and profitability ratio have not been significantly contribute to company's EVA and profitability ratio. Moreover, some of recommended strategies are the strategies to increase total sum insured on Motor Vehicle by applying new tariff which has issued by government, and the strategies to incerase total sum insured with the accurate assessment of needed reinsurancesupportson other 4 (four) line of businesses."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2008
T23039
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sidabalok, Eka Hanna
"Dalam menanggung risiko-risiko dari tertanggung (nasabah/pemegang polis), adakalanya tidak semua bagian risiko tersebut ditanggung sendiri oleh perusahaan asuransi, terutama untuk risiko-risiko yang besar. Perusahaan asuransi menggunakan jasa reasuransi untuk mengasuransikan kembali sebagian risiko yang ditanggungnya. Salah satu jenis reasuransi yang paling dikenal yaitu reasuransi stop-loss. Dalam praktik reasuransi stop-loss, perusahaan asuransi menentukan terlebih dahulu besar retensi yang ditahannya dan sisanya akan dibayarkan oleh perusahaan reasuransi. Retensi adalah batas maksimum dari uang pertanggungan yang dapat ditanggung oleh perusahaan asuransi atas suatu risiko tertentu. Penentuan retensi yang optimal sangat penting bagi perusahaan asuransi. Tiga kriteria penentuan retensi optimal untuk suatu reasuransi stop-loss yang akan dibahas di sini adalah retensi optimal untuk suatu modal tertentu, retensi optimal berdasarkan optimisasi Value at Risk (VaR), dan retensi optimal berdasarkan optimisasi Conditional Tail Expectation (CTE). Kriteria pertama didasarkan pada besar modal awal yang fixed. Adapun kedua kriteria lainnya didasarkan pada optimisasi ukuran risiko VaR dan CTE dari biaya total (total risiko) yang ditanggung oleh perusahaan asuransi. Jika solusi untuk kedua optimisasi VaR dan CTE ada, maka kedua optimisasi tersebut memberikan nilai retensi optimal yang sama.

In covering the risks of the insured (policy holder), occasionally not all of the risks are insured by the insurer itself, especially for the large ones. To cover the top part of the risk, the insurer purchases reinsurance coverage from another company (called reinsurer). One of reinsurance designs is a stop-loss contract. In the stop-loss reinsurance practice, the insurer determines a retention limit to be retained and the reinsurer will pay for the remainder. The retention equals the maximum amount to be paid out for every single claim by the insurer. Determining an optimal level of retention is important for the insurer. Three criteria of determining the optimal retention for a stop-loss reinsurance which will be discussed here are the optimal retention for a fixed capital, the optimal retention based on VaR-optimization, and the optimal retention based on CTEoptimization. The first criterion is based on an initial fixed capital of the insurer. The two others are based on optimization of VaR and CTE risk measures of the total risks of the insurer. If optimal solutions exist, then both VaR- and CTEoptimization criteria yield the same optimal retentions."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S42712
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Cindy Claudia Sari
"[ABSTRAK
Laporan ini membahas penerapan perpajakan terkait kegiatan reasuransi dan juga kegiatan retrosesi pada PT DEF Indonesia. Analisis dilakukan dengan mengacu pada regulasi perpajakan dan juga teori yang berlaku. Dalam pelaksanaan yang dilakukan PT DEF Indonesia, terdapat beberapa kesesuaian yang ditunjukkan dari penerapan perpajakan terkait penerimaan premi bruto, pembayaran klaim bruto, dan pembayaran premi retrosesi, pembayaran komisi bruto, dan juga penetapan perusahaan sebagai wajib PKP. Namun ditemukan juga beberapa ketidaksesuaian antara peraturan dan teori berlaku dengan pelaksanaan yang dilakukan PT DEF Indonesia pada penerimaan klaim retrosesi dan penerimaan komisi retrosesi.;

ABSTRACT
The report discusses the implementation of tax related to reinsurance and retrocession activities also in PT DEF Indonesia. The analysis was performed with reference to the tax regulations and also the prevailing theory. In the implementation carried out by PT DEF Indonesia, there are several cases where their tax practices conform to regulations and theory, such as gross receipt premium, gross claims payment, paymentof retrocession premiums, gross commission payment, and also the establishment of the company as required PKP. But there are also some discrepancies between related regulations and theories to the implementation by PT DEF Indonesia at the reception of retrocession claims and receipt commission retrocession.;The report discusses the implementation of tax related to reinsurance and retrocession activities also in PT DEF Indonesia. The analysis was performed with reference to the tax regulations and also the prevailing theory. In the implementation carried out by PT DEF Indonesia, there are several cases where their tax practices conform to regulations and theory, such as gross receipt premium, gross claims payment, paymentof retrocession premiums, gross commission payment, and also the establishment of the company as required PKP. But there are also some discrepancies between related regulations and theories to the implementation by PT DEF Indonesia at the reception of retrocession claims and receipt commission retrocession.;The report discusses the implementation of tax related to reinsurance and retrocession activities also in PT DEF Indonesia. The analysis was performed with reference to the tax regulations and also the prevailing theory. In the implementation carried out by PT DEF Indonesia, there are several cases where their tax practices conform to regulations and theory, such as gross receipt premium, gross claims payment, paymentof retrocession premiums, gross commission payment, and also the establishment of the company as required PKP. But there are also some discrepancies between related regulations and theories to the implementation by PT DEF Indonesia at the reception of retrocession claims and receipt commission retrocession., The report discusses the implementation of tax related to reinsurance and retrocession activities also in PT DEF Indonesia. The analysis was performed with reference to the tax regulations and also the prevailing theory. In the implementation carried out by PT DEF Indonesia, there are several cases where their tax practices conform to regulations and theory, such as gross receipt premium, gross claims payment, paymentof retrocession premiums, gross commission payment, and also the establishment of the company as required PKP. But there are also some discrepancies between related regulations and theories to the implementation by PT DEF Indonesia at the reception of retrocession claims and receipt commission retrocession.]"
2015
TA-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sarah Afifah
"[ABSTRAK
Salah satu opsi manajemen risiko bagi perusahaan asuransi adalah dengan
membagi atau mentransfer risiko yang ditanggungnya kepada perusahaan
asuransi lain, yang disebut reasuransi. Konsep reasuransi ini memberikan banyak
keuntungan bagi perusahaan asuransi, sekaligus membebani perusahaan dengan
biaya tertentu. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor yang
memengaruhi kebutuhan jasa reasuransi pada perusahaan asuransi di Indonesia
dengan melihat aspek loss ratio, gearing ratio, tingkat debt to equity ratio,
volatilitas biaya klaim, volatilitas hasil investasi, jenis organisasi, dan konsentrasi
lini pertanggungan perusahaan. Dari hasil penelitian kepada perusahaan asuransi
kerugian sebanyak 64 perusahaan dari tahun 2010-2013, dapat ditarik kesimpulan
bahwa kebutuhan reasuransi: sebanding dengan tingkat loss ratio, volatilitas biaya
klaim, gearing ratio, dan ukuran perusahaan; berbanding terbalik dengan DER;
berbanding terbalik dengan derajat konsentrasi lini pertanggungan, dan
dipengaruhi oleh jenis organisasi perusahaan.

ABSTRACT
An option for risk management in insurance company is to transfer or divide their
risk to other insurance company, this called reinsurance. The concept of
reinsurance is very helpful for insurance company with some benefits, yet causes
some expenses. This study aimed to analyze what factors influence the demand of
reinsurance in Indonesia by considering loss ratio, gearing ratio, debt to equity
ratio, claim cost volatility, investment return volatility, organizational form, and
business concentration. From the study of 64 insurance company in Indonesia
during 2010 ? 2013, it can be concluded that the need of reinsurance is: in line
with degree of loss ratio, claim cost volatility, gearing ratio, and company?s asset;
inversely with DER and business concentration; also influenced by organizational
form.;An option for risk management in insurance company is to transfer or divide their
risk to other insurance company, this called reinsurance. The concept of
reinsurance is very helpful for insurance company with some benefits, yet causes
some expenses. This study aimed to analyze what factors influence the demand of
reinsurance in Indonesia by considering loss ratio, gearing ratio, debt to equity
ratio, claim cost volatility, investment return volatility, organizational form, and
business concentration. From the study of 64 insurance company in Indonesia
during 2010 ? 2013, it can be concluded that the need of reinsurance is: in line
with degree of loss ratio, claim cost volatility, gearing ratio, and company?s asset;
inversely with DER and business concentration; also influenced by organizational
form.;An option for risk management in insurance company is to transfer or divide their
risk to other insurance company, this called reinsurance. The concept of
reinsurance is very helpful for insurance company with some benefits, yet causes
some expenses. This study aimed to analyze what factors influence the demand of
reinsurance in Indonesia by considering loss ratio, gearing ratio, debt to equity
ratio, claim cost volatility, investment return volatility, organizational form, and
business concentration. From the study of 64 insurance company in Indonesia
during 2010 ? 2013, it can be concluded that the need of reinsurance is: in line
with degree of loss ratio, claim cost volatility, gearing ratio, and company?s asset;
inversely with DER and business concentration; also influenced by organizational
form.;An option for risk management in insurance company is to transfer or divide their
risk to other insurance company, this called reinsurance. The concept of
reinsurance is very helpful for insurance company with some benefits, yet causes
some expenses. This study aimed to analyze what factors influence the demand of
reinsurance in Indonesia by considering loss ratio, gearing ratio, debt to equity
ratio, claim cost volatility, investment return volatility, organizational form, and
business concentration. From the study of 64 insurance company in Indonesia
during 2010 ? 2013, it can be concluded that the need of reinsurance is: in line
with degree of loss ratio, claim cost volatility, gearing ratio, and company?s asset;
inversely with DER and business concentration; also influenced by organizational
form.;An option for risk management in insurance company is to transfer or divide their
risk to other insurance company, this called reinsurance. The concept of
reinsurance is very helpful for insurance company with some benefits, yet causes
some expenses. This study aimed to analyze what factors influence the demand of
reinsurance in Indonesia by considering loss ratio, gearing ratio, debt to equity
ratio, claim cost volatility, investment return volatility, organizational form, and
business concentration. From the study of 64 insurance company in Indonesia
during 2010 ? 2013, it can be concluded that the need of reinsurance is: in line
with degree of loss ratio, claim cost volatility, gearing ratio, and company?s asset;
inversely with DER and business concentration; also influenced by organizational
form., An option for risk management in insurance company is to transfer or divide their
risk to other insurance company, this called reinsurance. The concept of
reinsurance is very helpful for insurance company with some benefits, yet causes
some expenses. This study aimed to analyze what factors influence the demand of
reinsurance in Indonesia by considering loss ratio, gearing ratio, debt to equity
ratio, claim cost volatility, investment return volatility, organizational form, and
business concentration. From the study of 64 insurance company in Indonesia
during 2010 – 2013, it can be concluded that the need of reinsurance is: in line
with degree of loss ratio, claim cost volatility, gearing ratio, and company’s asset;
inversely with DER and business concentration; also influenced by organizational
form.]"
2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ika Surya Swastika Dewi
"ABSTRAK
Untuk menekan kerugian sekecil mungkin, lazimnya perusahaan reasuransi akan mengambil suatu jumlah tertentu sebagai jaminan atas risiko yang ditanggung dan
jumlah ini disebut retensi. Metode batas retensi yang ditetapkan oleh perusahaan selama ini memberikan keamanan bagi perusahaan. Sesuai Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan nomor 31/SEOJK.05/2015 tentang Batas Retensi Sendiri, Besar Dukungan Reasuransi dan Laporan Program Reasuransi/Retrosesi, dijelaskan mengenai batas minimum dan maksimum retensi sendiri sesuai dengan lini usaha.
Metode Pentikainen mencoba untuk menetapkan batas retensi terbaru untuk
perusahaan. Dengan batas retensi terbaru yang disimulasikan dengan bisnis
retrosesi akan didapatkan hasil underwriting bersih. Peningkatan hasil
underwriting bersih dapat meningkatkan profit bagi perusahaan

ABSTRACT
In order to minimize the loss as minimum as possible, a reinsurance company will
usually take a certain amount as the security for the risk that covered. This amount
is called retention. All this time the retention limit method which appointed by the
company may provide a security value to the company. In accordance to Surat
Edaran Otoritas Jasa Keuangan No 31/SEOJK.05/2015 concerning Limit Own
Retention, Reinsurance support and Reinsurance/Retrocession Program Report
explain the minimum and maximum limit own retention according to business
lines. Pentikainen methods try to define latest retention limit for the company.
When we use the latest retention limit simulated by the retrocession business, we
will get the net underwriting result. The increasing of the net underwriting result
can make the company profit growing bigger;"
2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pinky Novianti Putri
"Laporan magang ini membahas mengenai evaluasi kesesuaian pelaksanaan prosedur perikatan AUP yang dilakukan KAP AMT pada PT TRI sesuai dengan Standar Jasa Terkait (SJT) 4400. Evaluasi ini ditujukan untuk menemukan penyebab PT TRI membukukan kerugian sebesar Rp500 miliar pada tahun 2020 dari yang sebelumnya mampu membukukan laba bersih sebesar Rp400 miliar pada tahun 2019 dan Rp200 miliar pada tahun 2021. Hasil evaluasi yang telah dilakukan menunjukkan bahwa keseluruhan prosedur perikatan AUP telah dilakukan sesuai dengan SJT 4400 dan KAP AMT menemukan bahwa kerugian yang dialami PT TRI disebabkan karena adanya early claim dalam jumlah besar pada tahun 2020.

This internship report discusses the evaluation of the compatibility of the implementation of the AUP engagement procedure carried out by KAP AMT at PT TRI in accordance with Standar Jasa Terkait (SJT) 4400. This evaluation is intended to find the reason why PT TRI record a loss of IDR 500 billion in 2020 from previously being able to record a profit net of IDR 400 billion in 2019 and IDR 200 billion in 2021. The results of the evaluation that have been carried out show that the entire AUP engagement procedure has been carried out in accordance with SJT 4400 and KAP AMT found that the losses suffered by PT TRI were due to a large amount of early claims in 2020."
Depok: Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Qurnianty
"Perusahaan asuransi memiliki batasan dalam menanggung risiko, agar perusahaannya tetap stabil secara finansial. Akibatnya, perusahaan asuransi akan membagi risiko yang dihadapinya dengan melakukan sharing risiko ke reasuransi. Reasuransi dapat dibedakan dalam beberapa bentuk, yang salah satunya adalah stop-loss. Pada reasuransi stop-loss, perusahaan asuransi telah menetapkan suatu batas atas atau retensi yang dapat ditanggung oleh perusahaan. Apabila klaim yang terjadi melebihi retensi maka perusahaan asuransi hanya membayar sebesar retensi dan sisanya ditanggung oleh reasuransi. Namun, reasuransi pasti juga menetapkan suatu batasan dalam penerimaan risiko yang dialihkan oleh perusahaan asuransi. Melalui skripsi ini, dicari kontrak reasuransi yang memberikan suatu pernyataan mengenai seberapa besar loss yang dialihkan secara optimal ke reasuransi berbentuk stop-loss dengan memerhatikan suatu batas penerimaan risiko yang telah ditetapkan oleh reasuransi menggunakan ukuran risiko Tail Value at Risk (TVaR). Kontrak reasuransi stop-loss yang optimal tersebut kemudian akan diimplementasikan pada data klaim produk Panin Premier Maxilinked yang bersumber dari PT. Panin Dai-ichi Life Insurance. Didapatkan hasil bahwa penentuan kontrak reasuransi optimal bergantung pada batas penerimaan risiko yang ditetapkan reasuransi, tingkat kepercayaan, safety loading, dan hubungan di antara variabel-variabel tersebut.

Insurance companies have limits on taking risk so that the company remains financially stable. As a result, the insurance company will share the risk with reinsurance. Reinsurance can be divided into several forms, one of them is a stop-loss. In stop-loss reinsurance, the insurance company has set an upper limit or retention that can be covered by the company. If the claim that occurs exceeds the retention, the insurance company only pays the amount of the retention and the rest is covered by the reinsurer. However, reinsurance also established a limit in the acceptance of the risk transferred by the insurance company. Through this study, look for a reinsurance contract that provides a statement regarding how much loss is optimally transferred to reinsurance in the form of stop-loss by observing a risk acceptance limit set by reinsurance using the Tail Value at Risk (TVaR) risk measure. The optimal stop-loss reinsurance contract will be implemented in the claim data Panin Premier Maxilinked products from PT. Panin Dai-ichi Life Insurance. The results show that the determination of the optimal reinsurance contract depends on the risk acceptance limit set by reinsurance, the confidence level, the safety loading, and the relationship between these variables."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>