Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 60 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Vicky Ervina
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui frekuensi dan letak ramifikasi saluran akar yang ditemukan pada gigi molar. Penelitian ini menggunakan 56 gigi molar satu dan molar dua yang telah dicabut. Gigi-gigi ini terdiri dari 14 gigi molar satu rahang atas, 3 gigi molar dua rahang atas, 21 gigi molar satu rahang bawah dan 18 gigi molar dua rahang bawah.
Metode : gigi direndam dalam larutan saline sampai saat percobaan. Dilakukan pembukaan akses dan preparasi dengan k-file sampai no. 15 kemudian saluran akar diirigasi dengan larutan NaOCl 2,5%. Setelah dikeringkan, gigi didekalsifikasi. Agar gigi terlihat bening gigi direndam dalam metil salisilat. Untuk mengidentifikasi ramifikasi, tinta cina diinjeksikan ke dalam sistem saluran akar. Masingmasing gigi diperiksa jumlah, tipe dan letak ramifikasi di bawah stereomikroskop.
Hasil : Dari 56 gigi molar satu dan molar dua, 60,7% memiliki ramifikasi (46,4% saluran lateral; 10,7% apical ramifications dan 10,7% isthmus saluran akar). Sebanyak 50% ramifikasi terletak di 1/3 apikal dan 19,6% terletak di 1/3 tengah.
Kesimpulan: Frekuensi ramifikasi saluran akar pada gigi molar satu dan molar dua cukup tinggi dan paling banyak terletak pada daerah 1/3 apikal."
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2007
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Telah dibuat rancangan sistem kestabilan suspensi bis dengan menggunakan metode kedudukan akar-akar (root-locus). Rancangan dimulai dari pembuatan model matematis sistem untuk memperoleh fungsi transfer sistem dengan menurunkan persamaan mekanis sistem dan kemudian ditransformasikan dengan menggunakan transformasi Laplace sehingga diperoleh fungsi transfer sistem tersebut. Dari sample yang diteliti, semua sistem memenuhi permintaan desain untuk waktu turun (settling time) kurang dari 5 detik, dengan sistem suspensi yang paling cepat menuju kestabilan adalah HINO RK260-front axle dengan settling time rata-rata 4,2 detik. Sedangkan sistem suspensi yang paling lama waktu turunya adalah Mercedes Benz O350-rear axle dengan settling time rata-rata 4,9 detik. Dan secara keseluruhan, dari rata-rata deflaksi sistem, semua sistem suspensi yang diuji mampu mendekati tingkat kenyamanan yang diinginkan dengan rentang frekuensi 3,1Hz – 12,5 Hz"
[Universitas Indonesia, ], 2007
S29222
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Desy Fidyawati
"Latar Belakang: Peran root surface conditioning terhadap keberadaan smear layer.
Tujuan: Menganalisis hubungan antara penggunaan root surface conditioning (minosiklin 2,1% dan EDTA 24%) terhadap keberadaan smear layer setelah penghalusan akar gigi.
Metoda: Sepuluh gigi manusia yang dicabut akibat kelainan periodontal dan dilakukan penghalusan akar. Gigi dipotong pada daerah sepertiga servikal, dan 30 spesimen yang terbentuk dibagi dalam tiga kelompok.
Hasil: Tidak ada perbedaan signifikan terhadap tingkat keberadaan smear layer antara kelompok minosiklin maupun EDTA (p=0,759). Terdapat perbedaan signifikan antara kelompok minosiklin dan EDTA dengan salin sebagai kontrol (p=0,00).
Kesimpulan: Ada hubungan antara penggunaan root surface conditioning terhadap keberadaan smear layer.

Background: Role of root surface conditioning of the existence of smear layer.
Objective: To analyze the smear layer on root surface conditioned with minocycline HCl 2,1% , EDTA gel 24%, after root planed.
Materials and methods: Ten human teeth removed due to chronic periodontitis were collected and root planed. The teeth were sectioned on 1/3 cervikal, 30 specimens were divided into three groups.
Results: No significant differences of smear layer between minocycline and EDTA (p=0,759). There was significant differences of minocycline and EDTA group compare to saline (p=0,00).
Conclusion: There was relationship of root surface conditioning treatment with smear layer.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"The longevity of a tooth is based not on the pulp, but on the health of the attachment apparatus. Mikroorganism and their toxic products can passed out into the periapical tissue and generates lesions of endodontic origin. The rationale of root canal treatment now is based on biologic principles. Healing will occurr if biomecanical preparation, cleaning and shaping were properly excecuted and the root canal system is hermetically sealed in three dimension."
Journal of Dentistry Indonesia, 2003
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Yudi Widodo
Malang: Brawijaya University. Faculty of Agriculture, 1993
635.1 YUD t
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Henny M. Adrianne
"Endodontic instruments such as file or reamer has potential risk to breakage during cleaning and shaping procedure especially in curved canals. In this case the instrument was fractured because it was forced into the dentin walls to gain deeper penetration, and its removal result in breakage. In this case report removal of the instrument fragment in root canal with conventional technique was failed. So it was decided to continue the treatment, with the consideration that there is no complain within one month observation."
Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2003
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Dewa Ayu Nyoman Putri Artiningsih
"Indonesian Journal of Dentistry 2006; Edisi Khusus KPPIKG XIV: 46-50
The necrosis tooth wilh incomplete formed roots and wide root canal should be treated by apexification. Gutta-percha combined with root canal sealer is widely used as an obturation material. The aim of this case report is to figure out that the use of customized gutta-percha in wide root canal to produce compact and hermetic filling."
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2006
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Hayatun Safrina
"Generally we do not know about the presence of the barrier that cause the children, students, or patients to have dyslexia, i.c. difficulties in learning abilities on writing, spelling, speaking and counting. Physicians and dentists also face some difficulties in treating them, and sufferers are often improperly treated. At home they may be treated as if they had a physical defect, and in the school as if they were dull-witted students. Dyslexia has the characteristic of continually adhering to the patient until adult and then old age. There is no prevention for this condition, but the patient can be helped by excavating their existing potential. However, for this purpose it is necessary that the parentsm educators, physicians, dentists, helpers, and people in general are aware about dyslexia."
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Arfianita Rachman
"Penelitian in vitro ini bertujuan untuk mengetahui variasi morfologi gigi insisif, caninus, premolar dan molar pada penampang melintang 1/3 servikal, 1/3 tengah dan 1/3 apikal akar.
Metode: Penelitian dengan desain observasi deskriptif ini menggunakan 128 gigi yang telah dicabut. Sampel ditandai dengan spidol permanen pada 1/3 servikal (garis batas CEJ), 1/3 tengah dan 1/3 apikal akar. Selanjutnya dilakukan pemotongan secara melintang menggunakan diamond disc dengan low speed straight hand piece pada 1/3 servikal. Saluran akar dipreparasi dengan file kemudian diirigasi dengan larutan NaOCl 2,5%. Setelah saluran akar bersih, dilanjutkan dengan pemotongan secara melintang pada 1/3 tengah dan 1/3 apikal akar. Penampang melintang yang mempunyai 2 saluran akar dipisahkan untuk kemudian dideteksi adanya isthmus dengan pengaplikasian methylene blue. Pengamatan dilakukan dengan stereomicroscope perbesaran 10x dengan digital camera.
Hasil: 100% gigi anterior hanya memiliki 1 saluran akar dengan variasi bentuk oval, long oval dan bulat pada penampang melintangnya. 80% P1 atas memilki 2 saluran akar dan 100% gigi premolar bawah memiliki 1 saluran akar dengan dominasi bentuk oval, long oval dan bulat pada penampang melintangnya. Gigi molar mayoritas memiliki 3 saluran akar dan bentuk saluran akar bervariasi mulai dari oval, long oval, bulat dan flat/pipih. Isthmus ditemukan pada gigi P1 atas, P bawah, akar mesiobukal M1 atas, dan akar mesial molar bawah dengan berbagai tipe. Pada gigi molar 2 bawah ditemukan saluran akar berbentuk C (c-shaped) walaupun sangat sulit membedakan c-shaped dengan menyatunya 2 atau 3 saluran akar akibat berfusinya akar.
Kesimpulan: Berbagai variasi morfologi saluran akar yang ditemukan pada potongan melintang 1/3 servikal, 1/3 tengah dan 1/3 apikal akar harus menjadi pertimbangan dalam melakukan perawatan saluran akar.

The purpose of this study was to assess the root canal morphological variations of insisive, caninus, premolar and molar using the cross section method.
Methods: 128 extracted teeth were collected and stored in NaCl solution. The teeth were equally divided into a coronal, middle, and apical third. To divide it, the exact lengths of the root canals were determined. The root were resected using diamond disc with low speed straight hand piece. The resected root surface were polished, rinse and dried. The cross-sectional root surfaces that have two canals stained with methylene blue to investigate root canal isthmus classification. All the cross-sectional root surface examine using a stereomicroscope with digital camera.
Results: 100% of the anterior teeth demonstrated a single canal, 80% of maxillary first premolar demonstrated two canals and 100% of mandibular molar had single canal. The shaped of canal was varied from oval, long oval or round in the coronal, middle and apical third. The molar teeth showed a high incidence of three root canals and the shaped more varied from oval, long oval, round or flat in the coronal, middle, and apical third. Isthmus frequently presence between two root canals within one root. It can observed in the maxillary first premolar, mandibular premolar, mesiobuccal roots of maxillary first molar and mesial roots of mandibular molar with different type. C-shaped mostly found in mandibular second molar. It may be difficult to distinguish between a C-shaped canal and a mandibular second molar with single or three canals joining apically.
Conclussion: These root canal morphological variations should be considered during root canal treatment."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2007
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Meita Herisa
"Latar Belakang: Preparasi saluran akar gigi menghasilkan smear layer saat bersentuhan dengan dinding saluran akar yang berpotensi menyebabkan kegagalan perawatan. Bentuk penampang file mempengaruhi pembentukan smear layer. Penelitian ini membandingkan kuantitas smear layer pada dinding saluran akar sepertiga apikal yang dipreparasi menggunakan file berpenampang melintang segitiga dan segi empat.
Metode: 32 sampel gigi premolar rahang bawah dibagi ke dalam dua kelompok perlakuan yang dipreparasi dengan file berpenampang segitiga (One Curve®, n = 16) dan segi empat (Hyflex EDM®, n = 16). Setelah preparasi, saluran akar diirigasi menggunakan kombinasi larutan NaOCl 2,5% dan EDTA 17%. Smear layer pada dinding saluran akar sepertiga apikal diamati menggunakan scanning electron microscope (SEM) dan dikuantifikasi menurut sistem skoring Foschi.
Hasil: Uji Mann- Whitney menunjukkan perbedaan bermakna secara statistik antara preparasi saluran akar menggunakan kedua instrumen dengan skor smear layer. Kelompok yang dipreparasi dengan file berpenampang segitiga menghasilkan skor smear layer lebih rendah dibanding kelompok yang dipreparasi dengan file berpenampang segi empat.
Kesimpulan: Preparasi saluran akar menggunakan file berpenampang segitiga dan segi empat dengan irigasi kombinasi NaOCl 2,5% dan EDTA 17% tetap menghasilkan smear layer pada daerah sepertiga apikal, namun preparasi dengan file berpenampang segitiga menunjukkan kuantitas smear layer yang lebih sedikit dibandingkan file berpenampang segi empat.

Background: Root canal preparation produces smear layer when in contact with its wall, which potentially causing treatment failures. Cross-section shape of file influences smear layer production. This experiment compares smear layer quantity at apical third of root canal walls prepared using files with triangular and rectangular cross-section.
Methods: Thirty-two premolar samples taken from mandibles were divided into two groups whose root canals were prepared using file with triangular (One Curve®, n = 16) and rectangular (Hyflex EDM®, n = 16) cross-section. After preparation, root canals were irrigated with combination of NaOCl 2,5% and EDTA 17% solutions. Smear layer in apical third of root canal walls were then observed using scanning electron microscope (SEM) dan quantified according to Foschi scoring system.
Results: Mann- Whitney test shows significant difference between root canal preparation using both instruments and produced smear layer score. Group prepared with triangular file produced lower smear layer score compared to those which prepared with rectangular file.
Conclusions: Root canal preparation using files with triangular and rectangular cross-section, followed by combined NaOCl 2,5% and EDTA 17% irrigation still produces smear layer in apical third area. However, preparation with triangular file shows less smear layer quantity compared to rectangular file.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2018
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6   >>