Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ryandika Aldilla Nugraha
"Telah dilaporkan untuk memisahkan protein dengan massa < 30 kDa maka tidak perlu disentrifugasi dengan kecepatan 10.000 g. Belum ada standar pengaturan kecepatan sentrifugasi untuk separasi protein, terutama dengan massa molekul < 30 kDa.
Tujuan: Menguji pengaruh kecepatan sentrifugasi 11.000 g dan 13.000 g terhadap profil protein < 30 kDa pada supernatan saliva.
Metode: Supernatan saliva hasil sentrifugasi dengan kecepatan 11.000 g dan 13.000 g diuji dengan SDS PAGE untuk melihat proteinnya.
Hasil: Temuan protein supernatan saliva yang muncul setelah disentrifugasi 11.000 g dan 13.000 g sejumlah 35 dan 45 dengan kisaran massa molekul 9-27 kDa dan 8-18 kDa.
Kesimpulan: Kecepatan sentrifugasi 13.000 g memisahkan lebih banyak protein < 30 kDa dengan rentang yang lebih sempit dibandingkan dengan 11.000 g.

Previous research suggested that to see a protein with molecular mass < 30 kDa, centrifugation is not necessary. There is no standard procedure yet in regulating the centrifugation speed in order to separate salivary protein with particular molecular mass.
Objective: To determine the effects of centrifugation speed 11.000 g and 13.000 g on the separation of salivary protein with molecular mass < 30 kDa.
Method: The supernatant salivary centrifugation at the speed of 11.000 g and 13.000 g is tested with SDS PAGE to see the proteins.
Result: Protein supernatant salivary that appeared after being centrifuged at 11.000 g and 13.000 g are 35 and 45 with molecular mass range at 9-27 kDa and 8-18 kDa.
Conclusion: Centrifugation at 13.000 g separates more protein < 30 kDa with narrower range than 11.000 g.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nasution, Keren Esterlita
"Latar Belakang: Saliva mengandung protein yang berfungsi sebagai pertahanan rongga mulut terhadap S.sanguinis dan C.albicans, keduanya diketahui memiliki interaksi sinergis.
Tujuan: menganalisis efek protein saliva spesifik dan non-spesifik C.albicans dari kelompok usia anak, dewasa, dan lansia sebagai pelikel dalam pembentukan biofilm S.sanguinis in vitro.
Metode: Uji Biofilm yang diinkubasi 6 dan 18 jam.
Hasil: Protein spesifik C.albicans menurunkan pembentukan biofilm S.sanguinis pada inkubasi 18 jam (p≤0.05). Protein saliva non-spesifik C.albicans menurunkan pembentukan biofilm pada inkubasi 6 jam dan sebaliknya pada inkubasi 18 jam (p≤0.05).
Kesimpulan: Protein spesifik C.albicans menurunkan pembentukan biofilm S.sanguinis, sedangkan protein non-spesifik C.albicans meningkatkan pembentukan biofilm S.sanguinis

Background: Saliva contains protein as defense against S.sanguinis and C.albicans, which both known to synergist.
Objective: to analyze the effect of specific and non-specific salivary proteins to C.albicans from children, adult, and elderly as a pellicle on S.sanguinis biofilm formation in vitro.
Methods: Biofilm Assay incubated in 6 and 18 hours.
Results: Specific salivary protein to C.albicans decreased S.sanguinis biofilm formation at 18 hours incubation (p≤0.05). Non-specific protein decreased the biofilm formation at 6 hours incubation, contrary to the 18 hours incubation (p≤0.05).
Conclusion: Specific salivary protein to C.albicans decreased S.sanguinis biofilm formation, contrary to non-specific salivary protein to C.albicans.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fika Aksha Mardiyanti Riyandi Puteri
"Salah satu pertahanan rongga mulut terhadap S. mutans dan C. albicans dilakukan oleh protein saliva.
Tujuan: Menganalisis efek protein saliva spesifik dan non-spesifik C. albicans dari 3 kelompok usia dalam pembentukan biofilm S. mutans in vitro.
Metode: Uji biofilm inkubasi 6 dan 18 jam.
Hasil: Pembentukan biofilm S. mutans pada protein spesifik C. albicans saat 6 jam tidak signifikan dan menurun pada kelompok dewasa dan lansia saat 18 jam. Pembentukan biofilm S. mutans meningkat pada protein non-spesifik C. albicans saat 6 jam namun menurun saat 18 jam.
Kesimpulan: Protein spesifik C. albicans tidak terlibat dalam perlekatan sedangkan pada dewasa dan lansia tidak mengkondisikan pertumbuhan bakteri S. mutans. Protein saliva non-spesifik C. albicans mengkondisikan perlekatan namun tidak mengkondisikan pertumbuhan bakteri S. mutans.

One of the defense system against S. mutans and C. albicans in oral cavity is done by salivary protein.
Objective: To analyze specific and nonspecific salivary protein from three range ages to C. albicans effects on S. mutans biofilm formation in vitro.
Methods: Biofilm assay with incubation time 6 and 18 hours.
Results: S. mutans biofilm formation is not significant on specific salivary protein to C. albicans for 6 hours and decrease from adults and elderly in 18 hours. Meanwhile, non-spesific salivary protein to C. albicans increase for 6 hours and decrease in 18 hours.
Conclusion: Spesific salivary protein to C. albicans is not involve in adhesion however from adults and elderly, do not have a conditioning effect on growth of S. mutans. Non-spesific salivary protein to C. albicans have a conditioning effect on adhesion but not in growth of S. mutans."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia;, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library