Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Andi Nur Sakina Tri Meilana
"Latar Belakang: Pada banyak kasus forensik, seringkali tubuh ditemukan dalam kondisi fragmen, hangus terbakar, atau telah mengalami dekomposisi. Gigi merupakan bukti kuat dalam kasus forensik seperti ini karena strukturnya kuat, tahan terhadap berbagai kondisi dan perubahan post-mortem. Jumlahnya yang mencapai 32, setidaknya akan ada beberapa gigi yang dapat dianalisis.
Tujuan: Menganalisis potensi dental morfometrik dalam penentuan usia dan jenis kelamin individu
Metode: 230 data panoramik digital rentang usia 15-35 tahun dipilih untuk dianalisis. Dental morfometrik total panjang gigi (TTL), panjang akar (RL), panjang mahkota (CL), serta ratio area pulpa dan gigi (PTR) diukur dengan software open source Image J.
Hasil: Uji Korelasi Pearson menunjukkan ada korelasi bermakna antara variabel TTL, RL, dan CL dengan jenis kelamin namun tidak pada usia. Ditemukan pula korelasi kuat negatif antara variabel PTR dengan usia, namun tidak pada jenis kelamin. Berbagai model regresi untuk estimasi usia dan jenis kelamin populasi Indonesia telah dikembangkan. Model regresi TTL, RL, dan CL dari kombinasi gigi 11,13, dan 33 menunjukkan akurasi yang paling baik dengan prediksi kesalahan terkecil dalam memperkirakan jenis kelamin, (r = 0,681) (r2 =0,464) (SE=0,374). Sebuah model regresi estimasi usia berdasarkan PTR dikembangkan. Ketika model regresi digunakan sesuai jenis kelamin, maka akurasi akan meningkat, dengan pada wanita sedikit lebih akurat dibanding laki-laki (r=0,692) (r2=0,479) (SE=4,349).
Kesimpulan: Dental morfometrik berpotensi dalam estimasi usia ataupun jenis kelamin pada populasi Indonesia. Variabel TTL, RL, dan CL terbukti berbeda antara gender, dan variabel PTR merupakan metode dental morfometrik yang terbukti dapat digunakan dalam estimasi usia.
......Background: In many forensic cases, bodies are often found in fragments, charred, or decomposed. Teeth are strong evidence in forensic cases like these because they are structurally sound, resistant to a variety of conditions and post-mortem changes. Moreover, the total number of teeth reaches 32, at least there will be several teeth that can be analyzed
Objective: To analyze the potential of dental morphometrics in determining the age and sex of an individual Method: 230 digital panoramic data aged 15-35 years were selected for analysis. Dental morphometric total tooth length (TTL), root length (RL), crown length (CL), and pulp-to-tooth area ratio (PTR) were measured using open source software Image J.
Results: Pearson Correlation Test showed that there was a significant correlation between TTL, RL, and CL variables with sex but not with age. There was also a strong negative correlation between the PTR variable and age, but not gender. Various regression models for estimating the age and sex of the Indonesian population have been developed. The TTL, RL, and CL regression model of the combination of teeth 11,13, and 33 showed the best accuracy with the smallest prediction error in estimating sex, (r = 0.681) (r2 = 0.464) (SE = 0.374). An age estimation regression model based on PTR was developed. When the regression model is used according to gender, the accuracy will increase, with women being slightly more accurate than men (r=0.692) (r2=0.479) (SE=4.349).
Conclusion: Dental morphometrics has the potential to estimate age or sex in the Indonesian population. The TTL, RL, and CL variables are proven to differ between genders, and the PTR variable is a dental morphometric method that is proven to be used in age estimation."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nuri Lathifah
"Latar Belakang: Penentuan jenis kelamin penting untuk identifikasi forensik. Salah satu metodenya berdasarkan ukuran gigi.
Tujuan: Mengetahui perbedaan ukuran gigi laki-laki dan perempuan serta menentukan nilai referensi gigi molar satu rahang atas untuk penentuan jenis kelamin.
Metode: 30 gigi molar satu rahang atas laki-laki dan 30 perempuan diukur lebar mesiodistal dan bukolingual dengan kaliper digital.
Hasil: Perbedaan signifikan (p<0,05) ukuran gigi molar satu rahang atas laki-laki dan perempuan. Nilai referensi ukuran bukolingual 11.34 mm (kanan), 11.22 mm (kiri); ukuran mesiodistal 10.61 mm (kanan) 10.51 mm (kiri).
Kesimpulan: Ukuran mahkota gigi molar satu rahang atas dapat digunakan untuk penentuan jenis kelamin.
......Background: Sex determination is an important aspect in the human identification. One of the methods is using tooth dimensions.
Objective: To obtain the differences of male and female tooth size using maxillary first molar crown dimensions and to determine reference point for sex determination.
Methods: 30 males and 30 females, on maxillary first molar study cast. Mesiodistal and buccolingual width were measured using digital calipers.
Results: The differences between males and females in all dimensions measured were statistically significant (p<0,05). The reference point for buccolingual width was 11.34 mm (right), 11.22 mm (left); for mesiodistal width was 10.61 mm (right) and 10.51 mm (left).
Conclusion: Maxillary first molar crown dimension may be used as an aid in sex determination."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2013
S43922
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rossy Sylvia Basman
"Latar Belakang: Rugae palatal bersifat tahan akan perubahan, stabil dan unik berbeda antar individu. Analisis rugae palatal dapat dijadikan metode identifikasi sekunder untuk membantu mengidentifikasikan individu seperti jenis kelamin.
Tujuan: Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan bentuk rugae palatal laki-laki dan perempuan pada subpopulasi Indonesia.
Metode: Melakukan pengamatan terhadap 100 model cetakan rahang atas yang terdiri dari 50 laki-laki dan 50 perempuan berdasarkan klasifikasi Basauri.
Hasil: Tidak terdapat perbedaan bentuk rugae palatal antara laki-laki dan perempuan pada palatum kanan dan kiri namun secara distribusi bentuk rugae palatal terdapat perbedaan antara laki-laki dan perempuan pada palatum kiri dan kanan.
Kesimpulan: Rugae palatal pada setiap individu berbeda namun belum dapat meggambarkan perbedaan antara laki-laki dan perempuan pada subpopulasi Indonesia.
......Background: Palatal rugae are known for their resistance to environmental challange, stability, and uniqueness different for each other. Palatal rugae analysis can be one of secondary identification methods to help identifying individuals such as gender.
Objective: To know whether there are differences in palatal rugae shape between female and male of Indonesian subpopulation.
Methods: Observing 100 maxillary dental study of 50 male and 50 female based on Basuri classification.
Result: No significant difference in palatal rugae shape between male and female either on left or right side but distributively the shape of palatal rugae between male and female were different.
Conclusion: Palatal rugae on each individuals are different but this still can 39 t show differences between both female and male in Indonesian subpopulation. "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eva Yuli Andari
"Latar Belakang: Penentuan jenis kelamin merupakan hal yang penting dalam identifikasi forensik dan salah satu metodenya adalah melalui pengukuran gigi geligi. Tujuan: Mengetahui perbedaan ukuran gigi kaninus rahang bawah pada laki-laki dan perempuan serta mendapatkan nilai indeks standar untuk menentukan jenis kelamin. Metode: Dilakukan pengukuran mesiodistal kaninus rahang bawah dan jarak interkaninus, dihitung nilai indeks standar dengan rumus indeks standar kaninus rahang bawah. Hasil: Terdapat perbedaan bermakna (p<0.05) ukuran gigi kaninus rahang bawah antara laki-laki dan perempuan. Nilai indeks standar kaninus kanan 0.2546 mm, kaninus kiri 0.2456 mm. Kesimpulan: Gigi kaninus rahang bawah dapat digunakan untuk menentukan jenis kelamin individu.
......Background: Sex determination is important in forensic identification and one of the methods is teeth measurement. Objectives: To obtain the differences of mandibular canine size between males and females and to get mandibular canine index standard (MCIs) for sex determination. Methods: Measured mesiodistal width and intercanine distance of mandibular canine, index standard value is calculated with MCIs formula. Results: There was a highly significant differences is mandibular canine size between males and females (p value<0.05). MCIs value for right canine is 0.2546 mm, for left canine is 0.2456 mm. Conclusion: Mandibular canine can be used for sex determination."
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2012
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ni Putu Pande Ariyani
"Latar belakang: Odontologi forensik telah banyak dikembangkan untuk mengidentifikasi korban bencana maupun korban kekerasan. Dengan odontologi forensik, tim Investigasi Korban Bencana (DVI) dapat menentukan jenis kelamin manusia. Terdapat beberapa metode untuk mengidentifikasi jenis kelamin, salah satunya dengan metode palatoscopy dan metode cheiloscopy yang sering digunakan. Namun, perbandingan akurasi kedua metode ini pada populasi Asia masih kontroversial.
Tujuan: mengetahui perbedaan akurasi antara metode palatoscopy dan cheiloscopy untuk identifikasi jenis kelamin pada populasi Asia.
Metode: Penelusuran literatur menggunakan pedoman alur Preferred Reporting Items for Systematic Reviews and Meta-Analyses (PRISMA) pada lima electronic database yaitu PubMed, Scopus, EBSCO, ScienceDirect, dan Wiley Online Library. Literatur harus memenuhi syarat kriteria inklusi berupa artikel harus berbahasa Inggris, diterbitkan dalam 5 tahun terakhir, tersedia dalam full-text, merupakan research article, serta menggunakan klasifikasi Thomas dan Kotze untuk penelitian palatoscopy dan klasifikasi Tsuchihashi dan Suzuki untuk penelitian cheiloscopy.
Hasil: Didapatkan 33 studi memenuhi kriteria inklusi pada tahapan sintesis kualitatif. Dari hasil analisis menggunakan random effects model, diperoleh metode cheiloscopy lebih dapat mengidentifikasi jenis kelamin pada populasi Asia.
Kesimpulan: Metode cheiloscopy dapat mengidentifikasi jenis kelamin secara lebih akurat daripada metode palatoscopy.
......Background: Forensic odontology have been developed for victim identification. With forensic odontology, Disaster Victim Identification (DVI) team may determine human’s sex. There are a few methods for sex determination including human soft tissue methods. Human soft tissues such as palatoscopy method and cheiloscopy method can be utilized for sex determination. Nevertheless, the accuracy comparation of these methods in Asian population is still controversial. Aim: To compare the accuracy between palatoscopy method and cheiloscopy method for sex identification in Asian population.
Methods: The literature is searched using Preferred Reporting Items for Systematic Reviews and Meta-Analyses (PRISMA) guideline on five electronic databases, such as PubMed, Scopus, EBSCO, ScienceDirect, and Wiley Online Library. The literature should have to require the inclusion criteria such as an English article, published in the last 5 years, available in full-text, a research article, using Thomas and Kotze’s classification for palatoscopy studies and using Tsuchihashi and Suzuki’s classification for cheiloscopy studies.
Results: 33 studies which qualify the inclusion criteria on qualitative synthesis phase. From the analyzes with random effects model, cheiloscopy method is significantly reliable for sex identification in Asia population.
Conclusion: Cheiloscopy method is more accurate for sex determination as compared to palatoscopy method."
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Univeritas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover