Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 8 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Thousand Oaks: Sage Publications, 1999
R 306.3615 HAN
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Neni Indra Melani
"Pelecehan seksual diartikan sebagai perhatian atau tindakan seksual yang tidak diinginkan, yang dilakukan oleh orang lain dan menyebabkan ketidaknyamanan dan atau mengganggu pekerjaan. Akhir-akhir ini, pelecehan seksual telah menjadi salah satu fenomena yang sering terjadi di dunia kerja. Di dalam dunia kerja, pelaku kerja diharapkan untuk bersikap dan bertingkah laku profesional, tetapi pelecehan seksual, yang merupakan tindakan yang sangat tidak profesional, tetapi tetap saja terjadi. Akibat yang disebabkan oleh pelecehan seksual sangat merugikan bagi yang mengalaminya, baik secara psikologis maupun fisik, dan juga bagi perusahaan itu sendiri. Pelecehan seksual sendiri terdiri dari lima level bentuk pelecehan seksual, dimana setiap level memiliki karakteristik dan tingkat keparahan yang berbeda-beda. Lima level tersebut adalah gender harassment (level 1), seduction (level 2), sexual bribery (level 3), sexual threat (level 4) dan sexual imposition (level 5).
Dalam kenyataannya, pelecehan seksual banyak dilakukan oleh pria terhadap wanita. Berdasarkan hasil survey, para pria yang melakukan tindakan pelecehan seksual, dimotivasi oleh alasan sepele, seperti menghangatkan suasana, bercanda dan sebagainya. Sementara itu, para wanita yang pada umumnya menjadi korban, merasa bahwa tindakan tersebut sangat melecehkan mereka. Kedua pendapat diatas, merupakan hal yang bertentangan dan menimbulkan dugaaan bahwa ada perbedaan pandangan terhadap tingkah Iaku yang dianggap pelecehan seksual antara pria dan wanita.
Salah satu kondisi yang mempengaruhi terjadinya pelecehan seksual adalah faktor sosial budaya, yaitu adanya sistem patriakal yang berlaku dalam masyarakat. Sistem ini berkembang karena adanya pembedaan peran jenis kelamin antara pria dan wanita sejak Iahir. Adanya pembedaan peran jenis kelamin yang diterapkan sejak Iahir ini, menyebabkan terjadinya stereotipe peran jenis kelamin, yang menjadi pola berpikir dan tingkah laku yang dipegang oleh masyarakat dan diterapkan dalam semua bidang kehidupan, termasuk pekerjaan. Hal ini mendorong terjadinya sex role spillover atau terbawanya peran jenis kelamin seseorang ke tempat kerja, dimana hal tersebut kurang sesuai untuk diterapkan dalam pekerjaan. Hal ini mendukung terjadinya pelecehan seksual di tempat kerja.
Adanya pembedaan peran jenis kelamin menyebabkan proses belajar dan perkembangan yang berbeda antara pria dan wanita. Stereotipe jenis kelamin mempengaruhi proses informasi dan tingkah laku serta bagaimana individu berinteraksi dengan orang lain. Proses informasi dan tingkah laku individu didapat melalui proses persepsi, dimana dalam proses ini individu rnengorganisasikan, menginterpretsi dan memberi arti terhadap informasi yang diterima dari lingkungannya. Jadi adanya pembedaan jenis kelamin antara pria dan wanita mempengaruhi persepsi mereka tentang hal-hal yang menyangkut peran jenis kelamin, termasuk pelecehan seksual ini. Melalui persepsi, dapat terlihat gambaran mengenai tingkah laku pelecehan seksual yang terjadi di tempat kerja. Dalam hal ini, tingkah laku seperti apa saja yang dapat dikatakan pelecehan seksual. Jadi penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah ada perbedaan persepsi antara pria dan wanita bekerja terhadap tingkah laku pelecehan seksual di tempat kerja.
Subyek yang dipilih dalam penelitian ini adalah pria dan wanita yang bekerja di perusahaan swasta, sudah bekerja pada perusahaan lersebut minimal setahun dan berpendidikan minimal D3. Subyek diambil melalui metode non-probability, dengan teknik incidental sampling, sebanyak 90 subyek pria dan 90 subyek wanita. Melihat tujuan dan subyek penelitian, maka penelitian ini berbentuk deskriptif. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat yang mengukur persepsi terhadap pelecehan seksual di tempat kerja. Alat ini diadaptasi dari SEQ (Sexual Experiences Questionnaire), alat yang dikembangkan oleh Fitzgerald dan Shullman berdasarkan lima level yang diajukan oleh Till. Alat ini terdiri dari 41 bentuk tingkah laku yang diperinci dari lima level tersebut, dan kemudian diberi skala model Likerl dari satu sampai dengan tujuh, yang berani dari sangat setuju sampai sangat tidak setuju, untuk menilai tingkat persepsi subyek dalam mempersepsikan apakan tingkah laku tersebut dapat dikatakan pelecehan seksual di tempat kerja. Metode pengolahan data yang digunakan untuk menjawab pemasalahan dari penelitian ini adalah dengan t-test pada los .O5, untuk melihat signifikansi perbedaan antara pria dan wanita.
Dari penelitian ini, didapatkan hasil yang menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara pria dan wanita bekerja dalam mempersepsi pelecehan seksual di tempat kerja. Secara terperinci didapat bahwa, ada perbedaan yang signifikan antara pria dan wanita bekerja dalam mempersepsi level 1 (gender harassment) dan level 2 (seduction) clari pelecehan seksual di tempat kerja. Namun demikian, tidak dilemukan perbedaan yang signifikan antara pria dan wanila bekerja dalam mempersepsi level 3 (sexual bribery), level 4 (sexual threat) dan level 5 (sexual imposition) dari pelecehan seksual di tempat kerja. Selain itu, dari penelitian ini juga didapatkan bahwa urutan level dari pelecehan seksual mulai dari yang rendah sampai yang tinggi adalah level 1(gender harassment), level 2 (seduction), level 3 (sexual bribery), level 5 (sexual imposition) dan level 4 (sexual threat)."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1997
S2406
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cremo, Annette M.
"This issue defines sexual harassment and offers a glossary of terms. It lists landmark sexual harassment court cases and their implications for trainers. The issue also explains how to conduct a workplace investigation and how to write a sexual harassment policy. Inside you'll find tips for designing and conducting sexual harassment training, including a sample curriculum."
Alexandria, VA: [American Society for Training and Development Press, American Society for Training and Development Press], 2001
e20435498
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Firli Marcelia
"Peningkatan partisipasi perempuan dalam angkatan kerja telah berimplikasi pada peningkatan dual-earner couple di Indonesia. Beberapa penelitian yang dilakukan di negara lain, seperti Australia dan Amerika, menemukan bahwa dual-earner couple berisiko mengalami berbagai tekanan yang dapat membuat mereka mengalami marital burnout lebih tinggi dibandingkan dengan single-earner couple. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan marital burnout antara dual-earner couple dengan single-earner couple, dan perbandingan suami atau istri dari dual-earner couple dengan suami atau istri dari single-earner couple, serta perbandingan marital burnout antara suami dan istri dari dual-earner couple. Terdapat 382 responden yang terdiri atas 191 suami, dan 191 istri yang berpartisipasi dalam penelitian ini. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa dual-earner couple memiliki marital burnout yang tidak lebih tinggi dibandingkan dengan single-earner couple, suami dari dual-earner couple memiliki marital burnout yang tidak lebih tinggi dibandingkan dengan suami dari single-earner couple; dan istri dari dual-earner couple memiliki marital burnout yang tidak lebih tinggi dibandingkan dengan istri dari single-earner couple. Hal ini dapat disebabkan oleh karakteristik dari responden dan faktor lain yang dapat mempengaruhi hasil penelitian.

Increase in women rsquo s labor force participation has been implicated in the increase in dual earner couple in Indonesia. Several studies conducted in other countries, such as Australia and America, found that dual earner couple at risk of developing a variety of pressures that can make them experience higher marital burnout than single earner couple. This research is aimed to compare the marital burnout among dual earner couple with a single earner couple, and a comparison of the husband or wife of a dual earner couple with the husband or wife of a single earner couple, as well as marital burnout comparison between a husband and wife from dual earner couple. There were 382 respondents consisted of 191 husbands and 191 wives who participated in this study. The results of this study indicate that marital burnout in dual earner couple was not higher than single earner couple, marital burnout in husband in dual earner couple is not higher than husband in single earner couple and marital burnout in wife in dual earner couple was not higher than wife in single earner couple. This could be due to the characteristics of participants and other factors that may affect the results of this study.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
S66067
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"This book brings together three decades of research by Albert J. Mills and his colleagues on the gendering of airline cultures over time. Inspired by feminist theory and drawing largely on archival research, it traces the way that gender discrimination develops, takes hold and changes in the formation of organizational cultures."
United Kingdom: Emerald, 2017
e20469548
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Alya Syafi Rifiana
"Kinerja ESG saat ini menjadi faktor penting yang dipertimbangkan oleh para stakeholder dalam menilai kinerja keberlanjutan perusahaan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh kinerja Environmental Social Governance (ESG) dan gender diversity terhadap struktur modal dan kecepatan penyesuaian (Speed of Adjustment) pada perusahaan sektor non keuangan di negara ASEAN dan Korea Selatan selama periode 2018 - 2023. Penelitian ini menggunakan model regresi panel dan dynamic panel sebagai metode yang digunakan untuk menguji hipotesis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja ESG memiliki pengaruh negatif terhadap tingkat leverage yang diukur menggunakan book leverage, mengindikasikan bahwa perusahaan dengan kinerja ESG yang baik cenderung menurunkan modal utang perusahaan. Sedangkan gender diversity membuktikan berpengaruh positif terhadap tingkat leverage perusahaan. Hasil penelitian untuk model dinamis speed of leverage adjustment menunjukkan adanya hubungan yang negatif signifikan antara kinerja ESG dalam tingkat penyesuaian leverage terhadap target leverage. Sedangkan gender diversity dalam model dinamis speed of leverage adjustment menunjukkan adanya hubungan yang positif signifikan dalam tingkat penyesuaian leverage terhadap target leverage. Didalam penelitian ini juga menunjukkan bahwa kinerja ESG dan gender diversity berhubungan dengan semakin besarnya nilai deviasi speed of leverage adjustment, dibandingkan dengan model yang tidak mempertimbangkan kinerja ESG dan gender diversity.

ESG performance is currently an important factor considered by stakeholders in assessing the company's sustainability performance. This study aims to analyze the influence of Environmental Social Governance (ESG) and gender diversity performance on capital structure and speed of adjustment in non-financial sector companies in ASEAN and South Korea countries during the period 2018 - 2023. This study uses panel regression models and dynamic panels as the methods used to test the hypothesis. The results show that ESG performance has a negative influence on the level of leverage measured using book leverage, indicating that companies with good ESG performance tend to reduce the company's debt capital. Meanwhile, gender diversity has proven to have a positive effect on the company's leverage level. The results of the study for the dynamic speed of leverage adjustment model show that there is a significant negative relationship between ESG performance in the level of leverage adjustment to the leverage target. Meanwhile, gender diversity in the dynamic model of speed of leverage adjustment shows a significant positive relationship in the level of leverage adjustment to the leverage target. This study also shows that ESG performance and gender diversity are related to the increasing value of the deviation of speed of leverage adjustment, compared to models that do not consider ESG performance and gender diversity."
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Steinmetz, Stephanie
"This study untangles the complex interplay of individual and contextual factors shaping cross-national differences in horizontal and vertical occupational sex segregation. It relates the individual factors affecting occupational decisions to the broader social and economic context within a given society. Stephanie Steinmetz provides a comprehensive overview of the development and causes of cross-national differences in occupational sex segregation. She offers insights into the positioning of 21 EU Members States, particularly of former CCE countries. Finally, the study assesses the empirical findings from a political perspective by addressing the future contextual challenges of EU Member States seeking to attain higher gender equality on the labour market.
"
Wiesbaden: VS Verlag, 2012
e20400982
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Partini
Yogyakarta: Tiara Wacana, 2013
305.3 PAR b
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library