Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 636 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Euforia reformasi melahirkan pergerakan yang luar biasa bagi pertumbuhan media di Indonesia secara kuantitas.Bila pada masa Orde Baru sebelum reformasi terdapat pengetatan dan proteksi terhadap media-media yang ada (misalnya melalui kontrol Departemen Penerangan dengan berbagai kebijakan yang di keluarkan seperti SIUPP untuk pers cetak), maka di era reformasi ini terjadi hal yang sebaliknya...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Citra Dyah Prastuti
"Kelompok gay adalah bagian dari masyarakat. Orientasi seksual mereka yang berbeda Clengan kebanyakan orang menyebabkan mereka harus dilekatkan dengan berbagai anggapan serta stigma negatif Stigma negatif ini melekat begitu kuat ditambah lagi dengan adanya tekanan norma, baik norma budaya maupun norma agama.
Kehadiran buku seri GAYa NUSAN'IlARA (GN), sebagai produk dari organisasi gay dengan nama yang sama, dimanfaatkan kalangan gay sebagai sarana komunikasi untuk mengetahui keberadaan 'kawan sehati' -nya. Selain itu, media ini juga dimanfaatkan sebagai media' edukasi dan informasi aemi memberikan gambaran seluas-luasnya mengenai kelompok gay.
Penelitian ini dilakukan d.en gan tujuan mengungkapkan representasi kelompok gay yang muncul dalam buku seri GN ini. Di tengah gempuran pandangan negatif masyarakat terhadap gay, buku seri ini seolah menjadi angin segar bagi kehidupan kalangan gay sendiri. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis framing dari
Pan & Kosicki dan Van Dijk. Supaya persoalan ini dapat dilihat dalam kemngka yang lebih utuh, digunakan kerangka analisis Critical Discourse Analysis (CDA) dari Norman Fairclough. Dalam buku seri GN ini ditemukan bahwa sebagian kelompok gay masih merasa bersalah dan berdosa akan identitas mereka, sementara sebagian yang lain sudah bisa menerima identitas mereka sebagai takdir Tuhan. Mereka juga merasa bahwa selama ini dipandang secara keliru oleh masyarakat walaupun mereka merasa sama normalnya dengan anggota masyarakat lainnya. Karena itulah mereka menganggap kondisi mereka sebagai suatu kondisi yang masih memprihatinkan dan butuh perbaikan. Kondisi ideal
yang ingin dicapai adalah penerimaan yang lebih baik serta wacana yang lebih positif terhadap mereka.
Dari representasi ini, terungkap bahwa buku s ri GN telah melakukan proses counter-hegemony terhadap mitos-mitos negatif tentang gay yang telah menghegemoni pemikiran sebagian besar masyarakat. Sebagai k kuatan counter-hegemony, buku seri ini melakukan dekonstruksi terhadap. penggambaran kehidupan mereka sebagat gay sekaligus
medelegitimasi mitos yang menimpa mereka. Buku seri GN telah menjadi site of struggle dari pertarungan ideologi antara yang diyakini masyarakat umum {heteroseksrlal) dengan kelompok gay. Dalam wacana buku seri GN, kelompok gay telah.menjadi 'pemenang'
dalam pertarungan ideologi tersebut.
Gambaran tenta g representasi gay yang mu cui dalam buku seri GN serta proses komunikasi hegemonik dan counter-hegemonic yang terjadi di baliknya memperlihatkan satu hal ya·tu pentingnya melakufcan representasi secara tepat. Jika representasi tidak dilakukan secara tepat, bisa-bisa hal tersebut menimbulkan salah kaprah atau salah paham."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2001
S4075
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Luluk Rosida
"[Penelitian bertujuan mengetahui kepadatan hunian, aktivitas seksual orang tua dan efeknya terhadap perilaku seksual remaja di Yogyakarta tahun 2015. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional, analisis regresi logistik. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa orang tua yang tinggal di hunian padat mempunyai resiko 2 kali lebih tinggi untuk melakukan aktivitas seksual yang berdampak negatif bagi anaknya dibanding orang tua yang tinggal di hunian yang tidak padat (OR 2,06
95% CI: 1,030-3,723). Remaja yang tinggal di hunian padat mempunyai resiko 1,7 kali untuk melakukan perilaku seksual beresiko dibanding remaja yang tinggal di hunian yang tidak padat (OR 1,78 95% CI:0,63-5,00). Faktor yang mempengaruhi perilaku seksual remaja adalah jenis kelamin, sikap, media informasi dan peran teman sebaya. Saran Bagi Dinas Kesehatan dan puskesmas setempat program program penyuluhan remaja PKPR dan melatih konselor teman sebaya (Peer Group) sebaiknya juga dilakukan di daerah dengan kepadatan
hunian tinggi;The study aims to know residential density, sexual activity of parents and its effect on sexual behaviour among teenagers in Yogyakarta in 2015. The study uses cross sectional design with regression logistic analysis. The result shows that the parents who live in dense residents have risk two times higher to do sexual activity that has bad effect on the children than the parents who live in other
residents (OR 2,06 95% CI: 1,030-3,723) while the teenagers who live in dense residents has risk 1.7 times higher to do risked sexual activity than the teenagers who live in other place (OR 1,78 95% CI:0,63-5,00). Moreover, the factors of sexual activity among teenagers are sex, attitude, media and the role of peer group. The suggestion for health department and community health centre in the area is doing a campaign forteenagers and training in risked area i.e. urban area,
especially area that has high number of population, The study aims to know residential density, sexual activity of parents and its
effect on sexual behaviour among teenagers in Yogyakarta in 2015. The study
uses cross sectional design with regression logistic analysis. The result shows that
the parents who live in dense residents have risk two times higher to do sexual
activity that has bad effect on the children than the parents who live in other
residents (OR 2,06 95% CI: 1,030-3,723) while the teenagers who live in dense
residents has risk 1.7 times higher to do risked sexual activity than the teenagers
who live in other place (OR 1,78 95% CI:0,63-5,00). Moreover, the factors of
sexual activity among teenagers are sex, attitude, media and the role of peer
group. The suggestion for health department and community health centre in the
area is doing a campaign forteenagers and training in risked area i.e. urban area,
especially area that has high number of population]"
Universitas Indonesia, 2015
T43497
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Mengapa pemerintah, sebagai representasi negara, tampak tidak terlalu bertindak serius dalam persoalan kekerasan seksual? Mengapa negara lebih sering memilih diam atau memilih mengambil sikap “instan” dengan memberi tanggapan seadanya atau, jikapun ada upaya yang agak sistematis, semacam penghukuman kebiri bagi pelaku, upaya tersebut tidak menyentuh struktur dan ideologi patriarkisme sebagai akar persoalan kekerasan seksual? Tulisan ini mendiskusikan bagaimana politik seksualitas yang dipropagandakan negara semasa rezim Orde Baru memberi pengaruh pada sikap yang kurang respons oleh negara dan masyarakat terhadap kasus-kasus kekerasan seksual."
JP 21:2 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Yudhistya Ngudi Insan K
"Latar Belakang Masalah utama bagi pasien Mayer-Rokitansky-Kuster-Hauser (MRKH) adalah ketidakmampuan berhubungan seksual dengan baik. Solusinya adalah membuatkan vagina (neovagina) yang diharapkan dapat mengembalikan fungsi seksualnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui fungsi seksual pasien MRKH yang telah dilakukan neovagina amnion graft di RSCM secara kuantitatif, mengetahui data genital hiatus dan panjang vagina pasien pasca neovagina dan hubungan antara keduanya dengan fungsi seksual, serta mengetahui persepsi dan pengalaman fungsi seksual pasien pasca neovagina amnion graft secara kualitatif.
Metode Penelitian kuantitatif menggunakan desain cross-sectional dengan menilai fungsi seksual pada perempuan MRKH pasca neovagina amnion graft menggunakan kuesioner Female Sexual Function Indeks (FSFI) dengan diameter (genital hiatus) dan panjang vagina sebagai faktor yang berperan terhadap fungsi seksual. Untuk penelitian kualitatif dilakukan pengumpulan data menggunakan wawancara mendalam (cross-sectional survey).
Hasil Rerata skor FSFI pada pasien pasca neovagina amnion graft di RSCM adalah 21,4 dengan rerata genital hiatus 2,9 cm, dan rerata panjang vagina 7 cm. Genital Hiatus melebihi 3,14 cm dan panjang vagina kurang dari 6,51 cenderung berkorelasi dengan skor FSFI yang rendah (kurang atau sama dengan 19). Dari pendalaman kualitatif, didapatkan pasien pasca neovagina amnion graft mampu memiliki fungsi seksual dengan baik dan pemendekan vagina menyebabkan disfungsi seksual karena nyeri. Kurangnya komunikasi dan pemanasan, serta kualitas hubungan dengan pasangan mempengaruhi faktor gairah, rangsangan, lubrikasi, orgasme dan kepuasan seksual.
Kesimpulan Pentingnya memiliki target panjang vagina minimal 7-9 cm saat pembuatan neovagina pasien MRKH dan kepatuhan pasien dalam melakukan dilatasi untuk menjaga panjang vagina yang cukup. Penelitian lanjutan multisenter diperlukan.

Background The main problem of Mayer-Rokitansky-Kuster-Hauser (MRKH) patients is the inability to have proper sexual intercourse. Neovagina is one of the solution which is expected to restore patient’s sexual function. The purpose of this study is to determine the sexual function of MRKH patients who had undergone a neovaginal amnion graft at RSCM quantitatively, to assess the genital hiatus and vaginal length of post neovaginal data, and to determine the relationship between perceptions and experiences of sexual function with post-neovaginal amnion graft patients qualitatively.
Methods This quantitative study used a cross-sectional design by assessing sexual function in MRKH patients post-neovaginal amnion graft by Female Sexual Function Index (FSFI) questionnaire with genital hiatus and vaginal length as factors that play role in sexual function. Data collection in qualitative study uses in-depth interviews (cross-sectional survey).
Results The mean FSFI score in post-neovaginal amnion graft patients at RSCM was 21.4 with an average genital hiatus of 2.9 cm and average vaginal length of 7 cm. Genital hiatus greater than 3.14 cm and vaginal length less than 6.51 tend to correlate with a low FSFI score (less or equal to 19). Post-neovaginal amnion graft patients were able to have better sexual function and vaginal shortening leads to sexual dysfunction due to pain. Lack of communication and foreplay, as well as the quality of relationships with partners affect patient’s arousal, stimulation, lubrication, orgasm and sexual satisfaction.
Conclusion It is important to have a target vaginal length of at least 7-9 cm when undergoing neovaginal in MRKH patients. Patient compliance in dilating to maintain sufficient vaginal length also plays an important role. Further multicenter follow-up research is needed.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Asep N. Mulyana
Depok: Rajawali Pers, 2023
616.858 3 ASE e
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Titi Masrifahati
"Hasil penelitian darah pada NAPZA suntik pada tahun 2001 menunjukkan HIV positif sebanyak 50%. Angka tersebut mengisyaratkan prevalensi H1V/AIDS cukup tinggi sehingga risiko masyarakat disekitarnya untuk tertular HIV/AIDS lebih besar.
Program Rumatan Methadon (PRM) adalah program pengalihan NAPZA suntik ke methadon, yang diberikan per oral. Program sukarela tersebut bertujuan untuk mencegah penularan HIV/AIDS melalui jarum suntik (darah) dan meningkatkan kesehatan/ kesejahteraan klien.
Penelitian ini melihat faktor-faktor yang melatarbelakangi perilaku seksuaI berisiko terhadap penularan HIV/AIDS pada peserta program rumatan methadon di Rumah Sakit Ketergantungan Obat Jakarta. Perilaku seksual berisiko tertular HIV/AIDS yang dimaksud adalah meliputi perilaku seksual yang ditandai dengan berganti-ganti pasangan dan tidak menggunakan kondom.
Penelitian ini menggunakan data sekunder.Desain penelitian dengan cross sectional pada 89 responden yang mengikuti program rumatan methadon. Karakteristik individu yang diteliti ada 8 variabel (jenis kelamin, status perkawinan, pendidikan, pengetahuan, sikap, usia pertama kali menggunakan NAPZA, ketersediaan kondom dan dukungan petugas).
Hasil analisis bivariat dengan chi square menunjukkan ada 2 variabel yang berhubungan erat (p<0,05) dengan perilaku seksual berisiko yaitu status perkawinan dan dukungan petugas. Hasil penelitian ini: Pertama, memperlihatkan bahwa meskipun responden yang mengikuti program methadone sudah menikah, ternyata masih berperilaku seksual risiko tinggi. Kedua, walaupun responden sudah terjalin hubungan dengan petugas dan memperoleh penyuluhan dan konseling, responden penelitian ini masih berperilaku seksual risiko tinggi.
Dari hasil penelitian tersebut maka penting kita mengupayakan konseling/penyuluhan yang intensif mengenai perilaku seksual peserta methadon melalui pelatihan tenaga konselor, penerapan kebijakan kondom 100% yang diikuti pelayanan yang komprehensif seperti sosialisasi kondom, distribusi kondom, dan pendidikan kesehatan reproduksi.

Factors of Sexual Behavior Risk Background Within Methadon Maintenance Program Among Patient At Drugs Depending Hospital (RSKO) Jakarta in 2004According to the recent research in NAPZA blood test sample, there were 50 percent of respondents who show as an HIV positive in 2001. It means that the HIVIAIDS prevalence is increased as well as HIVI AIDS spreading surround the environment.
The Methadone Maintenance Program (MMP) is a Changing Methadone Used Method which is using by Syringe Injection Route to Methadone Oral Route. This program is a volunteer program whereas the goal of this program is prevent HIV/AIDS spreaded to other people by using an injection route and to enhance their wealthy ness.
This research show that sexual behavior risk is the most strong factor which is influenced in spreading up the HIV virus to other patient who also follow an MMP treatment. Means that sexual behavior risk of HIV/AIDS is an exchanging spouse behavior while intercoursing activity without using a condom.
By using a Cross- Sectional design, as a secondary data, there were 89 respondents who followed MMP treatment in this research study. Eight characteristics of respondent which explored including sex, married status, educational background, respondent's knowledge and behavior of HIV/AIDS risk, NAPZA using at the first time, condom using, and healthcare support system.
The Bivariat analysis result, using by Chi-Square method, show that there were two variables which have very strong significantly (p<0,05) to the sexual behavior risk factors: married status and healthcare support system.
This research shows that: firstly, there was evidence based that married MMP respondents, however, still have strong significant sexual behavior risk on H IV/AIDS. Secondly, even though the MMP respondents have been contact with HIV/AIDS counselor, they still have performed a sexual behavior high risk.
While, Multivariate analysis show that two variables above (married status and healthcare support system) enabling to build to a Sexual Behavior Risk Factors Model. However, this research also show that 80,9 percents respondents who unmarried have 0,125 times to get high risk sexual behavior than married respondents. More over, respondents who were not supported by healthcare system have 0,296 times to get high risk sexual behavior rather than respondents who were not supported by healthcare system.
Finally, based on this research result, this research can suggest that health counseling or health education program on MMP is the importance needs to release risk of sexual behavior within HIV/AIDS patient. By using a comprehensive health counseling services following condom socialization, condom free distribution and health education on reproduction within the patient with NAPZA accordingly will reduce sexual behavior risk among the patient with HIV/AIDS."
Depok: Universitas Indonesia, 2005
T13578
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Larasati Agustyowati
"ABSTRAK
PELECEHAN SEKSUAL DI TEMPAT KERJA: Studi Kualitatif atas Pandangan dan Reaksi Sekretaris Perempuan yang Bekerja pada Sejumlah Perusahaan di Jakai ta.
Oleh: Dewi Larasati Agustyowati
Tesis ini merupakan sebuah tinjauan deskriptif mengenai masalah pelecehan seksual di tempat kerja, khususnya yang terjadi pada sekretaris. Pengambilan tema dilatarbelakangi oleh kenyataan bahwa masalah pelecehan seksual selama ini belum dibuka secara sosial. Subjek penelitian adalah sekretaris perempuan yang mengalami pelecehan seksual di tempat kerja. Lokasi penelitian di Jakarta. Penelitian ini bertujuan memahami pandangan dan reaksi sekretaris perempuan terhadap pelecehan seksual di tempat kerja yang ditelaah dengan menggunakan pendekatan kualitatif berperspektif feminis. Perspektif yang melihat dan berusaha menguraikan penyebab diskriminasi yang dialami kaum perempuan.
Permasalahan tersebut meliputi tiga hal. Pertama, bagaimanakah pandangan sekretaris tentang pelecehan seksual di tempat kerja? Kedua, bagaimanakah reaksi sekretaris terhadap pelecehan seksual di tempat kerja? Ketiga, mengapa pandangan dan reaksi tersebut berada pada posisi pemahaman tertentu?
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pandangan dan reaksi sekretaris perempuan itu masih dipengaruhi oleh budaya patriarki. Sebuah budaya yang mengedepankan/mengunggulkan nilai-nilai laki-laki. Suatu perbuatan dipandang sebagai bentuk pelecehan seksual oleh sekretaris jika sudah terlihat merendahkan, mengancam, dan menyentuh fisik perempuan secara paksa. Sekretaris tidak melaporkan pelecehan seksual yang dialaminya di lingkup sosial karena menganggap permasalahannya sepele, pribadi, dan takut disalahkan sebagai pihak yang memulai timbulnya pelecehan seksual. Mereka mempunyai pandangan seperti itu karena selama ini informasi mengenai pelecehan seksual yang disosialisasikan oleh masyarakat patriarki selalu menyudutkan perempuan sebagai pihak yang memicu terjadinya pelecehan seksual.
ABSTRACT
SEXUALHARASSMENT AT WORK PLACE: Qualitative Studies on the Perception and Reaction of Women Secretaries Who Work at Some Enterprises in Jakarta.
By Dewi Larasati Agustyowati
This thesis covers a descriptive studies concerning the matters of sexual-harassment especially happen to women secretaries at work place. The theme is basically based on phenomena that sexual harassment cases are not exposed socially. The subject of the research is the secretaries who undergo the experience of sexual harassment at work place. The location of the research is conducted in Jakarta. The research is aimed to understand the perception and response of women secretaries toward the sexual harassment at work place viewed by using the qualitative approach in terms of women perspective. The perspectives are to find out and attempt to describe the causes of discrimination experienced by women secretaries at work place.
The focus of the problem covers three components. Firstly, what is their perception about the sexual harassment at work place ? Secondly, how do they react and response toward thew sexual harassment ? Lastly, why are the perception and the reaction at the position of a given understanding ?
The result of this research indicates that the perception and the reaction of women secretaries at work places is still influenced by the culture of patriarchy. The culture that gives special privileges and higher values for men. The perception said to be sexual harassment toward women secretaries when the actions involved humiliating, threatening, and even touching them physically by force. Mostly, the secretaries as the victims do not report the negative events they undergo socially, for they think it is a minor problem, and a privacy. Even they feel worried when blamed as the cause of creating the sexual harassment. They have perception due to the fact that the information of sexual harassment so far is not socialized by patriarchy communities, usually blame women as the cause of the sexual harassment problem.
"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2001
T359
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siahaan, Flora Agustina
"Seks bebas pada anak jalanan dapat mengakibatkan Penyakit Menular Seksual (PMS) dan HIV/AIDS. Tujuan penelitian diketahuinya gambaran perilaku seksual anak jalanan di Yayasan Bina Insan Mandiri Terminal Depok Tahun 2011. Penelitian menggunakan metode kualitatif desain Rappid Assessment Procedures. Pemilihan dengan quota sampling terdiri dari 4 informan kordinator anak jalanan dan 4 informan anak jalanan.
Hasil penelitian adalah semua tingkat pendidikan informan rendah, rentang umur 14-18 tahun, sebagian besar bekerja sebagai pengamen. Sebagian besar informan mempunyai keluarga yang tidak utuh, mengalami kekerasan fisik dan verbal di rumah. Seluruh informan berpengetahuan rendah mengenai kesehatan reproduksi dan memandang penting nilai keperawanan/keperjakaan juga seluruh informan mengalami pelecehan seksual. Sebagian informan telah melakukan hubungan seksual yang mengakibatkan kehamilan dan PMS. Seluruh informan pernah terpapar pornografi dan norma perilaku seksual anak jalanan permisif terhadap seks bebas.
Disarankan bagi Dinas Kesehatan Kota Depok untuk meningkatkan pengetahuan kesehatan reproduksi anak jalanan melalui penyuluhan kesehatan reproduksi dan melakukan revitalisasi Klinik Dokter Pra Sejahtera YABIM. Kata Kunci: Anak Jalanan, Perilaku Seksual.
Free sex amoung street children could lead to sexually transmitted diseases (STDs) and HIV/AIDS. Design of the study was assessment sexual behavior amoung street children in Bina Insan Mandiri Foundation Depok. The study used qualitative methods with design of Rappid Assessment Procedure. The selection of informants based on quota sampling comprise with four informant leader street children and four informant street children.
The results are informant educational level of low, age 14 year to 18 years, mainly worked as a singing beggar and has not full families, physically and verbally abused at home. The informant had knowledge about reproductive health is low, consider to infortant virginity/bachelorhood price. All informant had sexual harassment and some informants have had sexual intercourse have an impact on pregnancy and STDs, all informants had expose pornography, norms of sexual behavior among children of street permissive to free sex.
It is recommended to the District of Health to improve reproductive health knowledge Children of The Street through reproductive health education and revitalization YABIM Pra Sejahtera Clinic.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Eka Zaltina
"Tesis ini membahas mengenai pengaturan mengenai tindak pidana kekerasan seksual pada Undang-Undang Tindak Pidana Kekerasan Seksual dan di luar Undang-Undang Tindak Pidana Kekerasan Seksual. Penulisan ini dianalisis dengan metode doktrinal. Tindak pidana kekerasan seksual diatur dalam berbagai undang-undang sebelum UU TPKS disahkan dengan berbagai istilah yang beragam. Terminologi kekerasan seksual kemudian disepakati untuk digunakan dalam UU TPKS untuk unifikasi setiap tindakan yang dijelaskan pada UU ini, dan UU lain di luar UU TPKS. Namun, frasa ‘disebutkan secara tegas sebagai kekerasan seksual’ yang ditujukan bagi tindak pidana kekerasan seksual di luar UU TPKS pada pasal 4 Ayat 2 menimbulkan berbagai disharmonisasi sehingga keberlakuan UU TPKS dan segala kebaruan serta panduan penanganan tindak pidana yang mengaturnya, tidak dapat secara serta merta berlaku pada UU pendahulunya. UU TPKS hadir dengan berbagai kebaruan yang menguntungkan korban, menjamin lebih banyak perlindungan korban dari mulai pencegahan sampai dengan pemulihan. Potensi terjadinya multitafsir dalam mengartikan sebuah tindakan sebagai kategori tindak pidana kekerasan seksual haruslah ditindaklanjuti dengan kehadiran peraturan lanjutan yang kemudian dapat memperbaiki kekosongan dan kerancuan pada UU TPKS demi jaminan kepastian hukum bagi setiap korban.

This thesis discusses the regulation of the crime of sexual violence in the Law on Sexual Violence and outside the Law on Sexual Violence. This thesis is analyzed using the doctrinal method. The crime of sexual violence was regulated in various laws before the Law on Sexual Violence was passed with various terms. The terminology of sexual violence was then agreed to be used in the Law on Sexual Violence to unify every act described in this law, and other laws outside the Law on Sexual Violence. However, the phrase 'expressly mentioned as sexual violence' which is intended for criminal acts of sexual violence outside the Law on Sexual Violence in Article 4 Paragraph 2 creates various disharmonizations so that the applicability of the Law on Sexual Violence and all the novelty and guidelines for handling criminal acts that regulate it, cannot immediately apply to the predecessor law. The Law on Sexual Violence comes with various novelties that benefit victims, guaranteeing more victim protection from prevention to recovery. The potential for multiple interpretations in defining an action as a category of sexual violence crime must be followed up with the presence of further regulations that can then correct the ambiguities in the Law on Sexual Violence to guarantee legal certainty for every victim."
Jakarta: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>