Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 8 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Putu Duhita Ayuningtyas W
Abstrak :
Tesis ini bertujuan untuk membuktikan kesahihan dan keandalan FFMQ-S versi bahasa Indonesia untuk menilai disfungsi seksual pada perempuan di Indonesia. Uji kesahihan konstruksi dilakukan dengan uji korelasi Pearson, sedangkan uji keandalan menggunakan Cronbach’s α untuk konsistensi internal. Pada penelitian ini didapatkan 107 subjek mengisi kuesioner FFMQ-S yang telah diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia. Seluruh butir FFMQ-S versi bahasa Indonesia terbukti sahih dengan rentang nilai 0,221-0,493. Konsistensi internal dari masing-masing facet menunjukkan nilai keandalan yang baik, dengan rentang nilai Cronbach’s α 0.71-0,84. FFMQ-S versi bahasa Indonesia merupakan kuesioner yang sahih dan andal, dapat digunakan sebagai penapisan awal adanya disfungsi seksual pada perempuan.  ......The thesis aims to prove the validity and reliability of the Indonesian version of the FFMQ-S to assess female sexual dysfunction in Indonesia. The construct validity test was conducted using Pearson correlation test, while the reliability test used Cronbach's α for internal consistency. A total of 107 subjects completed the FFMQ-S questionnaire which had been translated into Indonesian. All items of the Indonesian version of the FFMQ-S proved to be valid with a value range of 0.221-0.493. The internal consistency of each facet showed good reliability values, with a range of Cronbach's α values of 0.71-0.84. The Indonesian version of the FFMQ-S is a valid and reliable questionnaire that can be used as an initial screening for sexual dysfunction in women.

Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadya Magfira
Abstrak :
ABSTRAK
Latar belakang: Penelitian mengenai Disfungsi Seksual pada Wanita (DSW) masih jauh tertinggal dibandingkan pada pria, saat ini hipertensi diketahui mempengaruhi terjadinya disfungsi seksual pada pria. Namun, bagaimana hipertensi mempengarhui kejadian DSW belum banyak diketahui. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara hipertensi esensial dengan kejadian DSW. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian potong lintang yang dilakukan di Klinik Ikhalas Medika Kota Serang, Banten pada bulan Agustus-September 2019. Seluruh perempuan yang berusia diatas 18 tahun, berpendidikan minimal SD, menikah, melakukan hubungan seksual dalam 4 minggu terakhir, tidak memiliki riwayat diabetes, kemoterapi, radiasi maupun operasi didaerah panggul selain section caesare diikutsertakan dalam penelitian. Fungsi seksual wanita diukur menggunakan Female Sexual Function Index-Indonesia (FSFI-I), subjek dikategorikan memiliki DSW apabila nilai FSFI-I < 26.55. Analisa menggunakan modified Cox-regression digunakan untuk mengetahui hubungan DSW dengan hipertensi esensial yang dinyatakan dalam Rasio Prevalensi (PR) dan Interval Kepercayaan 95% (95%CI). Hasil: Sebanyak 442 wanita diikutsertakan dalam penelitian ini dengan respons rate penelitian sebesar 86.3%. Sebanyak 91.67% wanita dengan hipertensi (121/132) dalam penelitian ini mengalami DSW dan sebanyak 72.9% (226/310) wanita tanpa hipertensi mengalami DSW. Hipertensi diketahui meningkatkan kejadian DSW dengan nilai aPR sebesar 1.76 kali lipat (95%CI: 1.20-2.60). Kesimpulan: DSW merupakan masalah kesehatan yang umum dijumpai dan kejadiannya diketahui meningkat pada wanita dengan hipertensi. Pengelolaan hipertensi dengan pendekatan holistik perlu dilakukan termasuk didalamnya penilaian gangguan fungsi seksual pada wanita dengan hipertensi.
ABSTRACT
Introduction: Comapared to male, the study regarding Female Sexual Dysfunction (FSD) was far left behind. Recent study showed that high blood pressure is a major cause of male sexual dysfunction. However, how hypertension affects women sexual function was not completely understood. This study aims to investigate the relationship between hypertension and FSD. Methods: This is a cross-sectional study conducted in a private primary healthcare clinic, in Serang City, Banten Province Indonesia from August-September 2019. All women aged 18 years or older, at least elementary school graduated, had sexual activities during the last 4 weeks were recruited. Exclusion criteria were pregnant, had history of diabetes, or chemotherapy, radiation, or surgery in the pelvic region except for caesarean section. Patient sexual function was assessed by the Indonesian validated Female Sexual Function Index (FSFI-I). Patients were classified as having sexual dysfunction (SD) if the total FSFI-I score was < 26.55. Modified cox-regression performed to evaluate the association between hypertension and SD and to calculate the Prevalence Ratio (PR) for SD in HT women. Results: A total of 442 women were included in this study with a response rate of 86.3%. A total of 91.67% women with hypertension (121/132) in this study had FSD and a total of 72.9% women without hypertension (226/310) had FSD. Hypertension increased the proportion of FSD with an aPR 1.76 (95% CI: 1.20-2.60). Conclusion: FSD is a common problem and the prevalence increase in women with hypertension. Holistic approach management in hypertension needs to be done including the assessment of sexual function in women with hypertension.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuswinda Kusumawardhani
Abstrak :
Disfungsi seksual merupakan salah satu komplikasi dari penyakit gagal ginjal terminal. Pada pria yang menjalani CAPD, masalah pemenuhan kebutuhan seksual dipengaruhi oleh banyak faktor. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor paling dominan yang mempengaruhi disfungsi seksual pria yang menjalani CAPD. Desain penelitian ini adalah analisis cross sectional dengan jumlah sampel 70 pria CAPD melalui teknik pengambilan sampel purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara usia (p=0,024), ureum (p=0,018), dan albumin (p=0,001) dengan kejadian disfungsi seksual. Faktor yang paling dominan mempengaruhi adalah albumin, dimana pasien yang memiliki kadar albumin < 3,5 g/dL berisiko untuk mengalami disfungsi seksual 9,3 kali lebih besar dibandingkan pasien dengan kadar albumin 3,5-5 g/dL setelah dikontrol oleh variabel usia. Rekomendasi dari penelitian ini adalah asupan protein sebanyak 1,2-1,5 g/kg berat badan setiap hari dengan setidaknya 60% berupa protein dengan nilai biologis tinggi serta evaluasi kemampuan perawatan dan penggantian CAPD di rumah.
Sexual dysfunction is a complication of terminal kidney failure. The problem of fulfilling sexual needs in men undergoing CAPD is influenced by many factors. This study aimed to find out the most dominant factor affecting man sexual dysfunction who undergo CAPD. The design of this study was cross sectional analysis with a sampel of 70 CAPD man using purposive sampling technique. The results showed there was a relationship between age (p=0,0024), urea (p=0,018), and albumin (p=0,001) with the incidence of sexual dysfunction. The most dominant factor affecting is albumin, where patients who have albumin levels < 3.5 g/dL are at risk of experiencing sexual dysfunction 9.3 times greater than patients with albumin levels 3.5-5 g/dL after being controlled by age variables. The recommendation of this study are protein intake of 1.2-1.5 g/kg body weight with at least 60% of protein with high bological value and evaluation of the ability of care and replacement of CAPD at home.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kindy Aulia
Abstrak :
Pendahuluan dan tujuan: Meskipun prevalensi disfungsi seksual pada wanita tinggi, masalah seksual jarang menjadi fokus konsultasi klinis karena sifatnya yang intim dan pribadi. Di negara seperti Indonesia, lebih sulit lagi untuk mengatasi masalah ini, mengingat faktor budaya, etnis dan agama. Pengaruh kelelahan kerja di kalangan perawat di seluruh dunia terhadap disfungsi seksual jarang dipelajari. Dengan tingginya prevalensi burnout akibat pekerjaan perawat, disfungsi seksual bisa menjadi masalah signifikan yang dialami oleh perawat di seluruh negeri. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara kelelahan kerja dengan disfungsi seksual pada perawat wanita Indonesia. Metode: Sebuah studi cross sectional dilakukan di Rumah Sakit Umum Kardinah, Tegal, Jawa Tengah, Indonesia antara Januari 2022 dan Maret 2022 menggunakan kuesioner online yang dikelola sendiri dan bersifat anonim. Subjek penelitian kami adalah perawat wanita dari klinik rawat jalan, bangsal rawat inap, unit perawatan intensif/tinggi, unit gawat darurat, dan kamar operasi. Kami membagikan kuesioner online kepada perawat wanita yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Burnout pekerjaan di kalangan perawat dinilai menggunakan Copenhagen Burnout Inventory (CBI), sedangkan disfungsi seksual pada wanita dinilai menggunakan Female Sexual Function Index (FSFI). Analisis statistik dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak IBM SPSS ver 25.0 Hasil: Sebanyak 285 perawat berpartisipasi sebagai sampel penelitian ini, 164 perawat (57,54%) berada pada kelompok beban kerja rendah dan 121 perawat (42,46%) pada kelompok beban kerja tinggi. Prevalensi disfungsi seksual pada perawat wanita dalam penelitian ini mencapai 87,7%, sedangkan kelelahan kerja pada perawat dengan beban kerja tinggi dan rendah dalam penelitian kami masing-masing adalah 42,2% dan 19,5%. Hasil analisis menunjukkan korelasi negatif yang signifikan antara skor CBI, sub skor, dan status burnout terhadap skor FSFI (p < 0,05) meskipun korelasi tersebut lemah. Data kami membuktikan bahwa tidak ada variabel independen yang dapat menjadi variabel predictor skor FSFI. Kesimpulan: Perawat wanita yang sudah menikah memiliki tingkat kelelahan kerja yang relatif tinggi dan rentan terhadap disfungsi seksual. Studi ini menunjukkan korelasi yang signifikan secara statistik tetapi lemah antara kelelahan kerja dengan disfungsi seksual pada perawat wanita yang sudah menikah dari skor total CBI, subskor dan status kelelahan dengan skor total dan subskor FSFI dalam hal lubrikasi, orgasme, kepuasan, dan nyeri. ......Introduction: Despite the high prevalence of female sexual dysfunction (FSD), sexual problems are rarely a focus of clinical consultation due to their intimate and private nature. In a conservative country like Indonesia, it is even more difficult to address these problems considering the culture, ethnic and religion factors. Therefore, this study aimed to see the correlation between occupational burnout and sexual dysfunction in Indonesian female nurses. Methods: A cross-sectional study was conducted in Kardinah General Hospital, Tegal, Central Java, Indonesia between January and March 2022. We distributed online questionnaires to female nurses who matched our eligibility criteria. Occupational burnouts among nurses were assessed using Copenhagen Burnout Inventory (CBI), while Female sexual dysfunction (FSD) was assessed using Female Sexual Function Index (FSFI). Results: A total of 285 nurses participated as samples of this study, 164 nurses (57,54%) were in the low workload group and 121 nurses (42,46%) in the high workload group. The prevalence of sexual dysfunction in female nurses in this study was as high as 87.7% While occupational burnout in high and low workload nurses in our study was 42.2% and 19.5%, respectively. The analysis shows a significant negative correlation between CBI score, sub scores, and burnout status to FSFI score (p < 0.05). Conclusion: Married female nurses have a relatively high occupational burnout and are prone to sexual dysfunction. This study showed statistically significant but weak correlation between occupational burnout with sexual dysfunction in married female nurses from the CBI total score, subscores and burnout status with FSFI total score and subscores.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Febby Thannia
Abstrak :
Gangguan seksualitas merupakan masalah yang sering dialami oleh perempuan yang dipengaruhi oleh banyak faktor. Di Indonesia membicarakan masalah seksualitas masih dianggap tabu, sehingga tidak banyak informasi yang didapatkan terkait gangguan fungsi seksual perempuan. Penelitian ini dilakukan di Klinik Yasmin RSCM Kencana. Dengan tujuan untuk mengetahui gambaran gangguan fungsi seksual pada perempuan subfertil yang datang pada kunjungan pertama untuk memiliki anak. Rancangan penelitian dengan studi potong lintang menggunakan kuisioner pada perempuan dengan keluhan ingin memiliki anak. Besar sampel 108 orang. Pengambilan sampel dengan consecutive sampling. Dilakukan wawancara dan pengisian kuisioner Female Sexual Function Index (FSFI), Kuisioner Hamilton Rating Scale For Anxiety (HARS), Kuisioner Hamilton Derpression Rating Scale (HDRS), Kuisioner International Index of Erectile Function (IIEF). Analisa data dengan metode Chi Square dan dilanjutkan dengan analisa multivariat Backward Conditional dilanjutkan dengan Regresi Logistik. Didapatkan hasil mayoritas  subjek perempuan berusia 30 tahun sebanyak 11 orang, belum pernah menikah sebanyak 93 (86,10 %), riwayat menggunakan alat kontrasepsi (16.67%), lama menikah kurang dari atau sama dengan 10 tahun (83.30%), Subjek yang bersekolah hingga pendidikan tinggi (93,50 %) dan memiliki pekerjaan (82,40%). Jenis disfungsi seksual pada pasien perempuan subfertil di Klinik Yasmin RSCM Kencana yaitu gangguan dorongan seksual (79,60%), bangkitan seksual (66.7%), orgasme (50,9%), nyeri (48.1%), lubrikasi  (18,50%) dan kepuasan (34.3%). mengalami depresi sebanyak 46,20% dan mengalami kecemasan 38.00%.

Subjek pria dibawah umur 40 tahun (77,80%), semua bekerja (100,00 %), dan berpendidikan tinggi (88,90 %), Pria yang mengalami depresi 21.30% dan kecemasan 19,49%.

Pada analisa bivariat Frekuensi hubungan seksual memiliki hubungan yang signifikan dengan  disfungsi seksual perempuan pasien subfertil di Klinik Yasmin RSCM Kencana p = 0.09. ......Sexuality disorders are problems often experienced by women which can be influenced by many factors. Talking about sexuality in Indonesia is still considered taboo, and not much information I available regarding women's sexual dysfunction. This research was conducted at the Yasmin Clinic, RSCM KencaTo know the description of sexual function disorders in subfertile on the first visit wanting to have children. The research design was a cross-sectional study using a questionnaire on women with chief complaints of wanting to have children. The sample size is 108 people. Sampling with consecutive sampling. Interviews and questionnaires were filled in. Female Sexual Function Index (FSFI) Questionnaire, Hamilton Rating Scale For Anxiety (HARS) Questionnaire, Hamilton Depression Rating Scale (HDRS) Questionnaire, and International Index of Erectile Function (IIEF) Questionnaire. Data analysis using the Chi-Square method and followed by Backward Conditional multivariate analysis followed by Logistic Regression. The results obtained were that the majority of female subjects were 30 years old as many as 11 people, 93 (86.10%) had never been married, history of using contraception (16.67%), length of marriage less than or equal to 10 years (83.30%), subjects who attended school to higher education (93.50%) and have a job (82.40%). Types of sexual dysfunction in subfertile female patients at the Yasmin Clinic RSCM Kencana are sexual drive disorders (79.60%), sexual arousal (66.7%), orgasm (50.9%), pain (48.1%), lubrication (18.50%) ) and satisfaction (34.3%). experiencing depression at as much as 46.20% and experiencing anxiety at 38.00%. Male subjects under the age of 40 years (77.80%), all working (100.00%), and highly educated (88.90%). Men who experience depression 21.30% and anxiety 19.49%. In bivariate analysis, the frequency of sexual intercourse had a significant relationship with female sexual dysfunction in subfertile patients at the Yasmin Clinic, RSCM Kencana, p = 0.09.

Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Selvi Belina
Abstrak :
ABSTRAK
Disfungsi seksual merupakan masalah umum penyerta pada penyakit gagal jantung. Pasien gagal jantung laki-laki mengalami disfungsi seksual lebih tinggi jika dibandingkan dengan perempuan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kapasitas fungsional dan depresi dengan disfungsi seksual pada pasien gagal jantung laki-laki. Desain penelitian ini adalah analitik cross sectional dengan jumlah sampel 81 pasien gagal jantung laki-laki. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada hubungan antara kapasitas fungsional dengan disfungsi seksual dan adanya hubungan antara depresi dengan disfungsi seksualitas, dengan kekuatan hubungan sedang dan arah hubungan positif p=0,002; ?=0,05; r=0,4 . Rekomendasi dari penelitian ini ialah perlu dilakukan intervensi keperawatan untuk mencegah atau menangani masalah depresi dalam asuhan keperawatan disfungsi seksual pasien gagal jantung laki-laki.
ABSTRACT
Sexual dysfunction is a common problem in heart failure patients. Male heart failure patients are more likely than females to suffer from sexual dysfunction. This study aimed to identify correlation of functional capacity and depression with sexual dysfunction in male patient with heart failure. A total of 81 heart failure patients were included in this cross sectional study. The result showed that there was no correlation between functional capacity and sexual dysfunction. However, there was a significant correlation between depression and sexual dysfunction which was proven by a positive and moderate power of correlation p 0,002 0,05 r 0,4 . This finding shows that depression intervention is recommended to reduce the risk of sexual dysfunction in male patient with heart failure.
2017
T47287
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Akhyarul Anam
Abstrak :
ABSTRAK
Prevalensi gagal ginjal kronis di Indonesia cenderung meningkat pada kelompok usia lebih muda 45-54 tahun . Gagal ginjal kronis sering menyebabkan gangguan fungsi seksualitas disfungsi seksual . Penelitian ini bertujuan mendapatkan gambaran mendalam tentang pengalaman proses adaptasi pasien gagal ginjal kronis yang mengalami disfungsi seksual. Desain penelitian menggunakan deskriptif fenomenologi dengan wawancara mendalam. Dua belas partisipan diperoleh dengan teknik purposive sampling. Hasil penelitian ini teridentifikasi enam tema yaitu 1 proses adaptasi terhadap disfungsi seksual yang dialami partisipan, 2 disfungsi seksual yang dialami, 3 makna pentingnya pemenuhan kebutuhan seksualitas, 4 perilaku dalam menghadapi disfungsi seksual, 5 persepsi tentang penyebab disfungsi seksual, dan 6 harapan partisipan terhadap pelayanan kesehatan terkait fungsi seksualitas. Proses adaptasi yang dialami partisipan merupakan pengalaman yang sangat bermakna karena melibatkan dirinya sendiri dan hubungan interpersonal dengan pasangannya. Penelitian sejenis dengan sampel lebih heterogen diperlukan untuk memperkaya keilmuan.Prevalensi gagal ginjal kronis di Indonesia cenderung meningkat pada kelompok usia lebih muda 45-54 tahun . Gagal ginjal kronis sering menyebabkan gangguan fungsi seksualitas disfungsi seksual . Penelitian ini bertujuan mendapatkan gambaran mendalam tentang pengalaman proses adaptasi pasien gagal ginjal kronis yang mengalami disfungsi seksual. Desain penelitian menggunakan deskriptif fenomenologi dengan wawancara mendalam. Dua belas partisipan diperoleh dengan teknik purposive sampling. Hasil penelitian ini teridentifikasi enam tema yaitu 1 proses adaptasi terhadap disfungsi seksual yang dialami partisipan, 2 disfungsi seksual yang dialami, 3 makna pentingnya pemenuhan kebutuhan seksualitas, 4 perilaku dalam menghadapi disfungsi seksual, 5 persepsi tentang penyebab disfungsi seksual, dan 6 harapan partisipan terhadap pelayanan kesehatan terkait fungsi seksualitas. Proses adaptasi yang dialami partisipan merupakan pengalaman yang sangat bermakna karena melibatkan dirinya sendiri dan hubungan interpersonal dengan pasangannya. Penelitian sejenis dengan sampel lebih heterogen diperlukan untuk memperkaya keilmuan.
ABSTRACT
The prevalence of chronic renal failure in Indonesia trends to increase in the younger age group 45 54 years . Chronic renal failure may lead to impaired sexual function sexual dysfunction . This study aimed to explore an in depth experience of adaptation process of patients with chronic renal failure who had sexual dysfunction. Research design applied descriptive phenomenology with in depth interview. Twelve participants were obtained by purposive sampling technique, and identified six themes 1 adaptation process to sexual dysfunction experienced by participants, 2 sexual dysfunction experienced, 3 the importance of fulfilling sexuality needs, 4 behavior for facing sexual dysfunction, 5 perception of the cause of sexual dysfunction, 6 participant 39 s expectation toward health service related to sexuality function. The experience of participant rsquo s adaptation process was very meaningful experience because it involves himself and interpersonal relationship with his partner. Similar research with more heterogeneous samples could to enrich the result of this study.
2017
T49717
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Fajar Ekaputra
Abstrak :
ABSTRAK
Nama Program Studi Judul ABSTRAK : Muhamad Fajar Ekaputra: Pendidikan Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi: Dampak Penyuluhan Disfungsi Dasar Panggul Terhadap Pengetahuan dan Sikap Ibu Hamil lebih dari 36 minggu dalam Pemilihan Metode Persalinan di Wilayah DKI Jakarta TUJUAN: Mengetahui tingkat pengetahuan ibu mengenai disfungsi dasar panggul sebelum dan setelah penyuluhan dan mengetahui adakah perbedaan perubahan sikap dalam pemilihan metode persalinan sebelum dengan setelah penyuluhan LATAR BELAKANG: Pada negara berkembang sekarang ini, terdapat ketakutan akan proses persalinan secara pervaginam yang akan menyebabkan terjadinya kerusakan dasar panggul dan prolaps organ panggul di kemudian hari. Alasan ini yang memperkuat seorang wanita untuk memilih persalinan secara seksio cesaria. Sehingga pada negara berkembang, terdapat pandangan bahwa seksio cesaria merupakan jalan yang paling aman untuk melahirkan. Okonkwo melaporkan bahwa terdapat peningkatan permintaan seksio cesaria pada ibu hamil di Nigeria karena ketakutan terjadinya suatu disfungsi dasar panggul berdasarkan informasi yang diberikan oleh dokter. Di Indonesia saat ini masih belum ada penelitian mengenai tingkat pengetahuan wanita tentang disfungsi dasar panggul. Pengetahuan dan pemahaman yang tidak tepat akan menyebabkan pemilihan metode persalinan yang keliru. Peneliti meyakini bahwa dengan suatu pemberian edukasi yang baik, benar dan komprehensif. Seorang wanita dapat memilih metode persalinan yang diinginkannya secara lebih rasional dan bukan karena ketakutan akan terjadinya suatu disfungsi dasar panggul. DESAIN DAN METODE: Penelitian ini menggunakan desain pre ndash; post tes. Pada awal penelitian kita memberikan semacam tes tertulis untuk mengetahui pengetahuan awal peserta sebelum dilakukan penyuluhan dan pemilihan metode persalinan yang diinginkan. Setelah didapatkan hasil tes, dilanjutkan dengan pemberian edukasi tentang disfungsi dasar panggul. Kemudian dilakukan post tes untuk mengetahui tingkat pengetahuan subyek penelitian dan cara persalinan yang akan ditempuh. Penelitian ini berlangsung pada bulan Februari hingga Mei 2016 di 5 Puskesmas Wilayah DKI Jakarta yaitu PKM Warakas Jakarta Utara , PKM Tanah Abang Jakarta Pusat , PKM Cengkareng Jakarta Barat , PKM Jatinegara Jakarta Timur dan PKM Jagakarsa Jakarta Selatan . Subjek penelitian yang diteliti sebanyak 102 orang. viii HASIL: Sebanyak 102 subjek penelitian yang mengikuti penelitian ini memberikan hasil mean pretes 71 10,49 p
ABSTRACT
ABSTRACT Muhammad Fajar Ekaputra Obstetrics and Gynecology Comparison Level of Knowledge About Pelvic Floor Dysfunction Beforeand After counseling in Term Pregnancy in the Jakarta AIM Knowing the level of knowledge about pelvic floor dysfunction before and after counseling in term pregnancy women and knowing is there a difference a change of attitude in the selection method of delivery before and after counseling BACKGROUND In developing countries today, there is a fear of vaginal childbirth process that will cause damage to the pelvic floor and pelvic organ prolapse later in life. These reason is that reinforces a woman to choose childbirth Cesarian section. So in developing countries, there was supposition that Cesarian section is the safest way to give birth. Okonkwo reported that there is an increasing demand for Cesaria section in pregnant women in Nigeria because of fear of the occurrence of pelvic floor dysfunction based on the information given by the doctor. In Indonesia, there is still no research on the level of knowledge about the female pelvic floor dysfunction. Incorrect education and misunderstanding are will lead to the selection of the wrong method of delivery. Researchers believe that by giving a good education, correct and comprehensive. A woman can choose the method of delivery that wants a more rational and not because of fears of a pelvic floor dysfunction. DESIGN AND METHODOLOGY This study design using pre post test. At the beginning of our study provide some sort of written test to determine the initial knowledge of participants prior to the extension and the selection of the desired method of delivery. Having obtained the results of the test, followed by education about pelvic floor dysfunction. Then do the post test to determine the level of knowledge of the subject and mode of delivery that will be pursued. The study took place between February and May 2016 in 5 Public Health Center PHC in Jakarta that PHC Warakas North Jakarta , PHC Tanah Abang Central Jakarta , PHC Cengkareng West Jakarta , PHC Jatinegara East Jakarta and PHC Jagakarsa South Jakarta . Subjects were examined as many as 102 people. RESULTS A total of 102 study subjects who began the study gives the results of the pretest mean 71 10.49 p
2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library