Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
Anisya Salsabila
"Penelitian bertujuan untuk mengetahui pemahaman mengenai persetujuan seksual pada laki-laki dan perempuan dewasa muda Indonesia menggunakan metode penelitian kualitatif. Partisipan merupakan dewasa muda berusia 18 – 40 tahun yang pernah atau sedang menjalin hubungan romantis/seksual, serta pernah mendapat pendidikan seksual secara formal/informal. Enam partisipan yang terdiri dari tiga laki-laki dan tiga perempuan diwawancara, kemudian hasilnya dianalisis secara tematik. Hasil penelitian menemukan bahwa perjalanan memproses dan memahami persetujuan seksual dipengaruhi oleh beberapa hal: minimnya pendidikan seksual formal yang didapat ketika sekolah, sulitnya membuka pembicaraan mengenai seksualitas dengan orang tua, kesadaran diri setelah terpapar pengetahuan seksual yang bersumber dari internet, serta pengalaman yang didapat dari menjalin hubungan romantis atau seksual.
The study aims to observe how young Indonesian male and female adults comprehend sexual consent using qualitative research methods. Participants are young adults between 18 – 40 years old who have been or are in a romantic/sexual relationship and have received formal or informal sexual education. Six participants consisting of three men and women were interviewed, and the results were analyzed using thematic analysis. The results of the study found that the journey of processing and understanding the concept of sexual consent was influenced by several things: the lack of formal sexual education obtained at school, the difficulty of talking about sexuality with parents, self-awareness after being exposed to sexual knowledge from the internet, and their romantic or sexual relationship history."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Ibrahim Khalil Ar Rahman
"Kasus kekerasan seksual yang banyak terjadi di Indonesia menarik perhatian peneliti untuk meneliti mengenai prediktor dari kekerasan seksual. Beberapa literatur terdahulu mengindikasikan adanya hubungan antara perilaku objektifikasi seksual dan sikap persetujuan seksual, serta antara perilaku kekerasan seksual dan sikap persetujuan seksual. Melihat adanya hubungan kedua variabel dengan sikap persetujuan seksual, peneliti menduga terdapat variabel yang dapat menjembatani hubungan di antara kedua variabel tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran sikap persetujuan seksual sebagai mediator dalam hubungan antara perilaku objektifikasi seksual dan perilaku kekerasan seksual. Partisipan pada penelitian ini adalah 372 laki-laki dewasa muda heteroseksual yang tinggal di Indonesia dan pernah atau sedang menjalin hubungan romantis. Pengukuran dalam penelitian ini menggunakan Aggressive Sexual Behavior Inventory milik Mosher dan Anderson (1986) untuk mengukur perilaku kekerasan seksual, Interpersonal Sexual Objectification Scale—Perpetration Version milik Gervais dkk. (2018) untuk mengukur perilaku objektifikasi seksual, dan Sexual Consent Attitude Scale milik Humphreys dan Herold (2007) untuk mengukur sikap persetujuan seksual. Hasil dari penelitian ini menunjukkan dimensi Commitment Reduces Asking for Consent dari sikap persetujuan seksual dapat memediasi hubungan positif antara perilaku objektifikasi seksual dan perilaku kekerasan seksual, namun dimensi Asking for Consent First is Important dari sikap persetujuan seksual tidak dapat memediasi hubungan.
Sexual violence cases that prevalently happened in Indonesia draw researcher’s interest to study sexual violence's predictor. Literature indicates that there is relationship between sexual objectification behavior and sexual consent attitude, also between sexual aggressive sexual behavior and sexual consent attitude. Thus, researcher argues there is a variable that might be able to mediate the relationship between those two variables. This research aims to see the mediation role of sexual consent attitude in the relationship between sexual objectification behavior and aggressive sexual behavior. Participant of this study is 372 heterosexual young adult male that lives in Indonesia and had been or currently involved in a romantic relationship. This research used Mosher and Anderson’s Aggressive Sexual Behavior Inventory (1986) to measure aggressive sexual behavior, Gervais et al.’s Interpersonal Sexual Objectification Scale—Perpetration Version (2018) to measure sexual objectification behavior, and Humphreys and Herold’s Sexual Consent Attitude Scale (2007) to measure sexual consent attitude. The result shows Commitment Reduces Asking for Consent dimension from sexual consent attitude is able to mediate the relationship between sexual objectification behavior and aggressive sexual behavior, meanwhile Asking for Consent First is Important dimension from sexual consent attitude is not able to mediate the relationship."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Wertheimer, Alan
Cambridge, UK: Cambridge University Press, 2003
176 WER c
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
Luh Ayu Candra Utami
"Asertivitas seksual dan sikap persetujuan seksual merupakan faktor protektif terhadap aktivitas seksual non-konsensual. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh gender dalam memoderasi hubungan antara asertivitas seksual (prediktor) dan dimensi sikap persetujuan seksual (kriterion), yakni Asking for Consent First is Important dan Commitment Reduce Asking for Consent. Partisipan merupakan laki-laki (N = 357) dan perempuan (N = 398) pada usia dewasa muda yang pernah atau sedang memiliki hubungan romantis atau hubungan seksual. Asertivitas seksual diukur menggunakan Sexual Assertiveness Questionnaire for Women dan sikap persetujuan seksual diukur menggunakan Sexual Consent Attitude Scale. Analisis yang dilakukan menggunakan teknik PROCESS simple moderation. Hasil analisis moderasi menunjukan bahwa gender tidak memoderasi hubungan antara asertivitas seksual dan kedua dimensi sikap persetujuan seksual, yaitu Asking for Consent First is Important dan (b= -.107, t= -1.78, p>0.05) dan Commitment Reduce Asking for Consent (b= .008, t= .219, p>0.05). Hasil penelitian dapat mendukung pengembangan pendidikan seksual berbasis komunikasi asertif pada laki-laki dan perempuan muda untuk mencegah aktivitas seksual yang non-konsensual.
Sexual assertiveness and sexual consent attitude are protective factors against nonconsensual sex. This research examined the moderating role of gender in the relationship between assertiveness (predictor) and two dimensions of sexual consent attitude; Asking for Consent First is Important and Commitment Reduce Asking for Consent. Participants were young men (N = 357) and women (N = 398) with prior history of romantic or sexual experience. Sexual assertiveness was measured using Sexual Assertiveness Questionnaire for Women and sexual consent attitude was measured using Sexual Consent Attitude Scale. Analysis was conducted using PROCESS simple moderation model. Results show that gender does not moderate the relationship between sexual assertiveness and two dimensions of sexual consent attitude, Asking for Consent First is Important (b= -.107, t= -1.78, p>0.05) and Commitment Reduce Asking for Consent (b= .008, t= .219, p>0.05). Findings support the development of sexual education based on sexual assertiveness communication for young men and women to prevent nonconsensual sex."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Muhamad Daffa Putra
"Beberapa tahun terakhir di Indonesia terjadi kasus pelecehan seksual dengan pelaku penggemar anime dan manga, pada acara bertema Jepang atau di media sosial. Studi sebelumnya menunjukan ada hubungan antara sikap persetujuan seksual terhadap perilaku objektifikasi seksual pada laki-laki. Peneliti ingin melihat hubungan antara dua variabel tersebut pada laki-laki penggemar anime dan manga di Indonesia. Partisipan berumur 18 sampai 25 tahun serta menggemari anime dan manga berjumlah 157 orang. Terdapat hubungan yang signifikan dari kedua variabel dengan effect size rendah. Perlu ada penelitian lebih lanjut untuk membahas hubungan kedua variabel.
Several cases of sexual harassment have involved anime and manga fans in Indonesia, in a convention or through social media. Previous studies have found correlation between sexual consent attitudes and sexual objectification by male perpetrators. The aim is to see correlation between these variables within male anime and manga fans in Indonesia. Participants are 157 fans of anime and manga, consisting of young adults (18 to 25 years old). Significant correlation was found between both variables with small effect size. Further studies are needed to explore the correlation deeper."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library