Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 11 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhammad Raihan Wibisana
Abstrak :
Rasa takut untuk menjadi korban kejahatan pelecehan seksual di dalam transportasi publik dapat memicu perilaku yang tidak nyaman bagi penumpang perempuan. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keamanan lingkungan transit KRL Jabodetabek dalam memberikan rasa aman pengguna perempuan dari tindakan pelecehan seksual. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kuantitatif dengan landasan teori karakteristik lingkungan transportasi publik yang mempengaruhi rasa aman pengguna oleh Ceccato et al (2022). Pengumpulan data dilakukan dengan metode kuantitatif melalui penyebaran kuesioner serta kualitatif melalui wawancara mendalam. Sampel yang diambil adalah pengguna KRL Jabodetabek perempuan dengan total sampel 100 orang. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis statistik deskriptif. Hasil penelitian menunjukan bahwa karakteristik. Hasil penelitian menunjukan dari keempat dimensi  ada dua yang mempunyai hasil positif terhadap rasa aman yaitu dimensi visibilitas dan pengawasan serta dimensi pencahayaan; satu dimensi dengan hasil mixed yaitu dimensi manajemen dan perawatan; serta satu dimensi dengan hasil negatif yaitu dimensi tingkat kepadatan. Dari kesimpulan ini rekomendasi yang diberikan meliputi memastikan lingkungan transit KRL terawat dengan baik, penambahan jumlah kereta pada jam sibuk, dan memastikan adanya pengawasan formal yang terlihat saat pengguna rendah. ......The fear of becoming a victim of crime when disclosing sexual matters in public transportation can trigger uncomfortable behavior for female passengers. Therefore, this study aims to determine the safety of the KRL transit environment in providing female users with a sense Percieved Safety from sexual crimes. This research was conducted with a quantitative approach based on the theoretical basis of the characteristics of transit environment which influence users percieved safety by Ceccato et al (2022).. Data collection was carried out using quantitative methods through distributing questionnaires and qualitatively through in-depth interviews. The samples taken were female Jabodetabek KRL users with a total sample of 100 people. The analysis technique used is descriptive statistical analysis. The research results show that from the fourth dimension there are two that have positive results on a sense of security, namely the visibility and surveillance dimension and the lighting dimension; one dimension with mixed results is the management and maintenance dimension; and one dimension with negative results, namely the density level dimension. From this conclusion, the recommendations given include ensuring that the KRL transit environment is well maintained, increasing the number of trains during peak hours, and ensuring that there is visible formal supervision during low user usage.
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sutini Paimin
Abstrak :
Kaum wanita Amerika sudah mengalami ketidaksetaraan ratusan tahun yang lalu. Mereka merasa bahwa sebagai warga Amerika mereka tidak diberi kesempatan yang sama dengan pria yaitu mendapat pendidikan yang sama dengan pria serta mendapat kesempatan bekerja di luar rumah. Dengan adanya ketidaksetaraan ini, kaum wanita kelas menengah yang tergabung dalam kelompok feminisme menentangnya. Kaum wanita ini berkumpul di Seneca Falls pada tahun 1848 dan mencetuskan suatu deklarasi yang disebut Declaration of Sentiment and Resolutions yang isinya adalah pria dan wanita diciptakan sama. Atas dasar inilah kaum wanita menuntut persamaan hak dan kesempatan dengan pria. Perjuangan feminisme mulai berhasil ketika pada tahun 1920 kaum wanita mendapatkan hak pilih mereka setelah menunggu selama 72 tahun. Selain itu, mereka juga sudah mendapat kesempatan bekerja di luar rumah ketika Perang Dania II pecah sekitar tahun 1945. Mereka menggantikan tenaga kerja pria yang harus pergi berperang. Sejak itu, tenaga kerja wanita terus bertambah bahkan melampaui angka tenaga kerja pria. Meskipun secara kuantitas jumlah tenaga kerja wanita lebih besar dari pria tetapi kualitas pekerjaan mereka lebih rendah dari pekerjaan pria. Karena banyaknya tenaga kerja wanita serta rendahnya kualitas pekerjaan mereka, muncullah tindakan yang tidak menyenangkan dari pria terhadap wanita yang dikenal dengan tindakan pelecehan seksual. Pelecehan seksual terhadap wanita di lingkungan kerja adalah bentuk diskriminasi terhadap wanita serta bentuk pelanggaran terhadap Title VII of the Civil Rights Act of 1964. Salah satu kasus pelecehan yang sangat terkenal di Amerika adalah kasus pelecehan seksual oleh Thomas terhadap Hill. Kasus ini terjadi pada tahun 1981 tetapi oleh Hill baru diungkapkan pada tahun 1991 ketika Thomas dicalonkan oleh Presiden Bush sebagai hakim di Supreme Court. Umumnya kasus pelecehan terjadi karena adanya unsur ras, jender dan power (kekuatan). Dalam kasus Hill, Thomas adalah atasannya dan Hill adalah sekretarisnya. Kedudukan mereka tidak sejajar sehingga tindakan pelecehan dapat terjadi. Tuduhan Hill terhadap Thomas mengundang kontrovesi baik di kalangan masyarakat maupun di kalangan senator. Bagi kaum wanita yang tidak bekerja di luar rumah, mereka lebih percaya kepada Thomas karena ia pria kulit hitam yang berhasil di pekerjaan yang biasanya dilakukan pria kulit putih. Sementara itu, kaum wanita yang bekerja di luar rumah lebih mempercayai Hill karena menurut mereka pelecehan seksual memang terjadi di lingkungan kerja mereka. Senator Partai Republik yang sangat mendukung Thomas menginginkan agar pengukuhan Thomas segera dilaksanakan. Sedangkan Partai Demokrat menginginkan agar tuduhan terhadap Thomas dibuktikan dahulu kebenarannya. Hill akhirnya dikalahkan dan Thomas dimenangkan. Masalah yang dibahas di sini adalah bahwa kekalahan Hill lebih banyak dipengaruhi oleh unsur ras daripada jender ataupun politik kepentingan. Sekalipun Hill sebagai korban pelecehan mengatakan yang sesungguhnya tetap saja ia tidak dipercayai karena ia tidak dapat membuktikan kebenarannya. Tujuan penulisan ini ialah untuk menunjukkan bahwa kasus pelecehan seksual Hill gagal diselesaikan karena faktor ras lebih berpengaruh daripada faktor jender atau faktor politik kepentingan. Hal ini dikarenakan adanya kolaborasi kepentingan antara presiden yang berkuasa saat ini dengan para senator dari Partai Demokrat dan Republik, dengan Clarence Thomas, dan juga dengan kelompok minoritas kulit hitam. Metode penulisan yang dipakai adalah studi kepustakaan dengan pendekatan deskriptif interpretatif sebagai sumber informasi utama ditunjang oleh informasi dari internet dan CD-ROM.
Sexual Harassment towards Women at Working Environment: Anita Hill vs. Clearance Thomas's Case American women had experienced inequality since hundred years ago. They felt that as American citizen they were not given equal opportunity in getting the same education as well as getting the rights to work out side the home. The feminist group whose members were middle class women opposed this inequality. These women gathered in Seneca Falls in 1848 and declared what was called as Declaration of Sentiments. This declaration stated that all men and women were created equal. Based on this statement, women demanded equality of rights as well as opportunity with men. In 1920, the struggle of feminism equality was successful because they got their right to vote after waiting for 72 years. Beside that, they had also got a chance to enter the work force especially when World War II broke in 1945. Since then, the women labor force even outnumbered their constituent that was men's labor. Even though the number of women who entered the labor force was greater but their occupation was considered lower than men's job. Due to this condition, unwelcome advances or acts from men to women happened which was known as sexual harassment. Sexual harassment towards women at working environment is a form of discrimination and the violation of Title VII of the Civil Rights Act off 964. One of the sexual harassment cases which were famous in America was Anita Hill's case. This case happened in 1981 and was emerged by Hill in 1991 when Thomas was nominated as a judge at the Supreme Court by President Bush. Generally, sexual harassment happens because of race, gender and power factors. In Hill's case, Thomas was her supervisor while Hill was his secretary. Their position was unequal so the unwelcome advances might happen. Hill's allegation towards Thomas arouses controversy both in the society and among senators. American women who didn't enter the workforce, they believed Thomas more than Hill because he was a Blackman who was successful in white men's world. On the other hand, women who worked outside believed Anita Hill because sexual harassment did happen in their working environment. Republican senators who strongly supported Thomas wanted no delay for his confirmation, while Democratic senators suggested investigating Thomas due to Hill's allegations. However, Hill at last was defeated and Thomas was supported. The problem discussed in this thesis is that Hill's sexual harassment case is mainly influenced by race factor than gender or politics factor. The purpose of this writing is to show that Hill's sexual harassment case is unresolved. It is due to the race factor which is more decisive than the other two factors, namely gender and politics factors. This is caused by the collaboration between the president at that time with the Republican and Democratic senator as well as Clarence Thomas and the minority group that is African Americans. Method of writing in this thesis is purely library research with descriptive interpretative approach as the main source supported by the information from internet and CD-ROM.
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2001
T5531
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nor Iyoni
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1996
S2376
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amdha Nelasari
Abstrak :
Perempuan seringkali menjadi korban pelecehan seksual karena adanya konstruksi gender pada masyarakat patriarki. Apabila berbicara mengenai hukum terdapat istilah “dimana ada masyarakat maka disitu ada hukum” yang menjadi elemen penting dalam tatanan masyarakat. Pada masa majapahit, raja mengatur rakyatnya menggunakan kitab hukum, salah satunya yaitu Kitab Kutara Manawa dan data lainnya yang mengatur tentang perlindungan perempuan. Metode dalam penelitian sejarah kuno ini dilakukan dengan 4 tahapan. Tahap pertama dilakukan dengan pengumpulan data seperti prasasti, tinggalan arkeologis, naskah, dan berita Cina. Tahap kedua dilakukan analisis dengan mengaitkan beberapa data. Tahap ketiga dilakukan penafsiran data dengan penggabungan dan perbandingan data yang merujuk pada kesimpulan. Tahap keempat menggunakan historiografi dalam memaparkan hasil penelitian. Hasil dari kajian ini dapat membuktikan bahwa terdapat hubungan antara hukum perundang-undangan Majapahit dengan hukum nasional Indonesia. Meskipun terdapat peraturan yang tidak relevan pada masa kini, namun nilai-nilai dalam Kitab Kutara Manawa dapat menjadi inspirasi dalam pembuatan produk hukum yang lebih efektif. ......Women often become victims of sexual harassment due to gender construction in the patriarchal society. There is a term that wherever there is society, there is law, which indicates that law is an important element in overcoming community problems in society. During the Majapahit era, the king used a law book called Kutara Manawa and others data to govern his people, which also consisted of regulations related to the protection of women. The methodology used in this ancient history research consists of 4 stages. The first stage is data collection, such as inscriptions, archaeological data, manuscripts, and Chinese chronicles. The second stage is an analysis of data linking. The third stage is data interpretation by combining and comparing, resulting in a conclusion. The fourth stage is a presentation of research results using historiography. This study's results have proven a relationship between Majapahit legislation and Indonesian national law. Despite regulations that are no longer relevant today, the values ​​in the Book of Kutara Manawacan inspire the creation of more effective legal products.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2023
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Wiwid Safitri
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tingkat pelecehan seksual yang terjadi di empat industri berbeda yaitu industri garmen, sepatu, makanan, dan tekstil serta untuk mengetahui bagaimana perbedaan dari pelecehan seksual di empat industri berbeda tersebut. Pengukuran pelecehan seksual dalam penelitian ini menggunakan definisi operasional oleh APINDO (2012) dengan mengembangkan kuesioner Sexual Experiences Questionnaire (SEQ) form W dari Fitzgerald et al (1995) yang terbagi kedalam 5 dimensi; pelecehan lisan, pelecehan isyarat, pelecehan fisik, pelecehan visual, dan pelecehan psikologis. Setiap butir pertanyaan dalam dimensi tersebut dibagi dua yaitu pelecehan yang dilakukan oleh rekan kerja laki-laki dan pelecehan yang dilakukan oleh supervisor laki-laki. Kemudian metode analisis menggunakan analisis deskriptif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan akan pelecehan seksual pada dimensi pelecehan lisan, pelecehan isyarat, dan pelecehan fisik di keempat industri yaitu di industri gamen, sepatu, makanan, dan tekstil. Dapat disimpulkan bahwa pelecehan seksual yang ada pada keempat industri masih dalam taraf rendah, akan tetapi melalui wawancara dan komentar responden didapatkan tindakan pelecehan seksual di tempat kerja banyak terjadi, sehingga masih perlu adanya upaya yang berarti agar tindak pelecehan seksual dapat diminimalisir dan dihilangkan di tempat kerja.
ABSTRACT
This research was conducted to determine the level of harassment abuse that occurred in four different industries are garment, footwear, food, and textiles industry and to investigate how differences of sexual abuse in four distinct industries. Measuring sexual harassment in this study uses an operational definition by APINDO (2012) developed a questionnaire from Sexual Experiences Questionnaire (SEQ) form W of Fitzgerald et al (1995) which is divided into five dimensions; verbal harassment, non-verbal harassment, physical harassment, visual harassment, and psychological harassment. Every item question in the questionnaire is divided into two dimensions which are harassment by male coworkers and harassment by male supervisors. Then the method of analysis using descriptive analysis. The results of this study indicate that there are significant differences in the dimensions of sexual harassment that are verbal abuse, non-verbal harassment, and physical abuse in the four industries, namely in the industry garment, footwear, food, and textiles. It is concluded that sexual harassment in the four industry is still in a low level, but through interviews and comments of respondents found sexual harassment in the workplace a lot going on, so it still needs a significant effort that sexual harassment can be minimized and eliminated in the workplace .
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2012
T34760
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eva Achjani Zulfa
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 1995
S21710
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nabila Nurul Putri
Abstrak :
ABSTRAK
Artikel ini menampilkan gambaran harc lement de rue di Paris melalui sekuen Quais de Seine dalam film Paris je t 39;aime. Film tersebut mengangkat cerita tentang perempuan-perempuan yang mengalami pelecehan seksual di jalanan, baik melalui tindakan maupun ucapan yang bersifat menggoda yang dilakukan laki-laki tidak dikenal. Pada dasarnya harc lement de rue di Paris melalui unsur sinematografi dan naratif film dilihat dari kategori , bagaimana pelecehan terjadi, dan siapa pelaku serta korban yang terlibat dalam film Paris Je T 39;aime pada sekuen Quais de Seine. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif yang didukung oleh teknik pengumpulan data yaitu studi kepustakaan. Penelitian ini menunjukkan bahwa secara umum korban harc lement de rue adalah perempuan dari berbagai ras. Pelaku adalah laki-laki yang berasal dari berbagai ras. Dalam artikel ini juga ditemukan bahwa harc lement de rue tidak hanya menyinggung aspek seksual namun terdapat pelecehan agama yang dialami seorang tokoh perempuan muslim.
ABSTRACT
This article presents the depiction of harc lement de rue that is shown in Quais de Seine sequence in Paris je t 39;aime movie. The movie portrays the story of women who are harassed in the street by male strangers calling her a nasty words based on reality which frequently happen in Paris. Harc lement de rue is harassment in the street, especially sexual is portrayed through both verbal and physical harassment which often go hand-in-hand. The objective of this study is to find out harc lement de rue in Paris focusing on Quais de Seine sequence in Paris je t 39;aime film. The cinematography and narrative elements found in the film show types of harassment, how the harassment happens also the perpetrator and the victim of harassment. The method used in this research is qualitative research supported by library research for the data collection. This research shows that the victim of harc lement de rue are generally women from various races. Meanwhile, the perpetrators are males from various races. In addition, this research reveals that harc lement de rue does not only elevate sexual aspect but also religious harassment in a muslim woman character.
2018
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Nasution, Dara Adinda Kesuma
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini membahas bagaimana pemaknaan khalayak perempuan terhadap mitos patriarki tentang street harassment yang ditampilkan oleh media massa. Studi resepsi ini menggunakan paradigma kritis. Data dikumpulkan dengan wawancara mendalam. Penelitian ini menunjukkan bahwa mitos patriarkis digunakan untuk mengembalikan perempuan kepada peran gender tradisional. Khalayak perempuan memaknai mitos patriarki secara bervariasi dalam tiga posisi pemaknaan Stuart Hall yang dilatarbelakangi oleh sosialisasi gender, pengalaman dengan street harassment, dan kepercayaan terhadap realitas dalam media. Pemaknaan perempuan terhadap mitos patriarkis berkaitan pula dengan reaksi perempuan terhadap pelaku dan strategi yang digunakan untuk berpartisipasi di ruang publik. Selain itu, kehadiran media online berperan menjadi ruang alternatif sekaligus mendatangkan reviktimisasi bagi korban.
ABSTRACT
This research discusses how women audience attach meanings to patriarchal myths in mass media potrayals about street harrassment. In depth interview method is used in collecting data. This reception study using critical paradigm. The findings show that patriarchal myths are used to keep women in traditional gender role. Women audiences attach meaning in various way in three different positions of Stuart Hall rsquo s reception theory, depends on gender socialization, experiences with street harassment, and perceived realism towards media. Women rsquo s reception toward patriarchal myths are related to women rsquo s responses to harassers and the strategies employed to participate in public places. Meanwhile, online media are potential to be alternative place and source of revictimization for women at the same time.
2017
S67600
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adetya Sarah Widowati
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk menginterogasi kontribusi teoretis dan praktis dari gerakan MeToo yang muncul melalui tagar MeToo di Twitter dan beberapa artikel berita. Dengan menggunakan analisis wacana kritis dengan pendekatan Perubahan Sosial yang ditawarkan oleh Norman Fairclough, twit teratas yang berisi tanda pagar MeToo dikumpulkan dan dianalisis berdasarkan dua kasus tuduhan pelecehan seksual terhadap Harvey Weinstein dan Brett Kavanaugh. Selain itu, kontribusi MeToo dalam aspek metode distribusi, partisipasi, pemikiran, dan kontinuitas gerakan juga dapat dilihat pada sejumlah artikel di media massa. Dengan kekuatan media sosial dan media massa, MeToo sebagai hashtag activism telah memotivasi jutaan perempuan Amerika untuk menyuarakan kisah mereka tentang pelecehan seksual yang sebelumnya dibungkam. Dengan mengaplikasikan gagasan Manuel Castells tentang transformasi emosi menjadi tindakan yang berperan dalam mobilisasi sosial, diskusi pada penelitian ini menemukan bahwa cerita pribadi yang dibagikan ke ruang publik telah memicu emosi para pengguna media sosial dan mendorong mereka untuk mengambil tindakan. Penelitian ini lebih jauh berargumen bahwa gerakan MeToo berkontribusi dalam meningkatkan kesadaran tentang relasi kekuasaan, membuat cerita para penyintas lebih didengar dan dipercaya, serta melindungi para penyintas melalui penegakan hukum. Dari beberapa kontribusi tersebut, penelitian ini menyimpulkan bahwa gerakan MeToo akan terus tumbuh dan memberikan dampak jangka panjang terhadap gerakan perempuan di Amerika Serikat.
This study sets out to interrogate the theoritical and practical contributions of MeToo movement that emerge from MeToo hashtag on Twitter and several news articles. By using critical discourse analysis with Sociocultural Change approach offered by Norman Fairclough, the top tweets that contain MeToo hashtag were collected and analyzed by two particular sexual allegation cases against Harvey Weinstein and Brett Kavanaugh. In addition, MeToo`s contributions in the aspects of distribution method, participation, idea, and continuity of the movement can also be recognized through several articles in mass media. With the power of social media and mass media, MeToo as hashtag activism has motivated millions of American women to vocalize their silenced stories about sexual assault. Applying Manuel Castells` idea about the transformation of emotions into actions regarding social mobilization, it is found in the discussion that personal stories shared into public sphere have triggered social media users emotions and provoked them to take actions. This study further argues that the contributions of MeToo movement include raising awareness about power relations, making survivors stories more heard and believed, and protecting survivors through law enforcement. From the contributions, it suggests that MeToo movement will continuously grow and give long-lasting impacts to the womens movement in the United States.
Depok: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2019
T52907
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Paludi, Michele Antoinette
Albany State University of New York Press 1991,
331.4 Pal a
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>