Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 65 dokumen yang sesuai dengan query
cover
R. Gatot Sunyoto Sumowidagdo
Abstrak :
Penelitian fundamental gelombang kejut menggunakan shock tube untuk mempelajari gelombang kejut dan efek gelombang kejut untuk aplikasi tertentu telah banyak dilakukan. Shock tube mampu menghasilkan permukaan gelombang kejut yang dapat dikendalikan sehingga dimungkinkan untuk menganalisa energi gelombang kejut yang timbul dengan bermacam metode. Dalam penelitian ini gelombang kejut dihasilkan dari shock tube dengan memanfaatkan udara terkompresi kemudian karakter kekuatan gelombang kejut yang dihasilkan akan diukur menggunakan sensor tekanan dan strain gage yang dipasang pada spesimen pelat yang diletakkan di ujung tabung. ......Shock-tube-generated shock wave has been widely used in many fundamental researches to study shock wave and/or shock wave effect to specific application. A shock tube can generate a controllable shock wave with a planar shock wave thus it is possible to evaluate various energies by shock tube experiment. Within this experimental study shock wave to be generated using compressed-air and its character to be measured by using pressure gages within tube wall and strain gages installed on thin-plate which is assembled at outlet of shock tube.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
T33311
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wawan Setiawan
Abstrak :
Tesis ini menganalisis dampak goncangan perekonomian dunia (external shock) terhadap indikator makroekonomi Indonesia (output, inflasi dan nilai tukar riil efektif) serta analisis atas efektivitas kebijakan moneter Bank Indonesia melalui penerapan suku bunga (BI Rate) menggunakan model Structural VAR yang dikembangkan oleh Eric Parrado (2001). Penulisan tesis ini terutama dilatarbelakangi oleh dampak kenaikan harga minyak dunia dan krisis finansial global 2008. Menggunakan data time series bulanan yang terdiri dari variabel domestik (output, tingkat harga, suku bunga domestik, jumlah uang beredar dan nilai tukar riil efektif) serta variabel dunia (harga minyak dunia dan suku bunga dunia) dengan rentang periode observasi 2004:12 sampai 2009:12. Hasil IRF dan FEVD menunjukkan bahwa external shock harga minyak dunia memiliki pengaruh yang signifikan dan langsung terhadap variabel nilai tukar riil efektif yang ditransmisikan melalui jalur transmisi nilai tukar (exchange rate channel) serta shock suku bunga dunia mempengaruhi peningkatan suku bunga domestik. Kebijakan moneter yang ditempuh Bank Indonesia masih cukup efektif untuk mempengaruhi tingkat harga, memperkuat nilai tukar dan juga memperhatikan pencapaian pertumbuhan ekonomi. Analisis monetary condition index (MCI) mengindikasikan bahwa stance kebijakan moneter Bank Indonesia selama periode 2005:7-2009:12 dapat dikatakan secara umum adalah tepat. ...... This thesis analyze worldwide economy convulsion impact (external shock) to Indonesian macroeconomic indicators (output, inflation and real effective exchange rate) as well as analyze of the effectiveness of monetary policy through the implementation of Indonesian Cental Bank interest rate (BI Rate) using the Structural VAR model developed by Eric Parrado (2001 ). Mainly motivated by the impact of increasing world oil prices and global financial crisis in 2008. Using monthly time series data consisting of domestic variables (output, prices, domestic interest rates, money supply and real effective exchange rate) and world variables (oil prices and world interest rates) with the range of the observation period 2004:12 to 2009: 12. The IRF and FEVD results indicates that external shock of world oil price has significant and direct influence to real effective exchange rate variables which transmitted through exchange rates transmission channel (exchange rate channel) furthermore the world interest rate shock affects the domestic interest rate increases. Monetary policy gone pursued by Indonesia Central Bank still effective enough to influence level of price, strengthens exchange rates as well as paying attention to the achievement of economic growth. The analysis of monetary condition index (MCI) indicates that the monetary policy stance of Bank Indonesia during the period 2005:7-2009:12 in general can be said is correct.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2010
T27788
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmahwati
Abstrak :
yok kardiogenik yang terjadi pada seseorang dapat disebabkan oleh penurunan kinerja miokard yang parah dan mengakibatkan penurunan curah jantung hingga hipoperfusi organ akhir. Pemberian resusitasi cairan pada manajemen awal syok kardiogenik menjadi tantangan klinis karena seringkali sulit dinilai dan dapat bervariasi dari waktu ke waktu. Sehingga, salah satu cara untuk mengetahui efektivitas resusitasi cairan dengan syok kardiogenik adalah dengan pemantauan hemodinamik pasien menggunakan tekanan arteri rata-rata/mean arterial pressure (MAP). Metode dalam karya ilmiah ini dengan case study pada praktik klinik keperawatan kegawatdaruratan di RSUI. Pasien kelolaan adalah Tn. A berusia 74 tahun dengan diagnosis syok kombinasi kardiogenik dan intervensi utama yaitu pemantauan status sirkulasi menggunakan tekanan darah arteri rata-rata (MAP) untuk mengukur efektivitas resusitasi cairan. Hasil implementasi pemantauan MAP menunjukkan MAP dapat menjadi pengukuran efektivitas resusitasi cairan pada status sirkulasi pasien dengan syok kardiogenik. Perawat dapat menggunakan pemantauan status sirkulasi menggunakan tekanan darah arteri rata-rata (MAP) sebagai salah satu pengukuran efektivitas resusitasi cairan. ......Cardiogenic shock that occurs in a person can be caused by a severe decrease in myocardial performance and result in a decrease in cardiac output to end organ hypoperfusion. Providing fluid resuscitation in the initial management of cardiogenic shock is a clinical challenge because it is often difficult to assess and can vary over time. Thus, one way to determine the effectiveness of fluid resuscitation in cardiogenic shock is to monitor the patient's hemodynamics using the mean arterial pressure (MAP). The method in this scientific work is a case study in clinical of emergency nursing at RSUI. The patient being managed is Mr. A is 74 years old with a diagnosis of combined cardiogenic shock and the main intervention is monitoring of circulation status using mean arterial blood pressure (MAP) to measure the effectiveness of fluid resuscitation. The results of implementing MAP monitoring show that MAP can be a measure of the effectiveness of fluid resuscitation on the circulation status of patients with cardiogenic shock. Nurses can use monitoring of circulation status using mean arterial blood pressure (MAP) as one measure of the effectiveness of fluid resuscitation.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan, 2023
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Asrizal Tatang
Abstrak :
ELCB mulai digunakan di Indonesia pada tahun 1980-an, yaitu dipasang pada instalasi perumahan dengan tegangan sistem 220 volt. tanpa megetahui terlebih dahulu tingkat sensi ti vi tas dan efektifitas kerjanya dalam melidungi dari bahaya terkena sengatan listrik. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah ELCB yang beredar di pasaran dapat bekerja secara efektif untuk melindungi dari bahaya kematian akibat listrik. Penelitian ini dilakukan dengan mengambil 3 sampel ELCB yang beredar di pasaran kemudian dicoba diteliti dengan Cara memasangkannya pada rangkaian simulasi listrik dan perumahan dengan tegangan sistem 220 .V satu fasa. Didapat beberapa besaran arus bocor dan tegangan sentuh yang terdeteksi oleh ELCB untuk memutuskan sumber daya listrik jika terjadi kontak satu kutub ke tanah. Hasil dari hasil penel i ti an ter nyata salah satu ELCB dapat bekerja dengan efektif memutuskan daya listrik jika arus bocor yang terdeteksi 21.5 mA dengan tahanan tubuh manusia 3000 Ohm.
Depok: Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 1996
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Elfi Syahreni
Abstrak :
Renjatan merupakan sindrom klinis yang ditandai oleh "Prostration" dan gangguan perfusi jaringan. Gangguan ini akan mengakihatkan tidak terpenuhinya kebutuhan metabolisme tubuh. Penyebab renjatan pada anak adalah penadarahan, kehilangan cairan, plasma serta trauma ganda yang menyebabkan gangguan sirkulasi dan respirasi. Dampak lanjut dari renjatan ini dapat menimbulkan kematian atau gejala sisa. Mengingat dampak tersebut maka diperlukan asuhan keperawatan vang intensif, khususnya untuk anak penderita renjatan.
Shock ix a clinical syndrome characterized by a prostration and an alteration in tissue perfusion. This problem will laid to inadequacy of body metabolism requirements. The main causes of shock in children are bleeding, loss of fluid or plasm and multiple trauma that yield to alteration in circulation and respiration. Further negative impact of shock is squalae or death. Considering the facts above, it is really necessary to provide an intensive nursing care to children who are experiencing shock.
1999
JJKI-II-7-Sept1999-247
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Nieke Anggia Puri Zulhaida
Abstrak :
ABSTRAK
Karakteristik dinamik struktur yang berupa periode getar dan pola ragam getar suatu struktur eksisting dapat diperoleh melalui pengolahan data monitoring vibrasi struktur tersebut. Pada penelitian ini, monitoring vibrasi dilakukan dengan menggunakan 5 buah triaxial accelerometer yang diletakkan dengan beberapa pola pada lantai jembatan. Dengan menggunakan Transformasi Fourier didapat respons struktur dalam domain frekuensi. Dari respons spektrum ini kemudian didapat periode getar dan pola ragam getar alami struktur. Hasil pengujian ini kemudian dibandingkan dengan hasil analisa dari pemodelan struktur yang dilakukan dengan program MIDAS. Dari penelitian ini berhasil dilakukan modal extraction terhadap lima mode pertama jembatan. Periode getar hasil eksperimen menunjukkan hasil yang identik dengan hasil pemodelan dimana rata-rata error adalah sebebsar 12.364%. Pola ragam getar yang diperoleh dari hasil eksperimen cukup identik pula dengan hasil pemodelan. Dengan menggunakan metode Half Power Bandwidth didapat pula redaman struktur yang berkisar antara 1.757 – 5.13%.
ABSTRACT
Dynamic characteristics of structure which consist of natural period of vibration and mode shape of an existing structure can be obtained from analysis of vibration monitoring data of the structure. In this research, an experimental vibration monitoring field investigation is presented. The experimental procedure involves instrumenting 5 triaxial accelerometer that located on bridge deck in a few layout arrangements. By implementing Fourier Transform structure response in frequency domain is obtained. From this response spectrum natural period of vibration and mode shape of structure can be extracted. Finite element model of the bridge using MIDAS software is validated against experimental results. Result shows that from experimental, modal extraction of 5 first mode of the bridge has been accomplished. Natural period based on experimental result shows identical result compared to the modelling results with average error of 12.364%. Mode shape based on experimental result and modelling result are also identical. By implementing Half Power Bandwidth method damping ratio of bridge is ranging from 1.757% to 5.13%.
2013
T35422
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Saptadi Yuliarto
Abstrak :
Tingginya angka mortalitas syok anak dapat dicegah dengan deteksi dini dan terapi adekuat. Parameter hemodinamik digunakan sebagai dasar tatalaksana syok. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui perubahan parameter hemodinamik pada pasien syok anak pasca resusitasi cairan dan obat-obatan vasoaktif. Penelitian deskriptif ini dilakukan di instalasi gawat darurat dan rawat intensif RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta, Januari 2013-September 2014, pada seluruh anak yang mengalami syok. Pengukuran hemodinamik dengan USCOM dilakukan pada jam I dan VI. Sebagian besar pasien mengalami syok hipodinamik dan refrakter cairan pasca resusitasi. Pasca pemberian obat-obatan vasoaktif, terjadi peningkatan inotropy pada sebagian besar kasus, namun diikuti oleh peningkatan afterload.
The high mortality rate in pediatric shock can be prevented by early detection and adequate management. Hemodynamic parameters is useful for guiding shock management. The aim of study was describing hemodynamic parameters in pediatric shock after fluid resuscitation and vasoactive drugs therapy. This descriptive study was conducted at emergency room and intensive care unit, Cipto Mangunkusumo Hospital, Jakarta, in January 2013 ? September 2014, including all shock children. The hemodynamic was measured by USCOM in 1st and 6th hour. Most patients suffered from hypodynamic and fluid-refractory shock after fluid resuscitation. Post-administration of vasoactive drugs, inotropy and afterload increased in most cases.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Royyan Azizi
Abstrak :
Keberadaan perusahaan dalam sebuah industri erat kaitannya dengan kemampuan perusahaan untuk bertahan terhadap shock yang terjadi, terutama pada perusahaan yang memiliki kewajiban kredit. Salah satu shock yang tersebut diantaranya krisis yang terjadi pada periode 2008-2009. Dengan menggunakan metode probability pada data rata-rata dari periode sebelum krisis sampai setelah krisis, penelitian ini membuktikan dengan adanya beban kewajiban kredit yang diproxy dengan rasio pembayaran bunga pinjaman mendorong kelompok perusahaan tertentu untuk bertahan.
The existence of a company in an industry closely related to the ability to withstand the shock that occurs, especially at companies that have credit obligations. One of such shock is the crisis that occurred in the period 2008 2009. By using the probability method on average data from the period before the crisis until after the crisis, this study proves the existence of the credit obligations proxied by the ratio of interest rate loans payment encourage certain group companies to survive.
Depok: Universitas Indonesia, 2015
T49743
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amir Sjarifuddin Madjid
Abstrak :
ABSTRAK Latar belakang Hipoperfusi splanknik tetap terjadi pada pasca-resusitasi renjatan perdarahan. Hipoperfusi splanknik dapat menimbulkan kerusakan mukosa usus, translokasi bakteri usus ke sistemik, dan kemungkinan gagal organ multipel. Tujuan penelitian ini adalah mempelajari pengaruh anestesi epidural torasik (AEV) Iidokain terhadap perubahan perfusi splanknik pasca-resusitasi renjatan perdarahan. Metode dan Bahan Penelitian Suatu penelitian acak tersamar ganda dilakukan pada 16 ekor Macaca nemestrina, terdiri atas kelompok kontrol (n = 8) dan AET (n = 8). Kedua kelompok mendapat ketamin pada tahap persiapan, dan dilakukan pemasangan kateter epidural pada 17-8, selanjutnya diberikan anestesia-umum. Renjatan perdarahan dicapai dengan cara darah dialirkan secara pasif keluar tubuh secara bertahap sehingga tekanan arteri rerata (TAR) 40 mm Hg dan dipertahankan selama 60 menit. Resusitasi dilakukan dengan cara darah dikembalikan disertai pemberian kristaloid. Pasca-resusitasi, kelompok AET mendapatkan lidokain 2% dan kontrol salin melalui kateter epidurai. Pemantauan tekanan parsial CO2 gaster (PQCOQ), selisih tekanan CO2 gaster - arteri [P(g-a)CO2], pH mukosa gaster (pHi), parameter hemodinamik, asam basa dan Iaktat darah dilakukan secara berkala. Kadar norepinefrin dan kortisol diukur pada menit 90, kultur darah, dilakukan pada saat prarenjatan dan menit 180, biopsi usus, hati dan ginjal dilakukan saat prarenjatan, menit 60, 90, dan 270 selama penelitian. Hasil Nilai PgCO; lebih rendah secara bermakna pada kelompok TEA pada menit ke- 90 (11,0 (SD 8,0) vs. 19,0 (8,0) kPa; p=0,038), 150 (9,9 (8,-4) vs. (19,5 (8,6) kPa; p=0,023), dan pada akhir penelitian (270 menit) (10,1 (8,3) vs. 20,7 (10,0) kPa; p=0,041); di mana P(g-a) CO2 lebih rendah pada kelompok TEA pada menit ke-150 dan 270; and pHi lebih rendah pada kelompok TEA pada menit ke-90 and 150. Parameter Iain tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna. Translokasi bakteri ditemukan Iebih sedikit pada kelompok AET dari pada kontrol. Histopatologi duodenum kelompok AEI' lebih sedikit mengalami perburukan dari pada kontrol (p = 0,0456). Kesimpulan Perfusi splanknik kelompok AEl'|id0kBir1 pascz-rresusitasi renjatan perdarahan lebih baik dari pada kontrol.
ABSTRACT Background Splanchnic hypoperfusion still exists despite of successful resuscitation of hemorrhagic shock. Studies have shown that splanchnic hypoperfusion may lead to increased permeability of gastrointestinal mucosa, bacterial translocation, and increased risk of developing multiple organ failure. The aim of this study was to assess the effect of lidocaine thoracic epidural anesthesia (TEA) on splanchnic perfusion in post-resuscitation of hemorrhagic shock. Methods This is a double blind randomized controlled study. Sixteen Macaca nemescrinas were randomly selected into two groups, i.e TEA group (n=8) and control (n=8). Both groups were anesthetized with ketamine during preparation, an epidural catheter was inserted at 17-8, then were given the same anesthesia procedure. Hemorrhagic shock was induced by drawing blood gradually to a mean arterial pressure (MAP) of 40 mm Hg, and maintained for 60 minutes. Animals were then resuscitated by their own blood and crystalloid solution. Post resuscitation, the control group were given salin epidurally and the TEA group Iidocaine 2%. During this study PgCO2, P(g-a)CO2, pHi, hemodynamic parameters, acid-base balance and lactate acid were monitored. Blood norepinephrine and cortisol concentrations were measured at 90 minute, blood sample at preshock and 180 minute were cultured and intestinal, liver, and kidney biopsies were done at preshock, 60 minute, 90 minute, and 270 minute during timeof study. Results Means of PgCO2 were consistently significantly lower in the TEA group compared to control at 90 minute (11.0 (SD 8.0) vs. 19.0 (8.0) kPa; p=0.038), 150 minute (9.9 (8.4) vs. (19.5 (8.6) kPa; p=0.023, and at the end of this study (270 minute) (10.1 (8.3) vs. 20] (10.0) kPa; p=.041); whereas P(g~a)CO, were lower in TEA group at 150 and 270 minute and pHi were lower in TEA group at 90 and 150 minute. Other parameters did not show significant difference between groups. Bacterial translocations were less in TEA group than in control group. Duodenum histopathology deterioration was less in the TEA group than in control (p = 0,0456). Conclusion Splanchnic perfusion in hemorrhagic shock post resuscitation in TEA Iidocaine group as better than in control group.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
D784
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amir Sjarifuddin Madjid
Abstrak :
ABSTRAK Latar belakang Hipoperfusi splanknik tetap terjadi pada pasca-resusitasi renjatan perdarahan. Hipoperfusi splanknik dapat menimbulkan kerusakan mukosa usus, translokasi bakteri usus ke sistemik, dan kemungkinan gagal organ multipel. Tujuan penelitian ini adalah mempelajari pengaruh anestesi epidural torasik (AEV) Iidokain terhadap perubahan perfusi splanknik pasca-resusitasi renjatan perdarahan. Metode dan Bahan Penelitian Suatu penelitian acak tersamar ganda dilakukan pada 16 ekor Macaca nemestrina, terdiri atas kelompok kontrol (n = 8) dan AET (n = 8). Kedua kelompok mendapat ketamin pada tahap persiapan, dan dilakukan pemasangan kateter epidural pada 17-8, selanjutnya diberikan anestesia-umum. Renjatan perdarahan dicapai dengan cara darah dialirkan secara pasif keluar tubuh secara bertahap sehingga tekanan arteri rerata (TAR) 40 mm Hg dan dipertahankan selama 60 menit. Resusitasi dilakukan dengan cara darah dikembalikan disertai pemberian kristaloid. Pasca-resusitasi, kelompok AET mendapatkan lidokain 2% dan kontrol salin melalui kateter epidurai. Pemantauan tekanan parsial CO2 gaster (PQCOQ), selisih tekanan CO2 gaster - arteri [P(g-a)CO2], pH mukosa gaster (pHi), parameter hemodinamik, asam basa dan Iaktat darah dilakukan secara berkala. Kadar norepinefrin dan kortisol diukur pada menit 90, kultur darah, dilakukan pada saat prarenjatan dan menit 180, biopsi usus, hati dan ginjal dilakukan saat prarenjatan, menit 60, 90, dan 270 selama penelitian. Hasil Nilai PgCO; lebih rendah secara bermakna pada kelompok TEA pada menit ke- 90 (11,0 (SD 8,0) vs. 19,0 (8,0) kPa; p=0,038), 150 (9,9 (8,-4) vs. (19,5 (8,6) kPa; p=0,023), dan pada akhir penelitian (270 menit) (10,1 (8,3) vs. 20,7 (10,0) kPa; p=0,041); di mana P(g-a) CO2 lebih rendah pada kelompok TEA pada menit ke-150 dan 270; and pHi lebih rendah pada kelompok TEA pada menit ke-90 and 150. Parameter Iain tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna. Translokasi bakteri ditemukan Iebih sedikit pada kelompok AET dari pada kontrol. Histopatologi duodenum kelompok AEI' lebih sedikit mengalami perburukan dari pada kontrol (p = 0,0456). Kesimpulan Perfusi splanknik kelompok AEl'|id0kBir1 pascz-rresusitasi renjatan perdarahan lebih baik dari pada kontrol.
ABSTRACT Background Splanchnic hypoperfusion still exists despite of successful resuscitation of hemorrhagic shock. Studies have shown that splanchnic hypoperfusion may lead to increased permeability of gastrointestinal mucosa, bacterial translocation, and increased risk of developing multiple organ failure. The aim of this study was to assess the effect of lidocaine thoracic epidural anesthesia (TEA) on splanchnic perfusion in post-resuscitation of hemorrhagic shock. Methods This is a double blind randomized controlled study. Sixteen Macaca nemescrinas were randomly selected into two groups, i.e TEA group (n=8) and control (n=8). Both groups were anesthetized with ketamine during preparation, an epidural catheter was inserted at 17-8, then were given the same anesthesia procedure. Hemorrhagic shock was induced by drawing blood gradually to a mean arterial pressure (MAP) of 40 mm Hg, and maintained for 60 minutes. Animals were then resuscitated by their own blood and crystalloid solution. Post resuscitation, the control group were given salin epidurally and the TEA group Iidocaine 2%. During this study PgCO2, P(g-a)CO2, pHi, hemodynamic parameters, acid-base balance and lactate acid were monitored. Blood norepinephrine and cortisol concentrations were measured at 90 minute, blood sample at preshock and 180 minute were cultured and intestinal, liver, and kidney biopsies were done at preshock, 60 minute, 90 minute, and 270 minute during timeof study. Results Means of PgCO2 were consistently significantly lower in the TEA group compared to control at 90 minute (11.0 (SD 8.0) vs. 19.0 (8.0) kPa; p=0.038), 150 minute (9.9 (8.4) vs. (19.5 (8.6) kPa; p=0.023, and at the end of this study (270 minute) (10.1 (8.3) vs. 20] (10.0) kPa; p=.041); whereas P(g~a)CO, were lower in TEA group at 150 and 270 minute and pHi were lower in TEA group at 90 and 150 minute. Other parameters did not show significant difference between groups. Bacterial translocations were less in TEA group than in control group. Duodenum histopathology deterioration was less in the TEA group than in control (p = 0,0456). Conclusion Splanchnic perfusion in hemorrhagic shock post resuscitation in TEA Iidocaine group as better than in control group.
2006
D844
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7   >>