Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Arya Wicaksana Ospara
"Silicon Carbide (SiC), juga dikenal sebagai carborundum merupakan komposisi kimia dari silikon dan karbon dengan formulasi kimianya adalah SiC. Terdapat di alam pada mineral langka mossanite. Butiran dari silikon karbida dapat mengikat dengan baik mengunakan metode sintering untuk menghasilkan keramik yang sangat keras, yang digunakan secara luas untuk penggunaan yang memerlukan tingkat ketahanan yang tinggi. Dalam penelitian tugas akhir ini, paduan SnPbSiC dibuat dengan menggunakan metode peleburan yang dilakukan pada udara terbuka. Variasi sampel paduan yang dibuat dengan persen berat SiC sebesar 4.26%, 7.41% dan 10.40%.
Dari hasil karakterisasi XRD menunjukkan pengaruh penambahan SiC terhadap parameter kisi dan crystallite size dari SnPb. Karakterisasi termal dari semua variasi paduan SnPbSiC yang didapatkan menggunakan DSC menunjukkan penurunan dan kenaikan titik lebur paduan SnPb akibat penambahan SiC. SiC dengan Persen berat 10.40% membuat titik leleh menjadi turun dan untuk SiC dengan persen berat 4.26% dan 7.41% membuat titik leleh naik. Pengaruh penambahan SiC juga terlihat pada sifat kekerasan dari semua variasi paduan SnPbSiC dengan menggunakan vickers hardness test yaitu kekerasan paduan meningkat seiring SiC yang bertambah pada paduan SnPb.

Silicon Carbide (SiC), also known as carborundum is chemical composition of silicon and carbon with the chemical formulation is SiC. There is a rare mineral in nature on mossanite. Grains of silicon carbide can bind well to the sintering method, produces a very hard ceramic, which is widely used for the use of which requires a high level of resilience. In this thesis, SnPbSiC alloys made using fusion methods are conducted in open air. Variation of alloy samples made with SiC weight percent for 4.26%, 7:41% and 10:40%.
From XRD characterization results showed the effect of adding SiC to The lattice parameters and crystallite size of SnPb. Thermal Characterization of all variations SnPbSiC alloys obtained using the DSC showed decrease and increase the melting point of SnPb alloys due to the addition of SiC. SiC Percent of 10.40% by weight makes the melting point to decrease and for Weight percent SiC with 4.26% and 7.41% resulted in increased melting point . Ussing Vickers Hardness test, Effect of addition of SiC also looks at the properties of hardness of all SnPbSiC alloy variation increases the hardness of SiC increases in SnPb alloys."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
S29382
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rifqi Aditya Rehanda
"Seiring dengan perkembangan teknologi permintaan akan alat elektronik juga meningkat yang mengakibatkan banyaknya limbah elektronik. Hal tersebut mendorong penelitian ini dilakukan untuk memanfaatkan limbah elektronik terutama PCB karena memiliki partikel non logam yaitu Si dan SiC yang bermanfaat untuk meningkatkan konduktivitas termal dari media pendinginan. Penelitian ini akan membahas mengenai pengaruh parameter ball to powder ratio dan waktu terhadap pertumbuhan fasa SiC dan ukuran partikel PCB, sebagai kandidat mikrofluida untuk media quench. Penelitian ini dimulai dengan penghancuran PCB, kemudian leaching dengan HCl 1M selama 24 jam, setelah itu dilakukan pirolisis menggunakan argon dengan temperatur 500 oC selama 30 menit. Setelah itu partikel PCB akan dimasukkan ke planetary ball mill dengan variabel ball to powder ratio 1:10 ; 1:30 ; dan 1:50 dengan waktu 10 jam dan 20 jam. Proses milling dilakukan dalam keadaan kering (dry milling) menggunakan bola baja. Hasil milling kemudian akan dikarakterisasi dengan XRF, XRD, dan PSA. Didapatkan hasil dari XRF bahwa kandungan senyawa terbanyak adalah SiO2, dari hasil XRD bahwa pertumbuhan fasa SiC paling signifikan terjadi pada parameter 1:50 dengan waktu milling 20 jam serta hasil dari PSA didapatkan ukuran terkecil sebesar 627,6 d.nm dengan polydispersity index 0,047 pada variabel 1:10 dengan waktu 20 jam.

Along with the development of technology, the demand for electronic devices also increases which results in a lot of electronic waste. This encourages this research to be carried out to utilize electronic waste, especially PCBs because they have non-metal particles, namely Si and SiC, which are useful for increasing the thermal conductivity of the cooling media. This research will discuss the effect of ball to powder ratio parameters and time on the growth of SiC phase and PCB particle size, as a microfluidic candidate for quench media. This research begins with PCB crushing, then leaching with 1M HCl for 24 hours, after which pyrolysis is carried out using argon at 500 oC for 30 minutes. After that, PCB particles will be put into planetary ball mill with variable ball to powder ratio of 1:10; 1:30; and 1:50 with time of 10 hours and 20 hours. The milling process is carried out in a dry state (dry milling) using bola bajaballs. The milling results will then be characterized by XRF, XRD, and PSA. The results of XRF showed that the most compound content was SiO2, from the XRD results that the most significant SiC phase growth occurred in the 1:50 parameter with a milling time of 20 hours and the results of PSA obtained the smallest size of 627.6 d.nm with a polydispersity index of 0.047 in the 1:10 variable with a time of 20 hours."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Masripah
"Kebutuhan akan semikonduktor pada perangkat listrik yang memiliki ketahanan yang baik dikondisi lingkungan ekstrim membuat silikon karbida SiC menjadi pilihan yang sangat menjanjikan. SiC dapat diaplikasikan untuk daya tinggi, frekuensi tinggi, dan suhu tinggi. SiC memiliki sifat semikonduktor intrinsik dengan banyak kelebihan dibandingkan semikonduktor silikon. SiC merupakan bahan dengan konduktivitas panas yang tinggi serta memiliki sifat yang stabil terhadap mekanik dan kimia serta tahan terhadap radiasi.
Dalam penelitian ini telah dilakukan sintesis serat SiC dengan prekursor polimer polycarbosilane PCS menggunakan metode elektrospinning dengan pelarut N,N-dimetilformamida DMF dan toluena. Metode elektrospinning ini sangat baik untuk membuat serat dengan diameter yang terkontrol dan kurang dari 10 m. Tegangan pada proses elektrospinning divariasikan untuk mengetahui pengaruhnya terhadap diameter serat yang dihasilkan serta dilakukan pula variasi suhu pada proses pirolisis untuk mengetahui proses degradasi kimia pada saat pembentukan serat SiC dari serat PCS. Serat SiC yang diperoleh kemudian dikarakterisasi dan diuji sifat kelistrikannya.
Hasil karakterisasi menunjukkan serat SiC telah berhasil disintesis dengan metode elektrospinning yang kemudian melalui tahapan proses curing dan pirolisis. Morfologi serat yang dihasilkan yaitu berbentuk pipa dan memiliki keseragaman yang baik. Semakin meningkatnya tegangan selama proses elektrospinning serta dengan bertambahnya suhu pirolisis memberikan diameter serat yang lebih kecil dengan diamater rerata sebesar 4,3 m . Sifat kelistrikan serat SiC hasil sintesis memiliki band gap 2,56 eV dan area nilai konduktivitas listriknya adalah dari 8 10-6 hingga 7 10-6 S/cm.

The need for semiconductors in electrical devices that have good resistance in extreme environment conditions make silicon carbide SiC very promising choice. SiC can be applied for high power, high frequency, and high temperature. SiC has intrinsic semiconductor properties with many advantages over silicon semiconductors. SiC is a material with high thermal conductivity and has properties that are mechanically and chemically stable and resistant to radiation.
In this research, SiC fiber synthesis with polycarbosilane polymer precursor PCS has been done using electrospinning method with N, N dimethylformamide DMF and toluenae solvent. This electrospinning method is very good for making fibers with controlled diameters and less than 10 m. The voltage on the electrospinning process is varied to determine the effect on the fiber diameter produced and also the temperature variation in the pyrolysis process to determine the chemical degradation process at the time of fiber SiC formation of PCS fibers. SiC fibers obtained are then characterized and tested for their electrical properties. The characterization results show that SiC fibers have been successfully synthesized by electrospinning method which then through the curing process and pyrolysis stage.
The resulting fiber morphology is pipe shaped and has good uniformity. The increasing stresses during the electrospinning process and with increasing pyrolysis temperature give the fiber diameter smaller with the average diameter of 4.3 m. The synthetic nature of SiC fibers has a band gap of 2.56 eV and the electrical conductivity value is from 8 10 6 to 7 10 6 S cm.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
T50684
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Brevy Vicario Pradana
"Sebuah penelitian dilakukan untuk menyelidiki efek dari jumlah lapisan Kevlar dan pengaruh penambahan silikon nano-filler Carbide ke laminasi komposit hibrida yang terdiri dari Kevlar 29, Al2024-T3 dan perekat pada resistensi balistik dan dampak kecepatan rendah. Pengisi nano dicampur dengan (PEG-400) Polyethylene Glycol untuk diimpregnasi menjadi serat Kevlar 29 dan dikeringkan. Diameter perforasi yang disebabkan oleh tes balistik pada laminasi komposit hibrida dengan pengisi nano kemudian dibandingkan dengan struktur komposit tanpa impregnasi pengisi. Variasi tambahan dalam jumlah lapisan 10, 20 dan 30 Kevlar juga dibandingkan. Pengujian ketahanan balistik pada komposit laminasi hibrida dilakukan dengan menggunakan pistol kaliber 9 x 19 mm pada jarak 10 m. Tes dampak kecepatan rendah yang dilakukan untuk percobaan ini adalah pada 300 pengaturan joule. Kedalaman penetrasi dan perforasi yang dihasilkan dipelajari untuk menentukan kinerja balistik yang dihasilkan dari penambahan pengisi nano dan penambahan lapisan. Penambahan nano-filler dan jumlah lapisan Kevlar dari penelitian menunjukkan bahwa ada hasil yang berbeda dalam kinerja balistik dan dampak kecepatan rendah dari laminasi komposit hibrida.

A study was conducted to investigate the effect of the number of Kevlar layers and the effect of adding Silicon Carbide nano-filler to hybrid composite laminates composed of Kevlar 29, Al2024-T3 and adhesives on ballistic resistance and low velocity impact. The nano-filler was mixed with (PEG-400) Polyethylene Glycol to be impregnated into Kevlar 29 fiber and dried. The diameter of the perforation caused by ballistic tests on hybrid composite laminates with nano fillers was then compared with composite structures without filler impregnation. Additional variations in the number of layers of 10, 20 and 30 Kevlar was also compared. Ballistic endurance testing on hybrid laminate composites was carried out using a 9 x 19 mm caliber pistol at a distance of 10 m. The low velocity impact test that is conducted for this experiment is at 300 joule settings. The depth of penetration and the resulting perforation was studied to determine the ballistic performance resulting from the addition of nano-filler and the addition of layers. The addition of nano-filler and the number of Kevlar layers from the study showed that there was a different results in ballistic performance and low velocity impact of the hybrid composite laminates."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Risya Cahya Fadhila
"Pengembangan sistem pertahanan nasional harus terus dilakukan dalam upaya meningkatkan kemampuan dan meningkatkan harga diri bangsa. Saat ini, Indonesia memiliki beberapa Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang mampu mendukung industri pertahanan, diantaranya yaitu PT. Krakatau Steel sebagai produsen baja dan PT. Pindad sebagai pemasok kendaraan tempur dan perlengkapannya. Akan tetapi, apabila baja dengan massa jenis 7,85 g/cm³ digunakan sebagai panel material armor, maka akan menyebabkan kendaraan tempur memiliki massa yang besar. Massa kendaraan tempur tersebut akan semakin besar seiring dilengkapi persenjataan didalamnya. Oleh karena itu, penulis menilai perlu dilakukannya penelitian dan pengembangan lebih lanjut untuk menurunkan densitas pada bahan baku material armor serta meningkatkan ketahanan balistik. Hal ini sangat diperlukan untuk meningkatkan performa kendaraan menjadi lincah dan efisien tahan terhadap balistik. Untuk menyelesaikan permasalahan tersebut, dapat dilakukan dengan cara mengganti material dasar baja dengan material lain. Material armor yang dikembangkan pada penelitian ini terbuat dari komposit laminat hibrid dengan matrik berupa lembaran Aluminium 7075 dan penguat berupa serat kevlar yang diimpregnasi oleh nano Aluminium oksida serta Silikon karbida. Struktur material dikonfigurasikan sedemikian rupa, sehingga memungkinkan untuk mendapatkan properti yang unggul dan memenuhi persyaratan yang ditargetkan.

The development of the national defense system must continue to be carried out to increase capabilities and increase the nation's self-esteem. Currently, Indonesia has several State-Owned Enterprises (BUMN) capable of supporting the defense industry, including PT. Krakatau Steel as a steel producer and PT. Pindad as a supplier of combat vehicles and equipment. However, if steel with a density of 7.85 g/cm3 is used as an armor material panel, it will cause the combat vehicle to have a large mass. the mass of the combat vehicle will be even greater as it is equipped with weapons in it. Therefore, the authors consider the need for further research and development to reduce the density of the armor material and increase ballistic resistance. This is very necessary to improve vehicle performance to be agile and efficient, resistant to ballistics. To solve these problems, it can be done by replacing the basic steel material with other materials. The armor material developed in this study is made of a hybrid laminate composite with a matrix of 7075 Aluminum sheets and reinforcement in the form of Kevlar fiber impregnated by nano Aluminum oxide and Silicon carbide. The structure of the material is configured in such a way that it is possible to obtain superior properties and meet the targeted requirements."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Girsha Cahya Maharani
"Material yang diaplikasikan untuk kendaraan tempur dibutuhkan suatu inovasi seiring majunya perkembangan dunia militer. Inovasi material yang digunakan pada penelitian ini ialah komposit laminat hybrid. Bahan utama yang digunakan dalam proses pembuatan komposit yaitu lembaran Aluminium 7075, Kevlar 29, nano SiC, dan resin epoksi. Komposit laminat ini akan dilapisi oleh larutan STF yang terbuat dari campuran nano SiC, PEG-400, dan Ethanol. Filler nano SiC dicampur dengan PEG-400 (Polyethylene Glycol – 400), kemudian ditambahkan Ethanol sehingga menjadi larutan STF (Shear Thickening Fluid) yang digunakan untuk mengimpregnasi kevlar. Impregnasi dilakukan dengan metode hand lay-up. Kevlar yang telah diimpregnasi akan dibandingkan dengan kevlar tanpa impregnasi. Variasi jumlah lapisan kevlar yang digunakan yaitu sebanyak 8, 16, dan 24 lapis. Hasil penetilian ini menunjukkan analisa ketahanan balistik dan impak dari komposit terimpregnasi dan tanpa terimpregnasi. Selain itu, dapat diketahui juga diameter perforasi, kedalaman penetrasi, dan konfigurasi dari masing-masing komposit.

Materials that are applied to combat vehicles require an innovation as the development of the military world advances. The material innovation used in this research is a hybrid laminate composite. The main materials used in the composite manufacturing process are Aluminum 7075 sheet, Kevlar 29, nano SiC, and epoxy resin. This laminated composite will be coated by an STF solution made from a mixture of nano SiC, PEG400, and Ethanol. SiC nano filler is mixed with PEG-400 (Polyethylene Glycol – 400), then Ethanol is added to make it a STF (Shear Thickening Fluid) solution which is used to impregnate Kevlar. Impregnation is done by hand lay-up method. Kevlar that has been impregnated will be compared with Kevlar without impregnation. Variations in the number of layers of kevlar used are 8, 16, and 24 layers. The results of this study show the analysis of ballistic and impact resistance of impregnated and unimpregnated composites. In addition, the diameter of the perforation, the depth of penetration, and the configuration of each composite can also be known."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library