Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Eka Setiawan Ananta Putera
Abstrak :
Gula darah puasa yang tidak normal merupakan suatu masalah yang serius dan dapat berujung ke penyakit Diabetes Mellitus. Penyakit ini sering ditemukan di Indonesia dan masih dibutuhkan sebuah metode untuk menilai risiko seseorang terkena Diabetes Mellitus yang cepat akurat dan mudah untuk dilakukan sehingga peneliti ingin mencari tahu apakah pengukuran persentase lemak tubuh menggunakan skinfold method memiliki hubungan dengan gula darah puasa. Pengambilan data berlangsung dari periode Juli 2018 hingga Agustus 2018. Kriteria inklusi mencakup responden-responden berumur 19-50 tahun yang secara sukarela mengikuti penelitian ini dan berasal dari sekitar Jakarta. Kriteria eksklusi mencakup perempuan yang sedang hamil, menyusui, dan menstruasi serta seluruh subjek yang sedang sakit atau sedang meminum obat rutin. Dari kriteria tersebut, didapatkan responden total dimana 126 orang dianalisis dari jumlah total sebanyak 277 orang. Sisa 151 responden tidak dianalisis karena tidak memiliki data lengkap untuk skinfold, gula darah puasa, dan asupan nutrisi. Hasil analisis ditemukan bahwa persentase lemak tubuh yang diukur berkorelasi positif secara tidak signifikan dan lemah p=0,064, r=0,165. Setelah dianalisis lebih lanjut dan dilakukan penyesuaian terhadap usia, asupan karbohidrat dan kalori, serta jenis kelamin, ditemukan bahwa persentase lemak tubuh berhubungan secara signifikan sebesar 9,7 % terhadap gula darah puasa p=0,005, Adjusted b=0,542, 95 % CI=-0,167-0,917. Bila disimpulkan, terdapat hubungan yang bermakna antara persentase lemak tubuh dengan gula darah puasa namun diperlukan penelitian lanjut menggunakan ukuran sampel yang lebih besar sebelum dapat digunakan secara luas sebagai metode skrining gula darah puasa tidak normal. ...... Abnormal fasting blood glucose is one of the serious medical problems faced upon us that can lead to Diabetes Mellitus. This disease could be found commonly in Indonesia and it is still needed a fast, accurate, and easy to use method of to find the risk of someone having diabetes mellitus hence the author wanted to know whether measuring body fat percentage using skinfold thickness as a screening method is viable for predicting fasting blood glucose. Data is gathered starting from July 2018 until August 2018. Inclusion criterias are defined as volunteers with age ranged from 19-50 years old and are from Jakarta which mostly came from East Jakarta. Exclusion criteria includes women that are having their period, pregnant, or breastfeeding. Volunteers that are sick or taking routine medications are also excluded. The results were 126 people that are accepted for data analysis out of a total of 277 people. The rest of the volunteers were not analysed since they didnt account for the inclusion and exclusion criteria and some of them also didnt have data for either skinfold, fasting blood sugar, nor nutritional intake. Results shows that a borderly significant positive correlation is present between body fat percentage and fasting blood glucose p=0.064, r=0.165. Further analysis and adjustments show that body fat percentage affects fasting blood glucose by 9.7 % when confounding variables were not accounted p=0.005, Adjusted b=0.542, 95 % CI=-0.167-0.917. Hence, it is found that an increase in body fat percentage may increase an amount of fasting blood glucose after adjustment for calorie and carbohydrate intake. Despite this result, a study with a larger sample size must be done before body fat percentage can be used as a comparative scale against fasting blood glucose.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nayla Kinanti Putri Wisnu
Abstrak :
Perubahan komposisi tubuh sering digunakan untuk menilai pengaruh pola makan pada tubuh. Pola makan yang tidak sehat secara langsung mempengaruhi kerentanan terhadap obesitas dan dengan demikian, terkena noncommunicable diseases (NCD) nantinya. Namun, masih belum diketahui apakah kualitas diet seperti Alternating Healthy Eating Index for pregnancy (AHEIP) dapat dikaitkan dengan kondisi tersebut pada wanita postpartum. Penelitian ini menyelidiki kualitas diet wanita postpartum di Jakarta dan menganalisis hubungannya dengan persentase lemak tubuh. Studi ini menggunakan data sekunder dari ‘BRAVE’ project oleh HNRC-IMERI FKUI yang melakukan studi cross-sectional pada populasi di Jakarta. Penelitian ini melibatkan 132 wanita yang sedang dalam periode 6 bulan setelah persalinan. Kualitas diet dinilai melalui pengumpulan kuesioner 24-hour food recall dan diikuti oleh kalkulasi skor AHEI-P. Sedangkan persentase lemak tubuh dihitung dengan rumus termodifikasi yang menggunakan hasil pengukuran ketebalan lipatan kulit subscapular, trisep, bisep, serta tinggi tubuh, dan lengkar lingan. Hubungan antara skor AHEI-P dan persentase lemak tubuh kami tentukan dengan melakukan analisis regresi linear berganda yang disesuaikan dengan faktor perancu. Skor AHEI-P dari 78% total subjek adalah <45, menunjukkan kualitas diet yang buruk. Sedangkan median dari persentase lemak tubuh adalah 31.3, dengan 90,2% dari total subjek memiliki persentase lemak tubuh yang normal. Melalui regresi linear berganda, tidak ditemukan adanya hubungan bermakna antara kedua variabel. Faktor perancu yang menunjukkan adanya hubungan signifikan dengan skor AHEI-P adalah BMI sebelum hamil (adj. β = 0.067; 95% CI = -0.081 – 0.216; p = 0.371). Kesimpulannya, penelitian ini mengungkapkan bahwa populasi subjek penelitian memiliki kualitas diet buruk dan persentase lemak tubuh yang sebagian besar normal. Selain itu, tidak ditemukan adanya hubungan antara kualitas diet dan persentase lemak tubuh. Temuan ini menekankan betapa pentingnya penerapan intervensi untuk pola. ......Changes in body composition have often been used to assess the effects of diet. An unhealthy diet directly affects the likelihood of developing obesity and thus, acquiring noncommunicable diseases (NCDs). However, it remains unclear whether dietary quality such as Alternating Healthy Eating Index for pregnancy (AHEI-P) is associated with such conditions in postpartum women. We investigated the dietary quality of postpartum women in Jakarta and analysed how it associates with their body fat percentage. A cross-sectional study was done in Jakarta using secondary data from the ‘BRAVE’ project by HNRC-IMERI FKUI. This study included 132 women who were six months postpartum. Dietary quality was assessed through the collection of 24-hour food recall questionnaires and subsequent AHEI-P scoring. Meanwhile, skinfold thickness taken from the biceps, triceps, and subscapular area, along with body height and arm circumference was measured to calculate body fat percentage using a modified formula. Multiple linear regression analysis was performed to determine the association between AHEIP score and body fat percentage, adjusting for potential confounders. The AHEI-P scores of 78% of women were <45, indicating a poor-quality diet, while the median for body fat percentage was 31.3 with 90.2% of subjects having normal adiposity. Results from adjusted multiple linear regression showed an association between AHEI-P with pre-pregnancy BMI (adj. β = 0.067; 95% CI = -0.081 – 0.216; p = 0.371), but no association between AHEI-P with body fat percentage. In conclusion, dietary quality is poor and their body fat percentage is mostly normal, with no association found between AHEI-P score and body fat percentage. These findings underline how crucial it is for interventions for healthy eating to be implemented in order to improve postpartum women's dietary quality and thus lower their risk of developing NCDs later in life. However, further study is needed to confirm these results.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library