Search Result  ::  Save as CSV :: Back

Search Result

Found 2 Document(s) match with the query
cover
Mia Astridivia
"Selama beberapa tahun terakhir, jumlah penderita hipertensi di Indonesia telah meningkat pesat. Penelitian sebelumnya telah menunjukan bahwa OSA secara independen merupakan faktor risiko penting dalam perkembangan hipertensi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan OSA dan tekanan darah pada penderita hipertensi. Desain penelitian ini adalahdeskriptif korelasi dengan pendekatan potong-lintang pada 96 pasien hipertensi di salah satu Puskesmas Kota Depok, yang direkrut dengan consecutive sampling. OSA diidentifikasi dengan menggunakan kuesioner Berlin, tekanan darah dengan menggunakan aneroid spigmomanometer serta pengukuran antropometri menggunakan timbangan berat badan dan stature meter.
Penelitian ini menunjukan bahwa 57,3% responden berisiko tinggi OSA. Hasil analisis dengan menggunakan uji Mann-Whitney menunjukan bahwa OSA berhubungan dengan tekanan darah sistolik (p= 0,028; 95%CI= 0,000-0,066), tetapi tidak berhubungan dengan tekanan darah diastolik (p= 0,231; 95%CI= 0,229-0,416). Studi ini membuktikan bahwa OSA berkaitan dengan peningkatan morbiditas hipertensi karena dampaknya terhadap peningkatan tekanan darah. Pengkajian terhadap OSA dalam pelayanan kesehatan perlu dilakukan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien terutama pada penderita hipertensi.

Over the past few years, the number of patient of hypertension in Indonesia have increased rapidly. Previous studies have investigated that the OSA independently is important risk factor of hypertension. The objective of this study was to know the relation of OSA to blood pressure on hypertensive patients. This study design was descriptive correlation with cross-sectional approach on 96 hypertensive patients at one of the community health center in Depok city, who were selected with consecutive sampling technique. The OSA was assessed by using the Berlin questionnaire, blood pressure was assessed by aneroid sphygmomanometer, and anthropometric measurements was assessed by weight scale and stature meter.
This study showed that 57,3% subjects had the high risk for OSA. The result of analysis by using the Mann-Whitney test showed that OSA related to systolic blood pressure (p= 0.028; CI95%= 0.000;0.066) but was not related to diastolic blood pressure (p= 0.231; CI95%=0.229-0.416). This study showed that OSA related to increasing morbidity of hypertension because its effect on elevated blood pressure.The assessment of OSA needs to be implemented in providing health care, in order to increase the quality of life for patients especially on hypertensive patients.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2016
S65016
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Madeleine Ramdhani Jasin
"Latar belakang: Indonesia merupakan negara dengan prevalens talasemia yang tinggi. Kelainan kraniofasial pada anak talasemia dapat menyebabkan berkurangnya diameter lumen saluran pernapasan atas yang dapat menyebabkan gangguan pernapasan saat tidur, terutama obstructive sleep apnea syndrome (OSAS). Hingga saat ini belum ada penelitian di Indonesia yang mencari prevalens OSAS pada anak talasemia, serta faktor-faktor yang berhubungan.
Metode: Penelitian dengan desain potong lintang dilakukan pada anak talasemia berusia 2-18 tahun yang mendapat transfusi rutin di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo. Subjek menjalani penapisan dengan PSQ Bahasa Melayu, kemudian subjek yang tertapis akan menjalani polisomnografi, pemeriksaan X-ray Schaedel untuk mengetahui hipertrofi adenoid dan maloklusi tipe II, dan pemeriksaan kadar CRP. Kekerapan transfusi dalam 1 bulan, hipertrofi tonsil, hipertrofi adenoid, maloklusi tipe II, kadar hemoglobin, kadar feritin, dan kadar CRP merupakan faktor yang akan dinilai apakah berhubungan dengan OSAS pada anak talasemia.
Hasil penelitian: Sebanyak 189 orang anak talasemia berpartisipasi dalam penelitian ini. Prevalens estimasi OSAS pada anak talasemia adalah 5,8%, sementara prevalens habitual snoring adalah 11%. Rerata usia subjek dengan OSAS adalah 10.5 (SB 4) tahun, rasio lelaki:perempuan 1,1:1, mayoritas gizi baik, dan perawakan normal. Subjek dengan OSAS secara bermakna memiliki kadar hemoglobin lebih tinggi dibandingkan dengan subjek tidak OSAS (9,2 g/dL vs. 8,7 g/dL (P = 0,032)). Kadar hemoglobin lebih tinggi pada kelompok OSAS disebabkan oleh transfusi yang lebih sering dilakukan oleh subjek dengan OSAS untuk mencapai nilai hemoglobin sesuai batas transfusi. Tidak ada perbedaan bermakna dalam hal kekerapan transfusi dalam 1 bulan, hipetrofi tonsil, hipertrofi adenoid, maloklusi tipe II, kadar feritin, dan kadar CRP antara subjek OSAS dan tidak OSAS.
Simpulan: Prevalens estimasi OSAS pada anak talasemia adalah 5,8%. Kadar hemoglobin lebih tinggi ditemukan pada anak talasemia dengan OSAS, dapat disebabkan karena lebih kerapnya transfusi.

Background: Indonesia has a high prevalence of thalassemia. Craniofacial abnormality in thalassemia patients may result in decreasing diameter of upper respiratory tract which can lead to sleep breathing disorder, particularly obstructive sleep apnea syndrome (OSAS). There is still no study to reveal prevalence of OSAS thalassemia children and its associating factors in Indonesia.
Methods: A cross sectional study was performed in thalassemia children age 2-18 years old who regularly scheduled to have blood transfusion at Cipto Mangunkusumo Hospital. Initially, subjects were screened with Malay PSQ. Then for those who passed the screening, they would undergo polysomnography, Schaedel X-ray, and examination for CRP level. Associated factors to be analyzed were frequency of blood transfusion in 1 month, tonsillar hypertrophy, adenoid hypertrophy, malocclusion type II, hemoglobin level, ferritin, and CRP.
Results: A total 189 thalassemia subjects participated in this study. Estimated prevalence for OSAS in children was 5.8%, whilst prevalence for habitual snoring was 11%. Mean age for subjects with OSAS was 10.5 (SD 4) years old, male to female ratio 1.1:1, majority had good nutritional status and normal height. Subject with OSAS significantly had higher hemoglobin level compared to non-OSAS (9.2 g/dL vs. 8.7 g/dL (P = 0,032)). No significant difference of frequency of blood transfusion in 1 month, tonsillar hypertrophy, adenoid hypertrophy, malocclusion type II, ferritin, and CRP between subject with OSAS and non-OSAS.
Conclusion: Estimated prevalence of OSAS in thalassemia children is 5.8%. Hemoglobin level is higher in thalassemia children with OSAS, due to more frequent transfusion.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library