Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 14 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sulistiawati
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2007
T19301
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratri Virianita
Abstrak :
[ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk pertama, menyusun tipologi petani berdasarkan konsistensi antara sikap dan tingkahlaku bertani berkelanjutan; kedua, menganalisis konsistensi antara sikap dan tingkahlaku bertani berkelanjutan pada petani; ketiga, menganalisis peran perspektif waktu masa depan, aksesibilitas sumberdaya dan sosio-demografis, yaitu usia, pendidikan non formal, pendapatan usahatani dan luas lahan pertanian, sebagai moderator dalam meningkatkan konsistensi antara sikap dan tingkahlaku bertani berkelanjutan; dan keempat, menganalisis peran identitas sosial sebagai mediator yang meningkatkan konsistensi antara sikap dan tingkahlaku bertani berkelanjutan. Untuk memenuhi tujuan tersebut, penelitian ini menggunakan metode survai dengan alat pengumpulan data berupa kuesioner pada 160 petani padi sawah di Desa Mangunsari, Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang rendah, tetapi positif antara sikap dan tingkahlaku bertani berkelanjutan. Berdasarkan konsistensi antara sikap dan tingkahlaku bertani berkelanjutan, petani dapat digolongkan dalam empat tipe. Yaitu, a) Petani Konsisten Positif, petani yang bersikap dan bertingkahlaku bertani berkelanjutan secara positif; b) Petani Inkosisten Negatif, petani yang bersikap positif, tetapi bertingkahlaku bertani berkelanjutan secara negatif; c) Petani Inkonsisten Positif, petani yang bersikap negatif, tetapi bertingkahlaku bertani berkelanjutan secara positif; dan d) Petani Konsisten Negatif, petani yang bersikap dan bertingkahlaku bertani berkelanjutan secara negatif. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa: 1) perspektif waktu masa depan, aksesibilitas sumberdaya, pendidikan non formal dan luas lahan pertanian berperan sebagai moderator yang meningkatkan konsistensi antara sikap dan tingkahlaku bertani berkelanjutan, dan 2) identitas sosial berperan sebagai mediator yang meningkatkan konsistensi antara sikap dan tingkahlaku bertani berkelanjutan. Selain itu, penelitian ini menemukan bahwa identitas sosial yang didukung oleh perspektif waktu masa depan dan aksesibilitas sumberdaya, berperan sebagai mediator dalam meningkatkan konsistensi antara sikap dan tingkahlaku bertani berkelanjutan.;
ABSTRACT
The objective of this study is: 1) to compile farmers’ typology based on their attitude-behavior consistency in sustainable agricultural behavior, 2), to analyze farmers’ attitude-behavior consistency in sustainable agricultural behavior, 3) to analyze the role of future time perspective, resources accessibility and socio-demographic factors, such as age, non formal education, farm income and land scale, as moderators on attitude-behavior consistency in sustainable agricultural behavior, and 4) to analyze the role of social identity as mediator on attitude-behavior consistency in sustainable agricultural behavior. A survey methodology was conducted to achieve these objectives by collecting data using questionnaire. About 160 farmers in Magelang Regency responded to a package of questionnaire investigating socio-demografic variables, sustainable agricultural attitude and behavior, future time perspective, resources accessibility and social identity. Results indicated low, but positive correlation between attitude and sustainable agricultural behavior. Based on the attitude-behavior consistency in sustainable agricultural behavior, farmers can be classified into four types. That is, a) Positive Consistent Farmers (positive attitude and behavior); b) Negative Inconsistent Farmers (positive attitude, but negative behavior); c) Positive Inconsistent Farmers (negative attitude, but positive behavior); and d) Negative Consistent Farmers (negative attitude and behavior). Results also revealed that future time perspective, resources accessibility, non formal education and land scale have a moderation effect on attitude-behavior consistency in sustainable agricultural behavor. Also, social identity has a mediation effect on attitude-behavior consistency in sustainable agricultural behavor. It was also revealed that moderat-ed mediation approach can strengthen attitude-behavior consistency in sustainable agricultural behavior., The objective of this study is: 1) to compile farmers’ typology based on their attitude-behavior consistency in sustainable agricultural behavior, 2), to analyze farmers’ attitude-behavior consistency in sustainable agricultural behavior, 3) to analyze the role of future time perspective, resources accessibility and socio-demographic factors, such as age, non formal education, farm income and land scale, as moderators on attitude-behavior consistency in sustainable agricultural behavior, and 4) to analyze the role of social identity as mediator on attitude-behavior consistency in sustainable agricultural behavior. A survey methodology was conducted to achieve these objectives by collecting data using questionnaire. About 160 farmers in Magelang Regency responded to a package of questionnaire investigating socio-demografic variables, sustainable agricultural attitude and behavior, future time perspective, resources accessibility and social identity. Results indicated low, but positive correlation between attitude and sustainable agricultural behavior. Based on the attitude-behavior consistency in sustainable agricultural behavior, farmers can be classified into four types. That is, a) Positive Consistent Farmers (positive attitude and behavior); b) Negative Inconsistent Farmers (positive attitude, but negative behavior); c) Positive Inconsistent Farmers (negative attitude, but positive behavior); and d) Negative Consistent Farmers (negative attitude and behavior). Results also revealed that future time perspective, resources accessibility, non formal education and land scale have a moderation effect on attitude-behavior consistency in sustainable agricultural behavor. Also, social identity has a mediation effect on attitude-behavior consistency in sustainable agricultural behavor. It was also revealed that moderat-ed mediation approach can strengthen attitude-behavior consistency in sustainable agricultural behavior.]
2014
D1968
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gurning, Efraim Alexander Habasaon
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara identitas sosial dengan persepsi ancaman. Identitas sosial yang digunakan adalah identitas pada kelompok Nasrani yang berdenominasi Calvinis sebagai variabel bebas dan persepsi ancaman terhadap kelompok Nasrani yang berdenominasi Kharismatik sebagai variabel terikat. Teori ancaman yang digunakan adalah Intergrated Threat Theory(ITT) dengan empat komponen yaitu symbolic threat, realistic threat, intergroup anxiety, dan negative stereotype. Penelitian ini menggunakan metode korelasional dengan jumlah responden sebanyak 100 orang. Berdasarkan uji hipotesis menggunakan metode analisis data Pearson correlation, ditemukan terdapat hubungan signifikan antara identitas calvinis dengan persepsi ancaman pada kelompok Kharismatik. ......This study aims to examine the relationship between social identity and threat perception. The social identity used is the identity of the Calvinist-dominated Christian group as the independent variable and the perception of threats to the Charismatic-denominated Christian group as the dependent variable. The threat theory used is Intergrated Threat Theory (ITT) with four components, namely symbolic threat, realistic threat, intergroup anxiety, and negative stereotype. This study uses a correlational method with 100 respondents. Based on the hypothesis test using Pearson correlation data analysis method, it was found that there was a significant relationship between Calvinist identity and threat perception on the Charismatic group.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurkesuma
Abstrak :
ABSTRAK
Dalam sistem kekerabatan mathlineal, adat menempatkan perempuan di Minangkabau memiliki kedudukan atau derajatyang sama dengan laki-laki yang disebut dengan egaliter (Naim, 1990). Dengan budaya yang ada Syarifuddin (1989) menyatakan bahwa perempuan Minangkabu lebih mandiri dibandingkan dengan perempuan masyarakat Indonesia lainnya. Reenen pun (1984) memperkuat bahwa perempuan Minangkabau yang berada di kota menunjukkan ketergantungan yang cukup tinggi pada suaminya dibandingkan dengan perempuan di desa.Tetapi Navis (1990) menyebutkan bahwa di Minangkabau saat ini telah terjadi kecenderungan deidentifikasi budaya pada perempuan Minangkabau setelah memperoleh pendidikan kebudayaan Baratyang memiliki sistem patrilineal. Naim (1991) mengatakan bahwa pada saat ini, tanggung jawab dari kaum (kelompok suku) terhadap perempuan sudah mulai berkurang, sehingga perempuan Minangkabau sudah mulai 'dilepaskan' oleh kaumnya. Dalam arti ikatan pada adat Minangkabau makin mengendur, sehingga perempuan Minangkabau harus lebih terikat pada keluarga intinya dibandingkan dengan keluarga besarnya. Berdasarkan teori Identitas Sosial Tajfel (1972, dinyatakan bahwa identitas sosial (Social Identity) adalah keadaan dimana individu merasa dirinya sebagai bagian dari suatu kelompok tertentu. Individu mengetahui bahwa ia merupakan milik dari suatu kelompok sosial dengan nilai dan emosio; dari kelompok dirasa penting (significance) bagi keanggotaannya dalam kelompok tersebut. Nilai menurut Rokeach adalah keyakinan yang bertahan yang akan mengarahkan individu untuk memilih suatu cara yang dianggapnya paling baik daripada cara yang lain dalam bertingkah iaku atau mencapai tujuan. Berlandaskan dua teori dan situasi tersebut di atas penelitian ini melihat perbedaan nilai kemandirian perempuan Minangkabau dan perbedaan Identitas sosial perempuan Minangkabau yang dilihat pada dua generasi yang berbeda, yaitu ibu dan anak. Subyek penelitian adalah 226 ibu dan anak perempuannya di 6 daerah di Sumatera Barat yang dibagi berdasarkan pembagian wilayah Minangkabau. Data dikumpulkan melalui kuesioner. Dari hasil yang diperoleh disimpulkan bahwa ada hubungan antara nilai kemandirian dan identitas sosial pada perempuan Minangkabau, Tidak ada perbedaan nilai. kemandirian antara dua generasi yang berbeda, Tidak ada perbedaan identitas sosial antara dua generasi yang berbeda di Minangkabau saat ini. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan bahwa meskipun ada perbedaan nilai kemandirian ataupun identitas sosial pada ibu dan anak, tetapi perbedaan tersebut tidak cukup memenuhi untuk dikatakan sebagai perbedaan yang berarti. Tetapi mungkin saja pada beberapa vvaktu mendatang dapat menunjukkan hasil yang berbeda karena, skor yang diperoleh saat ini hampin mendekati batas penerimaan secara statistik. Saran yang diberikan pada penelitian ini adalah penyebaran sampel yang lebih luas, perbaikan nada alat yang dipergunakan dan penelitian lanjutan mengenai nilai kemandirian dan identitas sosial perempuan Minangkabau dengan melakukan perbandingan dengan kelompok masyarakat non minagkabau.
1995
S2362
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lubis, Irvan Darwansyah. author
Abstrak :
ABSTRAK
Manusia pada dasarnya adalah mahluk sosial dan mempunyai kebutuhan untuk bermasyarakat dan bergaul dengan sesama manusia Oleh karena itu, manusia cenderung hidup dalam kelompok. Dalam dinamika hubungan antar kelompok, penilaian seseorang terhadap sesama anggota kelompoknya (Ingroup Member) dapat berbeda dengan penilaian terhadap anggota atau kelompok lain (Outgorup Member/Outgroup). Sikap yang cenderung memihak ini kemudian akan menutup kesempatan bagi individu untuk melihat masalah yang ia hadapi secara objektif. Salah satu teori yang mengkaji perilaku antar kelompok adalah teori Social Identity. Teori ini diperkenalkan oleh Henri Tajfel dan John Tumer. Menurut teori Social Identity, pada dasarnya manusia membutuhkan identitas diri yang positif, dan identitas diri ini diperoleh melalui keanggotaan dalam sualu kelompok. Keanggotaan dalam kelompok ini dapat diperoleh dengan mengidentifikasikan diri pada kelompok atau kelompok lain yang memiliki karakteristik, trait, atau aspek positif tertentu, sehingga dengan cara ini individu dapat meningkatkan dan memelihara konsep dirinya Keanggotaan pemberi kritik ternyata merupakan faktor yang cukup penting dalam menentukan reaksi pada anggota kelompok (Ariyanto, A., 2002). Homsey et al. (2001) dalam penelitiannya mengenai keanggotaan seseorang dalam memberikan komentar negatif menemukan bahwa komentar negatif lebih menimbulkan reaksi negatif apabila dinyatakan oleh outgroup member dibandingkan ingroup member. Komentar negatif dari ingroup cenderung lebih diterima. Fenomena penerimaan komentar negatif dari ingroup dibandingkan dengan outgroup ini disebut intergroup sensitivity effect. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan replikasi dari penelitian yang dilakukan Homsey et al. (2001) dan Ariyanto, A. (2002) dimana kedua penelitian tersebut menghasilkan kesimpulan bahwa ada hubungan yang signifikan antara keanggotaan pemberi komentar dan status komentatoTHengan reaksi kelompok terhadap komentar tersebut. Akan tetapi dalam penelitian ini, ada variabel yang ditambahkan yaitu kredibilitas komentator. Hal ini dilakukan atas dasar pemikiran bahwa kredibilitas merupakan unsur penting dalam menentukan penerimaan informasi. Metode yang akan dipakai adalah field studies dengan teknik Occidental sampling di mana peneliti mengambil sampel dari sejumlah anggota senat tahun kepungurusan 2004/2005. Metode pengolahan hasil penelitian yang dipakai adalah metode statistik Regresi. Hasil dari penelitian ini adalah tidak didapatkannya hubungan yang signifikan antara tingkat identifikasi, variasi kredibilitas dan status keanggotaan komentator dengan reaksi kelompok terhadap komentar negatif kecuali pada salah satu dimensi reaksi kelompok yaitu dimensi keinginan untuk berubah yang dipengaruhi oleh tingkat identifikasi yang tinggi, variasi kredibilitas, dan variasi keanggotaan pemberi komentar.
2004
S3450
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ria Irwina Savitri
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana pengaruh batasan antarkelompok dan identitas target terhadap perilaku menolong antarkelompok agama. Partisipan dalam penelitian ini adalah 74 orang mahasiswa yang beragama Islam di Universitas Indonesia. Terdapat dua manipulasi kondisi batasan antarkelompok, yaitu kentara dan semu. Perilaku menolong diukur melalui skala perilaku menolong berorientasi kemandirian dan ketergantungan yang akan diberikan kepada target yang berasal dari ingroup (sesama orang Islam) atau outgroup (orang Kristen) dalam empat ilustrasi kasus. Hasil dari pengujian MANOVA menunjukkan tidak ada pengaruh batasan antarkelompok dan identitas target terhadap perilaku menolong.
This study aims to see how the influence of group boundaries and group identity on helping behavior between religious groups. Participants in this study were 74 Muslim students at a university in University of Indonesia. Researchers provide treatment to manipulate the boundaries between groups in two conditions (salient versus not salient). Helping behavior was measured through helping behavior -oriented scale (autonomous and dependency-oriented helping) will be given to targets derived from the ingroup (fellow Muslims) or outgroup (Christians) in the four illustrative cases . The statistical test by MANOVA showed no effect of group boundaries and target‟s identity on helping behavior.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S56444
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yunita Dwijayanty
Abstrak :
ABSTRAK
Tulisan ini membahas tentang penggambaran migran di Jerman dan sikap penolakan migran oleh partai politik AfD dalam dua ilustrasi dan tagar unggahan Ralph Ruthe di laman media sosial Instagram. Melalui teori identitas sosial dan teori semiotika Pierce akan dibahas simbol yang merepresentasikan migran, AfD dan sikap masyarakat Jerman terhadap isu penolakan migran oleh AfD. Metode penelitian yang digunakan berupa metode deskriptif kualitatif berbentuk kajian studi pustaka. Hasil tulisan ini menunjukan bahwa masih terdapat jarak yang membedakan antara masyarakat Jerman dan migran. Namun, dalam kedua ilustrasi terdapat kritik terhadap penolakan migran oleh AfD melalui tagar yang dicantumkan.
ABSTRACT
This paper discusses the depiction of migrants in Germany and the attitude of refusal of migrants by the AfD political parties in two illustrations and the hashtag uploaded by Ralph Ruthe on the Instagram social media page. Through social identity theory and Pierce's semiotic theory, a symbol that represents migrants, AfD and the attitude of German society to the issue of refusal of migrants by the AfD will be discussed. The research method used is a qualitative descriptive method in the form of a literature study. The results of this paper show that there is still a gap between German and migrant people. However, in both illustrations there was criticism of the refusal of migrants by the AfD through the hashtag stated.
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2019
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Winarini Wilman D. Mansoer
Abstrak :
Penelitian ini mengkaji perkembangan tradisi tawuran antarkelompok antar siswa SMA di Jakarta, serta alasan siswa terlibat. Pendekatan psikologi sosial menggunakan teori identitas sosial (Hogg & Abrams, 1988) dan teori peningkatan reputasi (misalnya Emler & Reicher, 1995) wa. digunakan. Teori identitas sosial menjelaskan keterlibatan siswa dalam tawuran dilihat dari proses identifikasi sosial dengan sekolah dan kelompok teman sebaya, serta konflik antarkelompok dalam kaitannya dengan stereotip dan prasangka antar kelompok. Teori peningkatan reputasi menjelaskan keterlibatan siswa dalam tawuran tidak berhubungan dengan manajemen reputasi dalam kelompok. Teori-teori Barat ini diterapkan pada konteks sosio-kultural dan geografis Jakarta tertentu, sehingga terdapat beberapa keterbatasan dan penjelasan tambahan mengenai permasalahan terkait dengan konteks tersebut. Studi ini mengkaji bagaimana identitas sosial dan manajemen reputasi individu sebenarnya dibingkai di dalam sekolah dan dalam kelompok teman sebaya (Basic) yang menjadi wahana kontak dan konflik antarkelompok, termasuk Investigasi terhadap pengaruh-pengaruh tersebut dalam insiden tawuran tertentu. Hasilnya ditunjukkan dengan konteks sekolah, kategorisasi sosial sekolah. sekolah tawuran mempengaruhi stereotipe siswa terhadap sekolah lain yang berkategori baik. sekolah musuh atau sekolah sekutu. Hal ini menimbulkan prasangka bahwa mereka selalu diancam oleh musuh-musuhnya setiap kali diet melakukan kontak dengan mereka saat bepergian Ke dan dari sekolah. Oleh karena itu, untuk menangani situasi ini siswa di sekolah tawuran dibentuk berdasarkan kerumunan (dasar) di jalur bus mereka. ...... This study examined the development of the tradition of intergroup fighting between high school students in Jakarta, and the reasons why students became involved. Social psychological approach using social identity theory (Hogg & Abrams, 1988) and reputation enhancement theory (e.g., Emler & Reicher, 1995) wa. used. Social identity theory explains student involvement in tawuran ill term of the proces of social identification with the school and peer groups, and Intergroup conflict in relation to stereotyping and prejudice between groups. Reputation enhancement theory explains student involvement in tawuran ill association with reputation management within the group. These Western theories were applied to a specific socio-cultural and geographical context of Jakarta, thus there were some limitations and additional explanation of the problem in relation to the context. This study examined how the individual's social identity and reputation management is actually framed within the school and in the rival peer crowds (Basic ) that are the vehicles for intergroup contact and conflict, including Investigation of these influences in specific tawuran incidents. The results indicated with the school context, the social categorisation of schools. tawuran schools influenced student stereotyping towards other schools that were categorised either. enemy schools or ally schools. This led to prejudice that they were always threatened by their enemies whenever diet had contacts with them when travelling To and from school Thus, in order to handle this situation in students in tawuran schools formed over crowds (basic) base on their bus routes.
Depok: Universitas Indonesia, 2000
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rivaldo Triska Kusuma
Abstrak :
Penelitian ini membahas konstruksi sosial komunitas daring penggemar Feel Koplo. Riset kualitatif ini menggunakan studi kasus Meledax Jakarta selaku kelompok daring penggemar Feel Koplo, yaitu joki disket yang menggubah musik arus utama dengan aransemen musik dangdut koplo. Dalam penelitian ini, penulis menggali bentuk kolektivitas penggemar budaya remix yang muncul di ruang digital, serta identitas yang terbentuk melalui media yang digunakan untuk memahami konstruksi sosial yang terbangun melalui komunitas daring. Berdasarkan wawancara mendalam dengan tujuh narasumber, hasil penelitian menunjukkan bahwa anggota Meledax Jakarta mengidentifikasi diri sebagai pekerja prekariat yang mengalami ketidakpastian yang tinggi karena kasualisasi ketenagakerjaan. Mereka berkumpul karena adanya relevansi kesukaan terhadap dangdut koplo gubahan dan rasa sepenanggungan. Ruang digital mempermudah kolektivitas antar anggota untuk berinteraksi satu sama lain. Sehingga identitas pekerja prekariat anggota Meledax Jakarta merupakan hasil dari konstruksi yang terbangun melalui kolektivitas di ruang digital. ......This study discusses social construct of Feel Koplo online community. This qualitative research uses a case study of Meledax Jakarta as an online group of Feel Koplo fans, well known as a DJ who compose mainstream music with dangdut koplo arrangements. This study want to dig deeper the form of social construction built through online communities by explore their collectivity and their social identity. Based on in-depth interviews with seven informants, the results of the study showed that Meledax Jakarta members were among the precariate workers who experienced high uncertainty due to the casualization of labor. They gathered because they have relevance and feeling on the same boat. Digital space facilitates the collectivity of members to interact so that construction of precariate workers social identity is formed.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amanda Syarfuan
Abstrak :
Pengaruh musik dalam kehidupan sehari-hari secara pribadi maupun sosial sangat besar. Dibandingkan dengan pentingnya pengaruh musik, penelitian mengenai musik dalam hubungannya dengan psikologi sosial masih jarang terdengar. Hubungan antara musik terhadap seseorang sangat kompleks. Dalam satu waktu yang bersamaan setiap individu mempunyai kapasitas maupun kemampuan untuk menyukai berbagai jenis musik yang berbeda. Dalam memenuhi kebutuhan manusia, musik dapat memberikan kepuasaan dalam konteks pribadi dan sosial. Salah satunya adalah pemilihan jenis musik mempunyai fungsi pada saat seseorang menentukan posisi mereka dalam sebuah lingkungan dan pandangan mereka akan diri sendiri. Selain itu pemilihan jenis musik juga dapat membantu kita untuk menggali informasi lebih dalam akan kepribadian seseorang serta mengukur identitas sosial, dengan melihatnya dari tingkat kesukaan seseorang dari pemilihan jenis lagunya, band atau artis, jenis kategori musik secara keseluruhan maupun sub-kategorinya, ataupun ciri dari musik secara keseluruhan. Temuan-temuan yang dihasilkan oleh penelitian ini masih sangat kurang untuk melihat hubungan antara selera jenis musik dan trait kepribadian. Sedangkan dalam mengukur identitas sosial, terdapat temuan yang berbeda dari penelitianpenelitan sebelumnya. Seperti yang telah diprediksi, penelitian ini tidak akan menemukan hasil yang sama karena adanya perbedaan budaya yang sangat besar. Hal ini dapat terjadi karena kurang banyaknya jumlah subyek penelitian untuk mendekati populasi atau adanya kemungkinan bahwa pengelompokan jenis musik dalam dimensi kurang dapat merepresentasikan setiap jenis musik yang diteliti. Selain itu masalah perbedaan budaya yang mempengaruhi hasil dari penelitian, Oleh karena itu, selain berbedanya nilai-nilai yang dipegang oleh masyarakat, hasil penelitian yang berbeda juga mungkin terjadi karena kurang tepatnya pemilihan kata dan pemilihan trait kepribadian yang kurang merepresentasikan cara pandang masyarakat Indonesia.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
S3459
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>