Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Bachtiar Arif Wicaksono
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesesuaian antara SDE dengan analisis ImageJ dalam menilai hiperemia konjungtiva pada pemakaian LKL dalam 2 minggu. Penelitian ini merupakan studi analitik prospektif berpasangan dengan 100 subjek mata dari 50 orang dengan miopia yang belum pernah menggunakan LKL sebelumnya. Penilaian hiperemia konjungtiva dengan SDE dan imageJ dengan mengevaluasi foto konjungtiva yang diambil pada sebelum, hari ketujuh, dan keempat belas penggunaan LKL. Subjek terdiri dari 80,8% (n=42) perempuan dengan rerata usia 22,12±1,79 tahun. Awal evaluasi didapatkan terbanyak hiperemia trace (49%) dan ringan (51%) pada konjungtiva bulbar dan hiperemia trace (92%) pada limbus. Evaluasi imageJ didapatkan median densitas vaskular 11,80 (4,56-17,61) %area dan rerata diameter vaskular 85,81±4,07 μm. Terdapat peningkatan hiperemia konjungtiva tingkat ringan sebesar 19% dan sedang 6% antara setelah 2 minggu penggunaan LKL. Terdapat perbedaan diameter (p<0,05) dan densitas vaskular (p=0,000) yang bermakna secara statistik setelah pemakaian LKL selama 2 minggu. Pada hari keempatbelas, persentase terbanyak yaitu hiperemia menetap (59%) dan meningkat sebesar 35% pada konjungtiva bulbar keseluruhan. Didapatkan peningkatan 1 tingkat SDE sebesar 33% dan peningkatan 2 tingkat SDE sebesar 2% setelah pemakaian LKL 2 minggu. Terdapat kesesuaian pada penilaian hiperemia konjungtiva bulbar dan limbus antara SDE dengan densitas dan diameter vaskular dengan perbedaan antar masing-masing kelompok SDE yang bermakna (p<0,05).
This study aimed to evaluate the conformity of EGS with ImageJ analysis in assessing conjunctival hyperemia in SCL use within 2 weeks. This is a paired prospective analytic study which included 100 eyes from 50 subjects with myopia who have not used SCL routinely before. Conjunctival hyperemia assessments were done with EGS and ImageJ with evaluating conjunctival images taken at before, day 7, and day 14 of using SCL. Subjects were 80,8% (n=42) female with mean age of 22,12±1,79 years old. At initial evaluation, there were trace (49%) and mild (51%) grade hyperemia in bulbar conjunctiva and trace hyperemia (92%) in limbus. ImageJ evaluation found medial vascular density of 11.80 (4.56-17.61)% area and mean vascular diameter of 85,81±4,07 μm. There was an increase of mild grade conjunctiva hyperemia of 19% and moderate grade of 6% between before and after 2 weeks of using SCL. There was a significant difference of vascular diameter (p<0.05) and density (p=0.000) after using SCL for 2 weeks. At day 14 evaluation, most percentage was found persistent grade (59%) and increasing grade (35%) in overall bulbar conjunctiva. There were 1 EGS grade increase of 33% and 2 grades increase of 2% after using SCL for 2 weeks. Good conformity was found in bulbar conjunctiva and limbal hyperemia evaluation between EGS and vascular density and diameter with significant difference between each EGS group (p<0.05)
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T59130
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Weni Puspitasari
Abstrak :
Tujuan: Menilai perubahan lapisan air mata dan parameter meniskus air mata menggunakan Optical Coherence Tomography (OCT) sebelum dan sesudah pemakaian lensa kontak hydrogel konvensional dan silikon hydrogel. Metode: 52 sukarelawan miopia ringan-sedang dilibatkan dalam penelitian ini dan dipilih secara acak untuk menggunakan bahan hydrogel (Nelfilcon-A) pada satu mata dan bahan silikon hydrogel (Lotrafilcon-B) pada mata sebelahnya selama 14 hari. Pemeriksaan lapisan air mata dilakukan melalui pemeriksaan Non-invasive Tear Breakup Time dan Schirmer-1, serta parameter meniskus air mata menggunakan OCT sebelum dan 14 hari sesudah penggunaan lensa kontak. Hasil: Subjek terdiri dari 80,8% perempuan dan 19,2% laki-laki, dengan usia rerata 22,8±1,79 tahun. Median delta NIBUT (pre-post) adalah -3,4 detik (-11,3-1,4) pada kelompok Nelfilcon-A dan -4,6 detik (-18,5-2,7) pada kelompok Lotrafilcon-B (p=0,008). Median delta Schirmer 1 didapatkan tidak terdapat perbedaan bermakna antara kedua kelompok LKL. Median delta tinggi meniskus air mata pada adalah -18,5 (- 57,0-96,0) μm pada kelompok Nelfilcon-A dan -11,5 (-53,0-87,0) μm pada kelompok Lotrafilcon-B (p=0,556). Median dimensi delta area meniskus air mata adalah -1795,0 (-7596-4372) μm2 pada kelompok Nelfilcon-A dan -1181,5 (-8188- 8770) μm2 pada kelompok Loftrafilcon-B (0=0.728) μm2. Median delta volume meniskus air mata adalah -0.08 (-0.29-0.18) μL pada kelompok Nelfilcon-A dan - 0.08 (-0.32-0.34) pada kelompok Lotrafilcon-B. Tidak ditemukan adanya perbedaan bermakna antara parameter meniskus air mata di kedua kelompok LKL. Tidak terdapat korelasi antara NIBUT, tes Schirmer-1 dan parameter meniskus air mata. Kesimpulan: Penggunaan lensa kontak Nelfilcon-A harian dan Lotrafilcon- B mingguan selama 2 minggu dapat menyebabkan perubahan lapisan air mata (NIBUT memendek dan penurunan parameter meniskus air mata).
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dwie Aprina
Abstrak :
Latar Belakang: Lensa kontak lunak (LKL) torik digunakan untuk mengkoreksi astigmatisma. LKL torik mengkombinasikan kekuatan lensa sferis, kekuatan dan aksis silinder. Dikarenakan banyaknya kombinasi yang mungkin antara ketiga hal tersebut, LKL torik diproduksi dengan kekuatan dan aksis yang terbatas. Keterbatasan LKL Torik yang tersedia di pasaran menyebabkan peresepan LKL torik pada penyandang astigmatisma tidak sesuai dengan kekuatan dan aksis yang seharusnya. Studi oleh Sha et al. meneliti efek ketidaksesuaian kekuatan dan aksis silinder pada penyandang astigmatisma menggunakan kacamata tanpa memperhatikan jarak verteks, hasilnya didapatkan penurunan ketajaman dan kualitas penglihatan pada ukuran dan aksis tertentu. Tujuan: Melakukan evaluasi atas perubahan kekuatan dan aksis silinder LKL Torik pada penyandang astigmatisma ringan-sedang dalam pengaruhnya terhadap kualitas penglihatan, kepuasan, dan vision acceptability. Metodologi: Penelitian ini merupakan jenis penelitian analitik komparatif numerik berpasangan dengan desain penelitian eksperimental dengan double-masking. Dalam uji ini, 20 penyandang astigmatisma diuji untuk kondisi berikut pada hari yang berbeda: koreksi silinder penuh dan pengurangan kekuatan silinder sebesar 0,50, dan 1.0 D. Dilakukan ketidaksejajaran aksis antara –10° dan +10° pada setiap perubahan kekuatan silider. Pada setiap kunjungan, dilakukan pemeriksaan ketajaman penglihatan dengan Snellen chart, sensitivitas kontras menggunakan Pelli-Robson, serta penilaian kejernihan, kepuasan dan Vision Acceptability menggunakan metode VAS. Hasil: Pengurangan kekuatan silinder memiliki perubahan yang signifikan (P<0.05) terhadap semua variabel. Secara keseluruhan, pengurangan kekuatan silinder 1 D lebih memiliki pengaruh (P<0.005) dibandingkan dengan pengurangan kekuatan silinder 0,5 D. Tidak ada perbedaan yang signifikan antara kelompok astigmatisma derajat ringan dan sedang, kecuali pada variabel ketajaman penglihatan saat dikurangi kekuatan silinder 0.5 D. Ketidaksesuaian aksis dengan menambah atau mengurangi aksis sebesar 10 derajat memiliki pengaruh yang signifikan pada semua variabel, kecuali sensitivitas kontras (P>0.05). Kesimpulan: Pengurangan kekuatan silinder LKL torik sebesar 0,5 dan 1 Dioptri serta perubahan aksis  100 memberikan penurunan yang signifikan terhadap ketajaman penglihatan, sensitivitas kontras, kejernihan, kepuasan dan vision acceptability pada penyandang astigmatisma ringan-sedang. Keywords: Astigmatisma, lensa kontak lunak, lensa kontak lunak torik, ketidaksesuaian aksis, kualitas penglihatan ......Background: Toric soft contact lenses (SCL) are used to correct astigmatism. Toric SCL combines the power of a spherical lens, the power and axis of a cylinder. Due to the numerous possible combinations between sphere powers, cylinder powers, and cylinder axes, manufacturers of disposable soft toric contact lenses limit their toric lens range. Because of the limitation, the prescribing of Toric SCL for astigmatism is not in accordance with the power and axis that should be. The study by Sha et al. examined the effect of discrepancies in the power and axis of the cylinder in astigmatism using glasses regardless of the vertex distance, the result was a decrease in visual acuity and quality at certain power and axis. Objective: To evaluate the changes in the power and axis of SCL Toric in mild-moderate astigmatism in impact on vision quality, satisfaction, and vision acceptability. Methods: In comparative analytic, experimental, double-masking design, 20 people with astigmatism were tested for the following conditions on different days: full cylinder correction and under correction of cylinder power by 0.50 and 1.0 D. Axis was also misaligned between –10° and +10° for each change in cylinder power. For each configuration, participants were examined their visual acuity by Snellen chart, contrast sensitivity with Pelli-Robson Chart, and assessed clarity, satisfaction and vision acceptability using the VAS method. Results: Undercorrecting cylinder power had a significant change (P<0.05) on all variables. Overall, undercorrection by 1 D was more significantly different (P<0.005) than a reduction in cylinder power of 0.5 D. There was no significant difference between the mild and moderate astigmatism groups, except for the visual acuity when undercorrection by 0.5 D. Misalignment by 100 had a significant effect on all variables, except contrast sensitivity (P>0.05). Conclusion: Undercorrection of cylinder of toric SCL by 0.5 and 1 D as well as misalignment of 100 had a significant effect on visual acuity, contrast sensitivity, clarity, satisfaction and vision acceptability in people with mild to moderate astigmatism.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library