Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Cation exchangeable capacity (CEC) of zeolite could be determined not only based on SNI 13-3494 1994,but also permentan No.02/Pert/HK060/2/2006...."
JSTA 10:2 (2008)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Muslikah
"Perilaku konsolidasi tanah gambut sangat kompleks dan berbeda dibanding dengan tanah lempung. Ini disebabkan, kandungan serat-serat organik di dalam tanah gambut dan terjadinya proses dekomposisi pada serat-serat organik tersebut selama konsolidasi. Karena kondisi anaerob maka proses dekomposisi tanah gambut berjalan secara lambat. Salah satu cara untuk mempercepat terjadinya dekomposisi atau degradasi tanah gambut, yaitu dengan memberikan mikroorganisme yang dapat mendegradasi serat-serat tanah gambut.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana pengaruh konsolidasi pada tanah gambut untuk melihat degradasi yang terjadi jika tanah gambut tersebut ditambahkan mikroorganisme. Mikroorganisme yang diinjeksi ke dalam tanah gambut berasal dari tanah gambut itu sendiri dengan cara diisolasi dan dikembangbiakan untuk dimasukkan kembali ke dalam tanah gambut. Sebagai pembanding digunakan mikroorganisme yang berasal dari pupuk hayati EM4 dan P2000Z. Pada penelitian ini tanah gambut yang digunakan berasal dari Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan.
Hasil pengujian di laboratorium menunjukkan bahwa, sampel tanah gambut yang diinjeksi dengan kombinasi antara mikroorganisme asli (10%) dengan pupuk hayati EM4 (10%) + P2000z (10%) atau sampel tanah gambut variasi 4 (A4) memiliki tingkat degradasi yang lebih baik dibandingkan sampel tanah gambut variasi injeksi mikroorganisme lainnya.
......Consolidation peat soil behavior very complex and differ to be compared to with clay. This is caused, organic fibre content in peat soil and the happening of decompotition process at the organic fibre during consolidation. Because condition of anaerob hence peat soil decompotition process walk tardyly. One of the way of to quicken the happening of decompotition or peat soil degradation, that is by giving mikroorganism which can degradation fibre peat soil.
This research is done to know how consolidation influence at peat soil to see degradation that happened if the peat soil enhanced by microorganism. Microorganism which is injection into peat soil come from itself peat soil by isolation and grown to be reentered into peat soil. As comparator used by microorganism coming from biofertilizer EM4 and P2000Z. At this research of used peat soil come from Ogan Komering Ilir Region, South Sumatra.
Result of examination in laboratory indicate that, peat soil sampel which is injection with combination among original microorganism (10%) with biofertilizer EM4 (10%) + P2000Z (10%) or variation 4 of peat soil (A4) have degradation level which is better to be compared to other microorganism injection variation of peat soil."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
T30137
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Heni Supriyatin
"Makin meningkatnya juinlah penduduk serta kebutuhnnnya menyebabkan kebutuhan akan
tempat atau tanah yang tersedia adalah relatif tetap, sehingga tanah sebagai ruang kegiatan
manusia tersebut path saat mi telah atau sedang mengalaini tekanan-tekanan kerusakan
ataupun pencemaran karena sektor usaha, kepadatan penduduk serta angkatan keija telah
menjadi suatu problema. Sehubungan dengan itu, di Indonesia pada sant mi telah dijumpai
perkembangan penggunann tanah yang berbeda-beda tingicatannya. Ada layah-1ayah
yang penggrn5%n tanahnya sudah melampaui batas-batas kemampuannya (over used), ada
1ayah-1ayah yang belum berkembang. Di daerah yang penggunaan tanahnya sudah
melampaui batas banyak dijumpai kerusakan-kerusakan tanab, baikitu dijumpai di daerah
pegunungan yang berlereng teijal maupun di tepi pantai.
Dari uraian tersebut di atas penulis ingin mengetahui apakah ada kaitan antara perubahan
penggunaan tanah dengan timbulnya kerusakan tanah. Masalah yang diajukan ada dua, yaitu
1. Bagaimana penibahan penggunaan tanah dan tahapan perkembangan penggunnan tanah
di Kabupaten Gunungkidul ? 2.Apakah ada kaitan antara penibahan penggunaan tanah
dengan timbulnya kenisakan tanah, serta dimana persebarannya?
Daii data berupa angka dan peta (tahun 1984 dan 1994) yang dikumpulkan dari berbagai
instansi pemenintah dan basil study literatur serta pengamatan lapang, kemudian diolah dan
disajikan dalam bentuk tabel dan peta, serta dianalisis dengan analisis ikonik dengan teknik
super imposed, diperoleh basil sebagai benikut: 1.Perubaban penggunaan tanah terbesar
path jenis penggunaan tanah perkampungan. 2.Tahapan penggunaan tanah. yang telah
dicapai adalah path tahap skema I, artinya penggunaan tanah path wilayah penelitian telah
melampaui batas kemampuannya (over used), akibatnya banyak dijumpai areal tanah rusak.
Path umunmya areal tannh nisak tersebut dijumpai path penggunaan tanah tegalan (sebagian
besar), kebun campuran dan hutan (belukar). 3.Areal tanah rusak sebagian besar merupakan
penggunaan tanah tegalan, sebigian kecil kebun campuran dan hutan (belukar).
4. Persebaran tanah rusak sebagian besar terletak di wilayah dengan ketinggian 100 - 500
meter"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1996
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library