Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Cherish Amarissa Gadisku
Abstrak :
Indonesia memiliki tekad untuk mengurangi gas rumah kaca dengan mencanangkan target energi terbarukan. Dari seluruh jenis energi terbarukan, energi surya adalah jenis energi yang memiliki potensi paling tinggi. Namun, sangat disayangkan bahwa penggunaannya masih sangat minim. Untungnya, semakin banyak pebisnis yang sadar manfaat dari investasi PLTS atap. Salah satu perusahaan yang memiliki keinginan untuk investasi PLTS atap adalah PT XYZ, sebuah pabrik manufaktur yang terletak di Kawasan Industri Kendal, Jawa Tengah. Perusahaan tersebut memiliki keinginan untuk menginvestasikan PLTS atap di salah satu bangunan yang ada di lokasi pabrik. Namun, sebelum melakukan investasi panel surya, sebaiknya perusahaan sebagai investor memperhitungkan faktor ketidakpastian yang dapat terjadi saat dilakukan pemasangan PLTS atap. Oleh karena itu, dibutuhkan analisis kelayakan investasi dari segi teknis maupun ekonomi terhadap pemasangan PLTS atap pabrik dengan tetap mempertimbangkan risiko dari faktor ketidakpastian untuk menghemat biaya listrik bulanan. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode value at risk dengan teknik Simulasi Monte Carlo. Hasil dari penelitian ini adalah bahwa faktor ketidakpastian pada investasi kelayakan pemasangan PLTS atap pabrik dapat dibedakan menjadi tiga faktor, yaitu faktor yang mempengaruhi biaya, energi keluaran, dan kebijakan. Sesudah mempertimbangkan seluruh faktor ketidakpastian, proyek pemasangan PLTS atap layak untuk dilakukan dengan nilai NPV at Risk sebesar Rp 154.205.585,00, IRR at Risk sebesar 6,52 %, dan Payback Period at Risk sebesar 9 tahun dengan confidence level 95% dan jangka waktu simulasi selama 15 tahun. ...... Indonesia is determined to reduce greenhouse gases by setting renewable energy targets. Of all the renewable energy types, solar energy is the one with the highest potential. However, it is unfortunate that its use is still very minimal. Fortunately, more and more businesses are realizing the benefits of rooftop solar power investment. One such company is PT XYZ, a manufacturing plant located in Kendal Industrial Park, Central Java. The company wants to invest in rooftop solar panels on one of its buildings. However, before investing in solar panels, the company as an investor should consider the uncertainty factors that can occur when installing rooftop solar panels. Therefore, it is necessary to analyze the feasibility of investment from a technical and economic perspective on the installation of rooftop solar panels while still considering the risk of uncertainty factors to save monthly electricity costs. This research was conducted using the value at risk method with the Monte Carlo simulation technique. The result of this study is that the uncertainty factors in the feasibility investment of installing PLTS on the factory roof can be divided into three factors, namely factors affecting costs, output energy, and government policies. After considering all uncertainty factors, the rooftop PLTS installation project is considered as feasible with an NPV at Risk value of Rp 154,205,585.00, IRR at Risk of 6.52%, and Payback Period at Risk of 9 years with a confidence level of 95% and a simulation period of 15 years.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rafi Danu Rifqi
Abstrak :
Energi listrik saat ini menjadi salah satu sumber energi yang dibutuhkan di berbagai industri. Hal ini menyebabkan peningkatan kebutuhan energi listrik seiring berjalannya waktu. Namun hal ini tidak didukung dengan kondisi sumber daya alam seperti batu bara yang saat ini kondisinya semakin menipis persediaannya. Selain itu, kondisi dunia saat ini yang secara tidak langsung memaksa seluruh manusia untuk peduli terhadap lingkungan dengan meminimalisir emisi karbon yang salah satu penghasilnya adalah pembangkit listrik. Hadirnya pembangkit listrik energi baru terbarukan menjadi solusi dari permasalahan ini, salah satunya adalah penerapan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) yang menjadikan energi matahari sebagai sumber energi primernya. Energi matahari merupakan salah satu potensi terbesar sebagai sumber energi primer pada pembangkit EBT karena jangkauannya serta ketersediaannya. Rugi daya akibat bayangan atau Shading Losses menjadi salah satu masalah yang perlu dihadapi pada perencanaan PLTS yang dapat ditangani dengan pengaturan panjang jarak antar barisan PV (Pitch), namun hal ini tentunya akan memperluas kebutuhan area dari PLTS semenetara kondisi ketersediaan lahan yang terus berkurang hingga saat ini. Studi ini akan mempelajari pengaruh pengaturan Pitch terhadap produksi energi PLTS pada suatu area yang terbatas dan dihasilkan nilai Pitch optimum sebesar 7 meter. .....Electricity became one of primary needs for human right now and used in many kinds of need and industry. This condition will relate to the cause of electrical energy needs keep increasing as time goes by. But natural resources such as coal that used in conventional power plant keep decreasing in terms of availability. Added with the earth environment conditions that keep getting worse because of carbon emissions leads humans to develop power plant with renewable energy primary resources such as solar power plant. Solar chosen to be one of renewable energy that commonly used and developed for electricity power plant because of its availability in almost all over the world and can be used as unlimited source of energy. Shading Losses is one of the energy Losses that common to happen in solar power plant. These Losses can be decreased significantly by set the length of each PV row distance or usually called Pitch. But increasing Pitch means increasing area needed for the solar power plant, which the availability of free area keeps decreasing because of population growth. This study will analyze the connection between Pitch and PV energy production in a limited area which resulted as 7 m for the optimized Pitch configuration.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Satria Mulia Purnomo
Abstrak :
Disepakatinya perjanjian Paris membuat Indonesia berkomitmen dalam transisi energi terbarukan. Komitmen ini mendorong Indonesia dan PLN dalam membuat RUPTL yang membuat potensi tenaga air di Indonesia semakin meningkat. Meningkatnya potensi tersebut membuat investor tertarik investasi ke usaha PLTM. Namun demikian, usaha PLTM masih memiliki risiko yang membuat biaya fluktuatif sehingga membuat prospek terganggu dan menimbulkan keraguan dalam investasi. Untuk mengatasi masalah tersebut, penulis membuat model proyeksi keuangan menggunakan discounted cash flow model dengan pendekatan risiko menggunakan value at risk metode monte carlo agar dapat mengukur valuasi PLTM secara lebih akurat serta dapat memberikan bahan pertimbangan kelayakan investasi. Dari analisis yang telah dibuat, didapatkan bahwa terdapat tiga variabel risiko dalam PLTM, yaitu loss factor, biaya operasional dan pemeliharaan, dan biaya retribusi air. Dalam keadaan normal mengikuti PPA, NPV PLTM masih bernilai positif yang menandakan investasi masih layak. Dalam bahan pertimbangan kelayakan investasi, peneliti menggunakan price book value dan tingkat return modal, dimana didapatkan bahwa PLTM masih layak dijual dan layak diinvestasikan. ......The Paris agreement made Indonesia committed to the renewable energy transition. This commitment encourages Indonesia and PLN to make RUPTL which increases the potential for hydropower in Indonesia. This increased potential has attracted investors to invest in the MHP business. However, the MHP business still has risks that make costs fluctuate, disrupting prospects and causing doubts in investment. To overcome this problem, the authors created a financial projection model using a discounted cash flow model with a risk approach using the value at risk monte carlo method so that it can measure MHP valuations more accurately and can provide investment feasibility considerations. From the analysis that has been made, it is found that there are three risk variables in the MHP, namely loss factor, operational and maintenance costs, and water retribution costs. Under normal circumstances following the PPA, the NPV of MHP is still positive, indicating that the investment is still feasible. In considering investment feasibility, researchers used price book value and the rate of return on capital, where it was found that PLTM is still worth selling and worth investing in.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library