Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 8 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhammad Dani Supardan
"The use of ultrasound in extraction process creates novel and interesting methodologies, which are often complementary to conventional extraction methods. In the present study, the use of ultrasound to extract oleoresin from ginger (Zingiber officinaleR.) was investigated. The extraction was performed by using ethanol as solvent in the presence of ultrasonic irradiations operating at frequency of 42 kHz at extraction temperature of 60oC. The oleoresin extracted was in the form of dark thick liquid with specific ginger flavor. Based on GC-MS analysis, the use of ultrasound was not give an effect on alteration of main component in ginger oleoresin. The main component in extracted ginger oleoresin was zingerone. Gingerol as one of the pungent principle of the ginger oleoresin was not detected due to decomposition of gingerol at a temperature above 45oC. Extraction rate of ultrasound-assisted extraction was about 1.75 times more rapid than a conventional system based on soxhlet. The scanning electron microscopy images provided more evidence for the mechanical effects of ultrasound, mainly appearing on cells? walls and shown by the destruction of cells, facilitating the release of their contents. "
Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat UI, 2011
J-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ketut Alam Wangsa Wijaya
"Penelitian proses ekstraksi logam nikel dari larutan yang mengandung logam temba,ga dengan metnde ekstraksi pelarut dengan menggunakan ekstraktan asam Versatic-6 yang dilarutkan dalam toluena merupakan salah satu studi awal dari perkembangan teknik akstraksi dengan metode ekstraksi pelarut. Taknik ekstraksi dengan metode ekstraksi pelarut mempunyai banyak parameter, di antaranya ialah jenis ekstraktan, jenis logam yang akan diekstraksi, pH larutan, dan konsentrasi ekstraktan. Pada penelitian kali ini digunakan asam V ersatic-6 yang merupakan salah salu produk Shell Company yang ban yak digunakan pada industri petrokimia. Tingkat keasaman pada larutan dibatasi pada daerah yang memungkinkan ion logam dapat bereaksi sempuma dengan ekstraktan pada kondisi kesetimbangan, yaitu pH 3-7, sedangkan untuk konsentrasi ekstraktan ditentukan antara 0,1-0,5 M. Logam yang akan diekstraksi adalah logam Ni dengan pengotor Cu, kedua logam golongan transisi ini mempunyai perilaku secara kimiawi yang bampir sama, seperti misalnya bentuk ikatan yang terjadi jika bereaksi dengan ekstraktan tertentu, hal ini tentu ekan menyulitkan proses ekstrakan dan hal ini yang menentukan selektivitas ekstraktan. Pada awal penelitian dilakukan peroobaan kinetika untuk mengetahui waktu ekstraksi yang diperlukan, yaitu waktu tercapainya kesetimbangan antara ion-ion logam dengan ekstraktan Karakteristik ekstraktan dapat dilihat dari hasil penelitian ini dan dengan mengetahui kemampuan ekstraksinya serta tingk:at selektivitasnya dapat direncanakan proses tambahan untuk mendapatkan hasil yang maksimal Salah satu hasil penelitian ini ialah adanya indikasi bahwa keberadaan ion logam Cu pada proses ekstraksi nikel dengan metode ekstraksi pelarut menimbulkan kompetisi positif artinya keberadaan ion Cu mengakibatkan proses ekstraksi menjadi lebih optimum."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S47850
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fadhilah Abdul Manan Usman
"[ABSTRAK
Lubricant Oil diproses untuk berbagai keperluan dalam bentuk cairan, padat atau gas. Tujuan utama adalah untuk mengurangi gesekan dan menghaluskan gerakan dan menghaluskan gerakan satu permukaan atas yang lain. Used Lubricant Oil yang digunakan biasanya dibuang ke lingkungan dan menyebabkan banyak kerusakan seperti kesehatan (penyakit kanker). Sebagai pencegahan, re-refining adalah satu treatment untuk menghasilkan base oil yang berkualitas bagus. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memodelkan dan mensimulasikan used lubricating oil re-refining process menggunakan Aspen Plus. Hasil simulasi dibandingkan dengan Abdul Karim (2004) bersama kalkulasi Percent Sludge Removal (PSR). Hasil PSR menggunakan Aspen Plus di bandingkan dengan data eksperimen dan data simulasi CHEMCAD dalam bentuk grafik yang menunjukkan bahwa Aspen Plus memiliki trend yang mirip dengan eksperimen dan CHEMCAD. Hasil yang di dapat menunjukkan bahwa PSR meningkat dengan meningkatnya optimum value pada 2g KOH/L isopropanol.
ABSTRACT
Lubricant oil is processed to various purposes in a form of liquids and might be in a form of solid or gas. The main purpose is to reduce the friction and smoothens the movement of one surface over another. The used lubricant oil usually disposed to the environment and the contaminated oil causes many damages to many aspect such as health (cancer disease). As a prevention of any damages, re-refining is one of the treatments to produce high quality of base oil. The aim of this research study is to model and simulate a used lubricating oil re-refining process using Aspen Plus. The simulation result is compared with Abdul Karim (2004) along with the Percent Sludge Removal (PSR) calculation. The resulted PSR using Aspen Plus data is compared to experiment data and simulation data of CHEMCAD in a graph which shows that the Aspen Plus has similar tred to both experiment and CHEMCAD. Results have shown the amount of Sludge removed increases to the optimum value at 2g KOH/L isopropanol;Lubricant oil is processed to various purposes in a form of liquids and might be in a form of solid or gas. The main purpose is to reduce the friction and smoothens the movement of one surface over another. The used lubricant oil usually disposed to the environment and the contaminated oil causes many damages to many aspect such as health (cancer disease). As a prevention of any damages, re-refining is one of the treatments to produce high quality of base oil. The aim of this research study is to model and simulate a used lubricating oil re-refining process using Aspen Plus. The simulation result is compared with Abdul Karim (2004) along with the Percent Sludge Removal (PSR) calculation. The resulted PSR using Aspen Plus data is compared to experiment data and simulation data of CHEMCAD in a graph which shows that the Aspen Plus has similar tred to both experiment and CHEMCAD. Results have shown the amount of Sludge removed increases to the optimum value at 2g KOH/L isopropanol, Lubricant oil is processed to various purposes in a form of liquids and might be in a form of solid or gas. The main purpose is to reduce the friction and smoothens the movement of one surface over another. The used lubricant oil usually disposed to the environment and the contaminated oil causes many damages to many aspect such as health (cancer disease). As a prevention of any damages, re-refining is one of the treatments to produce high quality of base oil. The aim of this research study is to model and simulate a used lubricating oil re-refining process using Aspen Plus. The simulation result is compared with Abdul Karim (2004) along with the Percent Sludge Removal (PSR) calculation. The resulted PSR using Aspen Plus data is compared to experiment data and simulation data of CHEMCAD in a graph which shows that the Aspen Plus has similar tred to both experiment and CHEMCAD. Results have shown the amount of Sludge removed increases to the optimum value at 2g KOH/L isopropanol]"
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S62283
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Tona Dondo
"Kadar sulfur di solar Indonesia saat ini masih sangat tinggi dan perlu diturunkan untuk memenuhi regulasi Internasional maupun untuk efisiensi penggunaan mesin diesel. Desulfurisasi oksidatif katalitik (Cat-ODS) adalah proses yang paling menjanjikan dan paling ekonomis untuk menghasilkan diesel rendah sulfur. Banyak studi pada Cat-ODS menggunakan sistem yang berbeda, termasuk kombinasi H2O­2 sebagai oksidator, asam asetat sebagai katalis dan berbagai alkohol rantai pendek sebagai pelarut. Pada penelitian ini, kombinasi yang dipakai adalah oksidator hidrogen peroksida, katalis asam asetat, dan pelarut metanol digunakan untuk desulfurisasi biosolar di Indonesia. Proses oksidasi akan dilakukan reaktor batch berpengaduk pada suhu tetap 50 oC dengan rasio molar sulfur:asam asetat adalah 1:2 dan rasio sulfur:pelarut 1:4, lalu waktu ekstraksi yang divariasikan dari 10 sampai 40 menit. Senyawa sulfur didalam biosolar berubah menjadi senyawa sulfon sebagai hasil oksidasi, lalu dipisahkan dari biosolar menggunakan ekstraksi cair-cair dengan pelarut metanol. Kinerja Cat-ODS ditentukan berdasarkan perubahan kandungan sulfur sebelum dan sesudah proses Cat-ODS yang dianalisis menggunakan FTIR, ASTM D 4294, GCMS, dan XRF. Pada penelitian ini, dikembangkan analisis kandungan sulfur dengan FTIR, dan korelasi antara FTIR dengan ASTM D 4294 adalah kadar sulfur = ((absorbansi 1169cm^-1/absorbansi 1458 cm^-1)+0,0499)/0,0018. Waktu ekstraksi yang menghasilkan persen desulfurisasi tertinggi adalah 40 menit dengan %desulfurisasi sebesar 28.2% yang menghasilkan solar dengan kadar sulfur 277 ppm

Sulfur levels in Indonesian diesel are still very high and need to be lowered to meet international regulations and for the efficiency of using diesel engines. Catalytic oxidative desulfurization (Cat-ODS) is the most promising and most economical process for producing low-sulfur diesel. Many studies on Cat-ODS have used different systems, including a combination of H2O2 as an oxidizing agent, acetic acid as a catalyst and various short chain alcohols as solvents. In this research, the combination used is hydrogen peroxide oxidizing agent, acetic acid catalyst, and methanol solvent which is used for biodiesel desulfurization in Indonesia. The oxidation process will be carried out in a stirred batch reactor at a temperature of 50 oC with a sulfur:acetic acid molar ratio of 1:2 and a sulfur:solvent ratio of 1:4, then the extraction time is varied from 10 to 40 minutes. Sulfur compounds in biodiesel turn into sulfone compounds as a result of oxidation, and are separated from liquid-liquid extraction with methanol as solvent Cat-ODS performance is determined based on changes in sulfur content before and after the Cat-ODS process analyzed using FTIR, ASTM D 4294, GCMS, and XRF. In this study, sulfur content analysis was developed using FTIR, and the correlation between FTIR and ASTM D 4294 is Sulfur content (ppmS) = ((absorbance 1169cm^-1/absorbance 1458 cm^-1)+0,0499)/0,0018. The extraction time that produces the highest percentage of desulfurization is 40 minutes with a % desulfurization of 28.2% which produces diesel fuel with a sulfur content of 277 ppm."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Afif Husnul Fadhilla
"Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode adopsi dengan mengambil data-data sekunder dari perusahaan-perusahaan yang sudah terbukti dalam menghasilkan logam tanah jarang di beberapa negara seperti Australia, Amerika Serikat, India, Kanada dan Malaysia. Sehingga dengan menggunakan metode tersebut akan dibuat desain sirkuit benefisiasi logam tanah jarang yang diharapkan mampu meningkatkan nilai ekonomis. Dengan umpan yang diambil adalah monazite high grade 78,31% (dengan kadar REO 65,71%) dan monazite lower grade 35,09% (dengan kadar REO 62,10%) dari Kepulauan Bangka-Belitung.Tahapan-tahapan prosesnya meliputi pengolahan mineral mulai dari ore dressing, sizing, screening, separation. Dan tahapan benefisiasi mineral yang meliputi material handling, milling, digesting, neutralizing, solvent extraction, dan concentrating.

This research done by using adoption method by taking secondary data from proven have been companies in yielding rare earth metal in some states like Australia, United States, India, Canada and Malaysia. So by using the method will be made circuit design of beneficiation rare earth metal expected can increase economic value. With feed ore taken is monazite high grade 78.31% ( REO grade is 65.71%) and monazite lower grade 35.09% ( REO grade is 62.10%) from Bangka-Belitung archipelago. The process steps covering beneficiation to start from ore dressing, sizing, screening as of separation. And step beneficiation mineral covering material handling, milling, digesting, neutralizing, solvent extraction, ion exchange and concentrating.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S51073
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Siregar, Aisyah Razaanah
"

Penelitian tentang pemanfaatan mikroalga sebagai sumber alami karotenoid sangat meningkat saat ini, berkat beragam aplikasi karotenoid dalam industri farmasi, kesehatan, dan makanan. Chlorella vulgaris digunakan sebagai sumber senyawa karotenoid karena memiliki kandungan total terbesar dibandingkan dengan mikroalga Chlorophyta lainnya. Agar berhasil dalam ekstraksi karotenoid, metode ekstraksi perlu dipertimbangkan, karena sifat karotenoid yang mudah rusak dan terdegradasi oleh paparan cahaya, panas, dan oksigen. Ultrasound assisted extraction dipilih sebagai metode ekstraksi karena metode non-termal dengan konsumsi energi dan kebutuhan pelarut yang rendah. Parameter yang diuji dalam penelitian ini terdiri dari: jenis pelarut, rasio volume pelarut terhadap berat biomassa, dan waktu ekstraksi. Senyawa karotenoid diidentifikasi dengan menggunakan spektroskopi UV-Vis. Produktivitas biomassa C. vulgaris yang diperoleh adalah sebesar 0,095 ± 0,014 g/L/hari. Karotenoid yang diidentifikasi dari C. vulgaris adalah lutein. Hasil karotenoid tertinggi yang diperoleh adalah sebesar 1,341 ± 0,119 mg/g dengan menggunakan etanol, rasio solid terhadap pelarut 1: 100 (g/mL), dan waktu ekstraksi 5 jam. Produktivitas volumetrik lutein dicapai pada 0,127 ± 0,011 mg/L/hari. Kondisi ekstraksi untuk peningkatan yield karotenoid secara signifikan adalah sebagai berikut: etanol sebagai pelarut ekstraksi, frekuensi ultrasonik 35 kHz, intensitas ultrasonik 0,4 W / cm2, waktu ekstraksi 2 jam, dan rasio biomassa terhadap pelarut 100 ml/g.

 


The research around algae utilization as natural source of carotenoids has been intense in the 21st century given the wide applications of carotenoids in pharmaceutical, health, and food industry. Chlorella vulgaris is used as a source of carotenoid compounds because it has the largest total content compared to the other Chlorophyta microalgae. In order to be successful in extraction of carotenoids, extraction method needs to be considered, due to carotenoids properties that are easily damaged and degraded due to exposure to light, heat, and oxygen. Ultrasound assisted extraction was chosen because its a non-thermal method with low energy consumption and solvent requirement. The parameters tested in this study consists: extraction solvent, solid to solvent ratio, extraction duration. The extracted carotenoids were identified by using UV-Vis spectroscopy. Biomass productivity of C. vulgaris obtained was 0.095 ± 0,014 g/L/day. The identified carotenoids from C. vulgaris was lutein. The highest carotenoid yield was achieved at 1.341 ± 0.119 mg/g by using ethanol as extraction solvent, solid to solvent ratio at 1:100 (g/mL) and 5 hours extraction time. The volumetric lutein productivity was achieved at 0.127 ± 0.011 mg/L/day. The optimum extraction conditions to increase carotenoids yield was the following: ethanol as extraction solvent, ultrasound frequency 35 kHz, ultrasound intensity 0.4 W/cm2, extraction time 2 h, and solid to solvent ratio 100 ml/g.

"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gina Ariana
"Dengan meningkatnya pengguna kendaraan listrik, kini ada permintaan yang lebih tinggi untuk logam seperti nikel dan kobalt yang sebagian besar ditemukan di katoda baterai. Laterit, yang umum di daerah tropis, menyediakan sumber daya utama untuk logam-logam ini. Meskipun demikian, mengekstrak dan memisahkannya dengan cara yang efektif masih merupakan tantangan. Oleh karena itu, penelitian ini mempelajari pelindian bijih laterit pre-roasted dan pemurniannya melalui ekstraksi pelarut. Rangkaian tahapan dimulai dari pelindian menggunakan H2SO4, diikuti oleh pengaturan pH dan pemisahan selektif menggunakan Cyanex 272. Pelindian dilakukan pada suhu 50°C, 70°C, dan 90°C untuk mengamati pengaruh suhu terhadap kelarutan nikel dan kobalt. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelarutan nikel meningkat dari 11,70% pada 50°C menjadi 17,80% pada 70°C, dan 33,30% pada 90°C. Terlepas dari itu, efisiensi pelindian mungkin telah dibatasi oleh terperangkapnya nikel dan kobalt dalam mineral silikat, yaitu antigorit. Untuk meminimalkan gangguan besi dalam ekstraksi pelarut, pH disesuaikan menjadi 4,5 menggunakan NH4OH, yang berhasil mengendapkan besi, dan mampu menurunkan kandungan besi hingga 94,27%. Kobalt dipindahkan secara selektif ke fasa organik menggunakan Cyanex 272 dan dilanjutkan dengan proses stripping. Namun, hasil stripping menunjukkan kobalt tidak terdeteksi dalam fasa aqueous. Hal tersebut menandakan bahwa kondisi stripping tidak cukup kuat untuk membalikkan kesetimbangan ekstraksi. Hal ini menyoroti perlunya pengoptimalan yang tepat dari tahap stripping untuk memastikan pemulihan kobalt yang efisien.

With the increasing use of electric vehicles, there is now a higher demand for metals such as nickel and cobalt which are mostly found in battery cathodes. Laterite, which is common in tropical regions, provides a major resource for these metals. However, extracting and separating them effectively remains a challenge. Therefore, this study investigated the leaching of pre-roasted laterite ore and its purification through solvent extraction. The series of steps started with leaching using H2SO4, followed by pH conditioning and selective separation using Cyanex 272. Leaching was carried out at temperatures of 50°C, 70°C, and 90°C to observe the effect of temperature on the solubility of nickel and cobalt. The results showed that the nickel solubility increased from 11.70% at 50°C to 17.80% at 70°C, and 33.30% at 90°C. Despite this, the leaching efficiency may have been limited by the entrapment of nickel and cobalt in the silicate mineral, namely antigorite. To minimize the interference of iron in the solvent extraction, the pH was adjusted to 4.5 using NH4OH, which successfully precipitated the iron, reducing the iron content to 94.27%. Cobalt was selectively transferred to the organic phase using Cyanex 272 followed by the stripping process. Nonetheless, the stripping results showed that cobalt was not detected in the aqueous phase. This indicates that the stripping conditions were not strong enough to reverse the extraction equilibrium. This highlights the need for proper optimization of the stripping step to ensure efficient cobalt recovery."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library