Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Amirul Auzar Ch.
"Kajian-kajian tentang lanskap spiritual terdahulu selalu berkaitan dan didukung dengan kekuatan eksternal seperti penghormatan terhadap leluhur, roh halus, simbolisasi mikro kosmik, dan bahkan sosial politik. Tesis ini mencoba untuk menambahkan perdebatan tentang bagaimana lanskap spiritual dibangun dari hal yang sangat partikular dan profan dengan bentuk-bentuk komodifikasi terhadap Gunung Kawi. Selain itu, penelitian ini juga mencoba untuk memahami bagaimana mereka tetap paralel dan bermakna dengan kesakralan Gunung Kawi. Dengan menggunakan metode etnografi dan melakukan pengamatan yang mendalam, saya menjumpai dua keberadaan yang signifikan untuk ditelaah lebih lanjut yaitu keberadaan pengunjung dan warga. Saya juga melihat bahwa interaksi pengunjung dan warga melahirkan praktik komodifikasi. Bertumpu pada pemikiran Bateson, ia menyatakan bahwa suatu kebudayaan penting untuk dilihat dari interaksi mereka dengan kebudayaan lain. Hal ini membuktikan bahwa feedback loops keberadaan pengunjung dan warga yang saling berinteraksi sebelumnya membentuk entitas baru bernama pengantar tamu. Pada saat tertentu, pengantar tamu memperlakukan Gunung Kawi dengan sangat sakral dalam wujud punden. Di samping itu, pengantar tamu juga melakukan praktik komodifikasi terhadap situs suci yang di dalamnya terdapat persaingan, pertarungan, dan kepentingan. Pengantar tamu menciptakan praktik-praktik komodifikasi yang pada akhirnya menjadi penting untuk menjaga eksistensi kesakralan Gunung Kawi. Komodifikasi juga diperlukan untuk mencari mekanisme order dalam memperoleh pembangunan dan kesejahteraan warga yang diperoleh dari pengunjung.

Studies of the preceding spiritual landscape are always related and supported by external forces such as the respect for ancestors, spirits, micro-cosmic symbolizations, and even socio-politics. This thesis tries to add the debate about how the spiritual landscape is created from something very particular and profane with the commodified forms of Gunung Kawi. In addition, this study also tries to understand how it remains parallel and meaningful with the sacredness of Gunung Kawi. By using ethnographic methods and conducting in-depth observations, I found two significant existences to be studied further : the existences of visitors and residents. I also saw that the interaction of visitors and residents created the practice of commodification. Based on Bateson's intellection, he stated that culture is important to be seen from its interaction with other cultures. This proves that the feedback loops where visitors and residents interacted with each other formed a new entity called a pengantar tamu. At certain times, the pengantar tamu treated Gunung Kawi very sacredly in the form of punden. In addition, pengantar tamu also carried out commodification practices to sacred sites in which there are competitions, fights, and interests. The pengantar tamu created commodification practices which in the end became important to maintain the existence of the sacredness of Gunung Kawi. Commodification is also needed to find an order mechanism in obtaining the development and welfare of residents obtained from visitors."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alvin Nugraha Pratama
"Air dalam ranah spiritualitas menjadi salah satu alat utama untuk berpegang pada devosi ideal atau keinginan untuk menyatu dengan apa yang dianggap sebagai yang ilahi. Selama berabad-abad, air memainkan peran sebagai kekuatan yang memberi kehidupan dan juga memurnikan. Dalam budaya spiritual Jawa, sebuah amalgamasi dari Hindu-Buddha, Animisme-Dinamis, dan adat Islam, air telah digunakan untuk berbagai ritual sementara juga diwujudkan dan dimanifestasikan dalam sistem kepercayaan itu sendiri. Sistem kepercayaan Jawa sangat berakar pada pemahaman yang mendalam tentang mekanisme kosmologi di alam. Ini terdiri dari pengetahuan sehari-hari sampai budaya tinggi di Keraton, sebuah pedoman yang akan menghormati dan melestarikan mata pencaharian orang Jawa. Ada transendensi dan kesakralan definitif dalam budaya spiritual Jawa, di mana sebagian dapat dianggap sebagai kepercayaan mistis dan sebagian lagi sebagai praktik kokoh yang telah menjadi tradisi sejak berdirinya Kesultanan Mataram. Konvergensi Panembahan Senopati dan Ratu Kidul telah menandai awal yang kuat dan ikatan terhadap alam mistisisme, spiritualitas, dan transendensi yang berasal dari sosok feminin ketuhanan yang terikat akan lautan. Reinterpretasi air dari ritual dan konstruksi spasial yang diteliti untuk proyek ini mempengaruhi rekonstruksi transendensi dan kesakralan air untuk membangun jagad hipotesis sosok feminin ilahi tersebut.

Water in the realm of spirituality became one of the main tools to adhere to an ideal devotion or desire to be united with what is perceived as the divine. For centuries, water played the role of a life-giving force and also purifying one. In Javanese spiritual culture, an amalgam of Hindu-Buddha, Animism-Dynamism, and Islamic customs, water has been used for numerous rituals while also manifesting in the belief system itself. The Javanese belief system is rooted in a deep understanding of mechanisms of cosmology within the natural realm. It consists of concise know-how of daily life up until the high culture of Keraton, guidelines that would respect and preserve the livelihood of the Javanese people. There is a definitive transcendency and sacredness in the Javanese spiritual culture, where some could be considered as mystical beliefs and others as solid practices that have been a tradition since the creation of the Mataram Sultanate. The convergence of Panembahan Senopati and Ratu Kidul has marked a strong beginning and bond towards the realms of mysticism, spirituality, and transcendency that came from the ocean-bound divine feminine figure. Reinterpretations of water from rituals and spatial constructs researched for this project influence the reconstruction of the transcendency and sacredness of water to establish a hypothetical realm of the divine feminine figure."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library