Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 504 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Prima Yusi Sari
Abstrak :
Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis pengaruh right issue terhadap return harga saham setelah cum date serta faktor-faktor yang mempengaruhinya, yaitu bid-ask spread, rasio jumlah lembar saham baru terhadap saham lamanya, dan diskon hargga penawaran saham baru yang diberikan. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka dilakukan observasi terhadap 84 perusahaan yang menerbitkan right di BEJ dalam kurun waktu antara tahun 1994 hingga 1996. Selanjutnya, data yang diperoleh tersebut diolah dengan menggunakan event study methodology dengan menetapkan ex date sebagai t O. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan sign test dan multiple regression and correlation analysis. Regresi tersebut dilakukan pada periode t (+1, +5) dengan menetapkan eummulative abnormal return sebagai variabel terikatnya dan bid ask spread, rasio jumlah lembar saham baru terhadap saham lamanya, dan diskon harga penawaran saham baru sebagai variabel bebasnya. Abnormal return sebagai proxy dari harga saham diukur dengan menggunakan market model method yang telah mengalami penyesuaian dengan memasukkan unsur return dari nilai tukar rupiah terhadap US dollar. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diperoleh hasil bahwa adanya penawaran umum terbatas (right issue) cenderung menimbulkan reaksi pasar yang negatif pada short event window maupun pada long event window. Adanya bid ask spread dan rasio jumlah penawaran saham halal terhadap saham lamanya yang semakin besar ternyata dapat menimbulkan reaksi pasar yang positif terhadap harga saham setelah cum date, namun variabel terakhir kurang signif kan. Sedangkan diskon harga penawaran saham baru yang semakin besar akan memberikan reaksi pasar yang negatif terhadap harga saham setelah turn date.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2000
T8672
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rianti Setyawasih
Abstrak :
ABSTRAK
Perusahaan melakukan corporate action dalam rangka memaksimumkan nilai perusahaannya, Apabila dipandang dari sudut cash flow, tindakan korporat yang dilakukan perusahaan secara umum terdiri dari dua bagian yaitu yang melibatkan cash flow seperti menambah hutang, menambah modal atau membayar dividend dan tindakan korporat yang tidak melibatkan cash flow seperti stock splits, stock dividends dan saham bonus. Satu hal yang menjadi pertanyaan adalah apakah tindakan korporat yang tidak melibatkan cash flow bisa meningkatkan kemakmuran pemegang saham?, berdasarkan penelitian di bursa negara lain seperti NYSE, StSE membuktikan bahwa hal itu bisa terjadi.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah pengumuman pemecahan saham mengandung informasi yang mempengaruhi reaksi investor terhadap pengumuman stock splits di Bursa Efek Jakarta, kemudian dilanjutkan dengan melihat faktor-faktor apa yang mempengaruhi reaksi investor tersebut disamping informasi stock splits. Untuk tujuan tersebut digunakan metode event study seperti yang telah dilakukan oleh Grinblatt at al. (1994), Lakonishok & Lev (1987), Lamoureux & Poon (1987), Masse at al_ (1997), dan lain-lain.

Penelitian dilakukan terhadap stock splits yang dilakukan di BEJ periode 1995 ski Juni 1997. Dengan menggunakan market model untuk menghitung abnormal return, basil penelitian menunjukkan bahwa pengumuman stock splits di Bursa Efek Jakarta ternyata mengakibatkan reaksi harga yang positif dan signifikan pada satu hari dan dua hari setelah tanggal pengumuman (digambarkan dengan adanya abnormal return pada hari tersebut). Pengamatan yang dilakukan pada periode pengumuman (yaitu tiga hari sebelum dan sesudah pengumuman) menunjukkan adanya cummulative average abnormal return (CAAR) yang positif dan signifikan. Masih ditemukannya return abnormal di sekitar pengumuman dapat juga diartikan bahwa Bursa Efek Jakarta tidak efisien dalam bentuk setengah kuat (semi strong-form efficiency), karena apabila pasar efisien dalam bentuk ini tidak akan ada strategi apapun yang dapat dilakukan investor untuk menghasilkan abnormal return yang signifikan setelah informasi menjadi milik publik.

Hasil penelitian selanjutnya terhadap determinan abnormal return periode pengumuman (Cummulative Abnormal Return atau CAR pada 3 hari sebelum dan sesudah pengumuman), ditemukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara variabel RUNUP (peningkatan harga sebelum pengumuman), LEAKR (proksi kebocoran informasi), BETA (risiko sistematis), DIVYLD (dividend yield) dan PDIV (perubahan cash dividend) sebelum pengumuman dengan dampak pengumuman stock splits terhadap harga saham (CAR periode pengumuman). Sedangkan variabel MARKET (pergerakan pasar periode pengumuman), RVAR (residual variance) dan log SIZE (ukuran perusahaan) sebelum pengumuman tidak berpengaruh signifikan terhadap CAR periode pengumuman.
2000
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Supardjo
Abstrak :
PT Jasa Raharja (Persero) adalah perusahaan asuransi kerugian sehingga termasuk dalam kelompok jenis usaha lembaga keuangan Non Bank, dengan demikian, salah satu kegiatan utamanya adalah melakukan pengelolaan dana melalui kegiatan investasi. Salah satu ukuran tingkat kinerja perusahaan asuransi adalah dan tingkat kemampuannya mengelola dana untuk memperoleh hasil investasi secara optimal serta mampu menutup biaya usaha atau overhead cost perusahaan. Permasalahan PT Jasa Raharja (Persero) selama tahun buku 1994 sampai dengan tahun 1998, diantaranya bahwa hasil investasinya belum dapat menutup biaya usaha perusahaan serta terdapat portofolio investasi yang hasilnya sangat kecil jika dibandingkan dengan perolehan hasil investasi secara keseluruhan maupun dengan tingkat keuntungan pasar/umum yaitu portofolio investasi penyertaan langsung. Untuk itu penulis mencoba melakukan evaluasi dan analisis serta memberikan solusi pemecahannya. Dalam melakukan evaluasi dan analisis diperlukan data; komposisi dana, hasil investasi berikut perinciannya, realisasi biaya usaha, serta data pelengkap/ pendukung. Berdasarkan data-data yang diperoleh, maka penulis melakukan evaluasi dan analisis dengan menggunakan konsep; Nilai waktu dari pada uang, tehnik Reward to Variability Measure (RVAR) dan Differential Return Measure (DRM). Hasil evaluasi dan analisis tersebut menunjukkan bahwa seluruh portofolio investasi penyertaan langsung selama lima tahun mempunyai kinerja yang tidak baik. Berdasarkan hasil evaluasi tersebut, maka disarankan agar apabila diperkirakan/ diasumsikan kondisi pasar serta variabel lain yang mempengaruhi investasi di masa yang akan datang akan sama dengan dengan kondisi masa penelitian maka sebaiknya portofolio investasi pada saham penyertaan langsung tersebut dapat dipertimbangkan untuk dihentikan/dijual dan akan lebih menguntungkan jika di investasikan pada portofolio yang menjanjikan tingkat bunga yang pasti misalnya deposito berjangka.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2000
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erwansyah
Abstrak :
Hutang ribawi berbasiskan bunga merupakan sebuah dilema yang sedang dihadapi umat muslim dewasa ini. Keberadaan hutang tersebut mendapat tentangan dari sebagian ahli hukum Islam, tetapi penggunaannya sudah sedemikian meluasnya (built-in) diberbagai bidang perekonomian. Melihal fakta tersebut, sebagian ahli hukum Islam membolehkan penggunaan hutang ribawi dengan alasan darurat. Karya akhir ini mencoba melihat pengaruh keberadaan hutang ribawi terhadap kinerja keuangan yang diwakili oleh tingkat imbal hasil bagi pemilik modal (ROE) dan total aset secara keseluruhan (RUI), efektifitas kinerja operasional yang diwakili oleh tingkat margin keuntungan operasi (OPM) dan pergerakan harga saham perusahaan yang diwakili oleh harga pasar terhadap nilai buku perusahaan (PBV).
The Interest hearing debt has become a dilemma for moslem society recently. Some of Islamic jurists are against its existence, but the use of interest bearing debt has become pervasive in the economic activity. As a consequence, majority of Islamic jurist allowed interest bearing debt for emergency reason. This thesis tries to explore the effect of interest bearing debt to the firm's financial performance represented by return on equity (ROE), the effectiveness of interest bearing debt allocation to the firm's operational performance represented by operating profit margin (OPM) and market value of firm's share price represented by book to market value ratio (PBV).
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2003
T11869
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cynthia Afriani
Abstrak :
ABSTRAK Pendekatan terhadap penilaian saham yang tersedia bagi investor semakin berkembang guna mengakomodir harapan investor dalam memperoleh imbal hasil saham sebesar-besarnya dengan diimbangi peningkatan risiko sekecil mungkin. Burgstahler dan Dichev (1997) menunjukkan bahwa nilai pasar saham tergantung pada laba maupun nilai buku. Laba mengukur efektifitas suatu perusahaan saat ini dalam mengelola sumber dayanya (recursion value) sedangkan nilai buku mengukur nilai sumber daya perusahaan terlepas dari efektifitas penggunaan sumber daya saat ini (adaptation value). Ketika rasio laba/nilai buku tinggi, perusahaan cenderung meneruskan Cara saat ini dalam mengelola sumber dayanya, dan laba merupakan faktor dominan yang berpengaruh pada nilai saham perusahaan (recursion value perusahaan adalah tinggi). Sebaliknya, ketika rasio laba/nilai buku rendah, perusahaan cenderung memilih alternatif lain dalam mengelola sumber dayanya, dan nilai buku merupakan faktor dominan yang berpengaruh pada nilai saham perusahaan (adaptation value adalah tinggi). Dengan demikian, adanya pilihan (opsi) dalam pengelolaan sumber daya perusahaan nierupakan alasan penggunaan model opsi oleh Burgstahler dan Dichev (1997). Berkaitan dengan pengujian Burgstahler dan Dichev (1997) tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis penggunaan konsep opsi dalam menilai nilai saham perusahaan di Bursa Efek Jakarta (BEJ). Pengaruh laba dan nilai buku ekuitas terhadap nilai pasar dilihat secara bersamaan dan diperlihatkan dalam bentuk non-linear dengan mengacu pada model opsi yang diberikan oleh Burgstahler dan Dichev (1997). Penelitian ini merupakan penelitian empiris pertama di Indonesia yang menguji pengaruh laba dan nilai buku secara bersamaan terhadap nilai pasar serta kemungkinan hubungan non-linear antara laba dan nilai buku pada nilai pasar. Populasi dalam penelitian ini adalah 100 (seratus) saham per tahun yang telah go public selama kurun waktu 1993-1996 di Bursa Efek Jakarta. Data yang diambil dari populasi tersebut merupakan data sekunder yang diperoleh dari Jumal Pasar Modal dan Jurnal Jakarta Stock Exchange. Dengan demikian sampel yang diambil berjumlah 400 saham. Selanjutnya, sampel terpilih dianalisis dengan menggunakan model piece-wise linear approximation dan model kuadratik. Model piece-wise linear approximation memerlukan pembagian sampel menjadi tiga kelompok dengan jumlah sampeI yang relatif sama dalam tiap kelompok, yaitu kelompok dengan tingkat laba rendah, tingkat laba menengah, dan tingkat laba tinggi. Keunggulan model ini adalah, selain dimungkinkan pengujian perbedaan slope antar kelompok, dimungkinkan juga pengujian perbedaan intercept. Namun, kelemahannya adalah dalam penentuan cut-off point yang membedakan 3 kelompok, di mana penentuannya adalah arbitrary. Selain itu persamaan tersebut mengasumsikan bahwa di dalam tiap kelompok hubungannya adalah linear. Untuk mengatasi kelemahan ini maka selain menggunakan persamaan diatas, penelitian ini juga menggunakan model kuadratik di mana keunggulan model ini adalah tidak perlu menentukan cut-off point serta tidak ada asumsi hubungan linear untuk tiap kelompok. Namun model ini tidak dapat menguji perbedaan intercept antar kelompok secara langsung. Hasil penelitian dari model piece-wise linear approximation menemukan bahwa semakin tinggi tingkat laba, semakin kuat keterkaitan antara tingkat laba dan harga saham. Bukti yang ditemukan adalah : a) terjadi peningkatan koefisien slope dan kelompok rasio Iaba/nilai buku rendah ke tinggi; dan b) terjadi penurunan koefisien intercept dari rasio Iaba/nilai buku rendah ke tinggi. Temuan ini membuktikan bahwa recursion value semakin mendominasi nilai saham untuk saham dengan laba relatif tinggi sedangkan adaptation value semakin mendominasi nilai saham untuk saham dengan laba yang relatif rendah. Model kuadratik bahkan menghasilkan keluaran yang lebih baik dari model piece-wise linear approximation karena koefisien intercept dan slope adalah sangat signifikan. Selain itu, koefisien determinasi (R2) pada model kuadratik sedikit lebih tinggi dibandingkan model piece-wise linear upproxirnation. Kesimpulan yang dapat diambil adalah hasil penelitian di BEJ konsisten dengan riset yang telah dilakukan Surgstahler dan Dichev (1997). Hasil penelitian tersebut membuktikan bahwa laba dan nilai buku secara bersama-sama mempengaruhi nilai pasar saham sehingga bentuk hubungan tersebut menyerupai call option.
1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rr. Prasetiowati
Abstrak :
Dalam kegiatan di pasar saham, seorang investor akan selalu berusaha mengumpulkan informasi mengenai kondisi perekonomian sebuah negara guna mengukur resiko yang akan diambilnya demi tercapainya sebuah investasi yang efisien. informasi mengenai kondisi perekonomian tersebut salah satunya dapat dilihat melalui policy instruments sebagai alat dari kebijaksanaan moneter pemerintah sebuah negara dalam rangka melakukan kebijaksanaan stabilisasi. Di Indonesia, informasi mengenai salah satu policy instruments (yaitu Operasi Pasar Terbuka) dapat dipantau melalui suku bunga Sertifikat Bank Indonesia. Penelitian ini merupakan event study yang bertujuan untuk :
1. Mengetahui adanya hubungan negatif antara perubahan suku bunga SRI dengan Indeks Harga Saham Gabungan;
2. Mengetahui adanya hubungan negatif antara perubahan suku bunga SBI dengan Indeks Harga Saham Industri;
3. Mengetahui apakah faktor perbedaan karakteristik dari masing-masing industri merupakan faktor yang mempengaruhi sensitivitas return setiap industri terhadap perubahan suku bunga SBI. Penelitian yang terlebih dahulu dilakukan di luar negeri tentang kebijaksanaan moneter dan pasar saham telah dilakukan diantaranya oleh Booth dan Booth (1997), Waud (1970), Jensen dan Johnson (1993) dan Thorbecke (1997). Kemudian Jensen, Johnson dan Bauman (1997) meneliti lebih lanjut mengenai hubungan return jangka pendek dan return jangka panjang dengan perubahan discount rate yang berbeda untuk setiap industri. Perbedaan pada reaksi jangka pendek menunjukkan harapan investor bahwa perubahan discount rate tersebut akan mempengaruhi berbagai industri dengan kadar yang berbeda. Sedangkan reaksi jangka panjang menunjukkan return yang diharapkan investor pada tiap industri akan berbeda sesuai dengan perubahan lingkungan moneter. Periode observasi untuk Indeks Harga Saham Gabungan dimulai tahun 1993 hingga pertengahan tahun 1998, sedangkan untuk Indeks Harga Saham Industri dimulai tahun 1996 hingga pertengahan tahun 1998. Sampel diambil dari seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta pada saat periode penelitian, telah mengeluarkan laporan keuangan pada saat periode penelitian serta perusahaan yang mengeluarkan laporan keuangannya per 31 Desember setiap tahunnya. Perusahaan-perusahaan tersebut kemudian digolongkan menjadi 9 industri sesuai yang ditentukan oleh Bursa Efek Jakarta. Ada 3 model yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu model 1 (untuk mengetahui tentang reaksi indeks pasar saham gabungan di sekitar pengumuman perubahan suku bunga SBI), model 2 (untuk mengetahui tentang reaksi indeks harga saham tiap industri di sekitar pengumuman perubahan suku bunga SBI) dan model 3 (untuk mengetahui apakah faktor perbedaan karakteristik dari tiap industri merupakan faktor yang mempengaruhi sensitivittas return setiap industri terhadap perubahan suku bunga SBI). Berdasarkan analisis hasil penelitian, didapatkan bahwa indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Jakarta menunjukkan reaksi yang negatif dan signifikan terhadap pengumuman perubahan suku bunga SBI, terutama pada pengumuman perubahan suku bunga SBI periode 28 hari. Selain itu, nilai R2 yang dimiliki SBI periode 28 hari ini relatif lebih tinggi daripada nilai R2 yang dimiliki SBI periode lainnya. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa sinyal jangka pendek dari Bank Indonesia ditanggapi secara negatif dan signifikan oleh Bursa Efek Jakarta serta perubahan yang terjadi pada suku bunga SBI periode 28 hari paling dapat menjelaskan perubahan yang terjadi pada IHSG dibandingkan dengan SBI periode lainnya. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Booth dan Booth (1997), Waud (1970), Jensen dan Johnson (1993) dan Thorbecke (1997). Kesimpulan lain yang dapat diambil adalah bahwa B dari 9 lndeks Harga Saham Industri di Bursa Efek Jakarta menunjukkan reaksi yang negatif dan signifikan terhadap pengumuman perubahan suku bunga SBI, terutama pada SBI periode 28 hari. Industri yang paling sensitif terhadap perubahan suku bunga SBI adalah Aneka Industri serta Industri Properti, Real Estat dan Konstruksi Bangunan. Nilai R2 yang dimiliki SBI periode 28 hari ini juga relatif lebih tinggi daripada nilai R2 yang dimiliki SBI periode lainnya. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa sinyal jangka pendek dari Bank Indonesia ditanggapi secara negatif dan signifikan oleh Bursa Efek Jakarta serta perubahan yang terjadi pada suku bunga SBI periode 28 hari paling dapat menjelaskan perubahan yang terjadi pada IHSI dibandingkan dengan suku bunga SBI periode lainnya. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Thorbecke (1997). Kesimpulan terakhir adalah bahwa setiap industri ternyata memiliki perbedaan sensitivitas terhadap pengumuman perubahan suku bunga SBI. Hal ini dapat dilihat dari besarnya angka J3 yang dimiliki tiap industri yang berlainan satu sama lain, baik untuk regresi tahunan maupun regresi gabungan. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Jensen, Johnson dan Bauman (1997), khususnya mengenai reaksi jangka pendek. Lebih lanjut, pada tahun 1996 hanya tampak perbedaan yang signifikan antara industri yang sensitif dan yang tidak sensitif terhadap perubahan suku bunga SBI. Sedangkanr di tahun 1997 variabel-variabel yang diujikan tersebut tidak lagi sesuai dengan ekspektasi semula. Pada regresi gabungan, hanya variabel financial leverage yang menunjukkan nilai positif dan signifikan. Adanya hasil signifikansi seperti ini diduga karena sensitivitas IHSI sebetulnya tidak terlalu dipengaruhi oleh variabel-variabel independen yang diujikan. Sejak tahun 1997 diduga masih banyak faktor lain yang lebih mempengaruhi sensitivitas IHSI yang tidak dilihat lebih lanjut dalam penelitian ini. Hal ini diperkuat dari hasil R2 gabungan, dimana kemampuan dari perubahan faktor-faktor yang ada secara bersama-sama untuk menjelaskan perubahan yang terjadi pada sensitivitas industri main menurun dari tahun ke tahun.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syaipudin
Abstrak :
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji kebijakan pemerintah yang menjadi landasan hukum dilakukannya swastanisasi Bursa Efek Jakarta (BEJ), bentuk organisasi pasca privatisasi, kinerja organisasi Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan hubungan antara swastanisasi Bursa Efek Jakarta (BEJ) dengan perkembangan pasar modal di Indonesia. Di dalam penelitian ini penulis melakukan pengumpulan data melalui studi kepustakaan dan studi lapangan. Metode penelitian ini menggunakan disain penelitian deskriptif dan analisa data menggunakan pendekatan kualitatif. Sejak diaktifkan pada tahun 1977 sampai dengan tahun 1987 perkembangan Bursa Efek Jakarta (BEJ) tidak begitu menggembirakan, yaitu hanya 24 perusahaan yang melakukan emisi saham dengan nilai Rp 129,4 millar. Pengelolaan Bursa Efek Jakarta (BEJ) yang dilakukan oleh Bapepam yang berfungsi rangkap sebagai pengawas juga pelaksana bursa, banyak dikeluhkan oleh investor. Upaya swastanisasi Bursa Efek Jakarta (BEJ) ditandai dengan adanya Keppres No. 53 tahun 199o- dan Kep Menkeu No. 1548/1990. Pokok pikiran Keppres tersebut mengatakan bahwa, untuk menunjang perkembangan pasar modal, penyelenggaraan bursa efek dapat dipercayakan kepada pihak swasta, dengan tujuan untuk meningkatkan efisiensi pasar modal, baik secara teknis operasional maupun penyelenggaraan manajemennya. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa setelah 6 (enam) tahun pelaksanaan swastanisasi (privatisasi) Bursa Efek Jakarta (BEJ) perkembangan pasar modal cukup menggembirakan. Di tangan lembaga swasta ini, pengelolaan bursa dapat dilakukan secara profesional dan efisien, yang kemudian ditopang dengan lahirnmya Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang pasar modal, yang memberikan kepastian hukum kepada seluruh pelaku bursa, khususnya investor. Bagi Bapepam sendiri swastanisasi ini penting untuk menghindarkan terjadinya conflict of interest sebagai pelaksana sekaligus pengawas pasar modal. Dengan hanya melakukan tugas pengawasan, Bapepam dapat melindungi kepentingan investor serta dapat mengawasi penawaran saham kepada masyarakat dengan memberikan informasi yang transparan, fair dan full disclosure.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Valentinus Edy Hermawan
Abstrak :
Tesis ini membahas implikasi dari semakin mengglobalnya perdagangan saham internasional terhadap percaturan ekonomi politik suatu negara terutama dalam hal menjaga ketahanan dan kestabilan ekonominya. Tesis ini lebih melihat bagaimana hubungan yang dibangun oleh para pelaku pasar modal dan bagaimana mereka berinteraksi satu sama lain dalam sebuah industri pasar modal dunia lewat kacamata Ilmu Hubungan Internasional. Pembahasan mengenai hal ini menjadi penting dan dijadikan sebagai fokus perhatian utama penulis karena selama ini sudah banyak penelitian tentang industri pasar modal yang dilakukan oleh para peneliti sebelumnya yang berasal dari latar belakang llmu Ekonomi yang lebih melihat dari sisi bisnis dan keuangan. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh pakar Ilmu Hubungan Internasional masih sangat jarang. Maka letak nilai tambah dari penelitian ini terdapat pada upaya penulis untuk memanfaatkan penelitian ini dalam melakukan analisa saham dalam industri pasar modal. Penelitian ini mencoba untuk melihat sisi lain dari industri pasar modal internasional secara khusus dari sudut pandang keilmuan dan metodologi yang berkembang dalam Ilmu Hubungan Internasional yaitu dengan lebih memfokuskan penelitian pada hubungan dan interaksi yang dibentuk dan dilakukan oleh para pelaku pasar modal internasional, Penelitian tentang bagaimana perilaku para pelaku pasar modal internasional dalam interaksinya dengan para politisi negara maju menjadi bagian yang paling menarik dari penelitian ini. Pertanyaan penelitian yang perlu dijawab dalam tesis ini adalah bagaimana sampai terjadi hubungan interdepensi di antara pusat-pusat perdagangan saham internasional yang dalam tesis ini diwakili oleh The New York Stock Exchange (NYSE) dan Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan hal-hal apa saja yang melatarbelakangi fenomena tersebut? Pertanyaan ini diarahkan untuk memperoleh gambaran tentang proses globalisasi yang terjadi dalam industri pasar saham internasional. Hubungan interdependensi yang terjadi di antara bursa utama dunia terjadi sebagai akibat dari semakin mengglobalnya perdagangan saham dunia. Globalisasi perdagangan saham internasional tersebut terjadi seiring dengan semakin terintegrasinya jaringan perdagangan saham dengan memanfaatkan kemajuan teknologi informasi khususnya pemanfaatan jaringan internet dan jaringan Online Shares Trading seperti Bloomberg dan Reuters. Penelitian ini mempergunakan konsep pemikiran yang berkembang dalam Teori Liberal. Teori interdepensi menjadi acuan penting dalam penelitian ini. Hal ini terutama terkait dengan non-state actors yang terlibat dalam industri pasar modal dan asumsiasumsi yang diketengahkan dalam pluralisme. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Jenis penelitian yang dipergunakan adalah metode pembahasan deskriptif-analisis. Teknik pengumpulan data dengan cara mempergunakan existing statistic berupa data primer yang bisa diakses dari perdagangan saham internasional dari jaringan Reuters yang tersedia di lingkungan kerja peneliti. Data-data sekunder didapatkan dari beberapa situs Internet dan CD-ROM yang diterbitkan oleh PT Bursa Efek Jakarta. Data yang lainnya didapatkan dari sumber-sumber kepustakaan (library research) dari PRPM (Pusat Referensi Pasar Modal) dan The British Council Library, Jakarta. Penelitian ini menghasilkan beberapa temuan yaitu terjadinya hubungan interdepensi di antara pusat-pusat perdagangan saham internasional yang disebabkan oleh semakin mengglobalnya perdagangan saham dunia yang dipicu oleh perilaku para pemain saham untuk melakukan spekulasi saham guna memperoleh capital gain sebesar-besarnya dengan mengabaikan dampak buruk dari kegiatan mereka yang bisa menjadi semacam trigger (=pemicu) terjadinya krisis moneter di kawasan tertentu. Temuan penting lainnya yaitu terjadinya international conspiracy yang dilakukan oleh para pelaku para politisi negara-negara maju dengan memanfaatkan kepintaran dan keahlian pars pemain saham untuk melakukan perubahan politik, sistem ekonomi dan bahkan pergantian pemerintahan yang lebih sesuai dengan keinginan dan kepentingan para politisi tersebut untuk memperoleh bargaining power yang lebih besar terhadap negara-negara sasaran.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T12452
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eko Rizkianto
Abstrak :
Dalam membentuk suatu portfolio dan dengan menggunakan Single-Index Model diperiukan input data berupa beta saham-saham yang dimasukkan ke dalam portfolio. Dengan menggunakan model tersebut akan diperoleh gambaran mengenai hasil dan resiko dari portfolio. Semakin akurat estimasi beta dari masing-masing saham, akan semakin jelas gambaran dari hasil dan resiko portfolio. Masalah dalam penelitian ini adalah apakah kita bisa memperoleh estimasi beta saham yang akurat dengan hanya mengandalkan kepada beta historisnya ataukah diperlukan penyesuaian agar diperoleh hasil yang lebih baik. Terdapat 3 buah tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian. Pertama, ingin diketahui apakah beta historis dapat dijadikan prediktor bagi future beta. Kedua, ingin mengetahui apakah nilai dari future beta cenderung mendekati angka satu atau nilai beta historisnya. Ketiga, ingin mengetahui apakah ada pengaruh antara jumlah jenis saham yang diportfoliokan dengan tingkat akurasi prediksi beta portfolio untuk periode berikutnya. Penelitian dilakukan dengan menggunakan analisis time-series dan cross﷓sectional dengan mengambil sampel sebanyak 26 saham yang tergabung dalam kelompok Indeks LQ 45. Periode penelitian adalah antara bulan Januari 1995 sampai dengan bulan Desember 1996. Dengan meregresikan itudari masing-masing saham secara mingguan terhadap return pasar secara mingguan pula diperoleh beta saham untuk tahun 1995 dan 1996. Prosedur penyesuaian yang diajukan Blume adalah dengan meregresikan nilai beta saham 1996 terhadap beta saham 1995. Persamaan regresi yang diperoleh akan digunakan untuk mengestimasi beta saham untuk tahun 1996. Sementara itu, prosedur yang diajukan oleh Merril Lynch, Pierce, Fenner dan Smith (MLPFS) memiliki kemiripan dengan prosedur Blume di mana nilai beta saham 1996 yang telah disesuaikan dengan angka satu diregresikan terhadap nilai beta saham 1995 yang juga telah disesuaikan terhadap angka satu, yakni nilai beta portfolio pasar. Prosedur terakhir yang digunakan dalam penelitian ini adalah Prosedur Bayes, yaitu dengan menggunakan informasi yang terkandung dalam distribusi nilai beta saham pada periode sebelumnya untuk menghasilkan nilai beta yang telah disesuaikan. Hasil analisis terhadap data sampel menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang positif dan cukup tinggi antara beta saham tahun 1996 dan 1995. Selain itu juga dilakukan analisa stabilitas beta pada 2 periode berurutan. Hasilnya menunjukkan bahwa beta historis dapat dipakai sebagai prediktor bagi future beta. Namun akan lebih baik lagi apabila dilakukan sejumlah penyesuaian agar diperoleh nilai estimasi yang lebih baik. Hasil perhitungan MSE dari ke 3 prosedur penyesuaian memperlihatkan tingkat akurasi yang lebih baik. Dari ketiganya, prosedur Blume memberikan pengurangan forecast error terbesar, diikuti oleh prosedur MLPFS dan terakhir prosedur Bayes. Namun perlu diingat bahwa hal tersebut bukan berarti mutlak. Bukan tidak mungkin jika periode pengamatannya diperpanjang akan diperoleh hasil yang berbeda. Hasil perhitungan MSE dari portfolio yang terdiri dari 2, 3 dan 5 saham menunjukkan adanya peningkatan akurasi daya prediksi beta portfolio pada periode berikutnya. Semakin banyak jumlah jenis saham yang di portfoliokan, semakin tinggi akurasi prediksi untuk memperoleh future beta.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1998
T6156
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Leola Dewiyani
Abstrak :
Secara rasional tujuan investor dalam melakukan investasi adalah untuk memperoleh keuntungan, dalam hal ini return. Karena investasi yang dilakukan mengandung unsur ketidakpastian maka, investor harus mempertimbangkan fakto-faktor risiko. Menurut CAPM satu-satunya risiko yang patut dipertimbangkan dalam menjelaskan return adalah beta (risiko sistimatik), dimana pengaruh beta terhadap return tersebut adalah positip. Tetapi dalam berbagai studi empiris di Amerika terjadi berbagai kontradiksi pada model CAPM di atas, yaitu ada beberapa kasus yang tidak dapat diterangkan oleh CAPM. Berbagai studi tersebut menemukan bahwa hubungan antara beta dan return saham adalah lemah. Selain itu, temyata terdapat faktor-faktor lain selain beta (size perusahaan, rasio market to book (MUSE) dan price earning ratio (PER)) yang mempengaruhi return saham. Temuan-temuan tersebut menunjukkan bahwa selain beta, terdapat faktor-faktor lain yang dapat digunakan sebagai pengukur dari risiko saham. Berkaitan dengan pengujian CAPM. maka tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisa hubungan antara beta (risiko pasar), size (kapitalisasi pasar), market to book value (ME/BE) dan price earning ratio (PER) terhadap expected return saham di Bursa Efek Jakarta. Penelitian ini adalah yang pertama di Indonesia yang berusaha menyelidiki faktor faktor yang mempengaruhi expected return saham di Bursa Efek Jakarta. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh saham yang tercatat di Bursa Efek Jakarta mulai periode observasi Januari 1994 hingga Desember 1996. Data yang diambil dari populasi tersebut merupakan data sekunder yang dikumpulkan dari Bapepam dan Laporan Bursa Efek Jakarta. Pengambilan sampel dilakukan dengan memilih seratus perusahaan teraktif tiap tahunnya menurut volume perdagangan (shares) dan sampel tersebut dianalisa dengan menggunakan metode OLS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa CAPM telah gagal dalam memprediksi expected return, karena beta yang seharusnya merupakan satu-satunya faktor yang dapat mengungkapkan return ternyata tidak dapat memperlihatkan 'powernya. Sebaliknya ditemukan dua variabel yang berhubungan dengan expected return yaitu size dan ME/BE. Secara keseluruhan (boo/ea) kedua variabel ini memberikan pengaruh negatip yang tidak linier (dalam logaritma) terhadap return. Akan tetapi secaru tahunan hanyo pengaruh yang diberikan oleh variabel size yang signifikan, sedangkan pengaruh yang diberikan oleh variabel ME/BE tidak konsisiten tiap tahunnya. Lebih jauh lagi hubungan antara size dan return secara tahunan dipengaruhi oleh kondisi pasar. Pada kondisi bearish, peningkatan size akan diikuti pula dengan peningkatan return, tetapi apabila kondisinya bullish, saham dengan size kecil akan mempunyai return yang lebih tinggi dibandingkan saham dengan size yang lebih besar. Hal ini konsisten dengan argumen yang menyatakan bahwa size merupakan proksi bagi risiko, karena pada kondisi bearish saham dengan size kecil (risiko tinggi) tentunya akan mengalami penurunan return yang lebih tinggi, sehingga actual return yang terjadi akan lebih rendah dibandingkan saham dengan size yang lebih besar. Sebaliknya pada kondisi bullish, saham yang mempunyai risiko tinggi akan mengalami peningkatan return yang tinggi, sehingga actual return yang dihasilkan akan tinggi pula. Sedangkan pengaruh price earning ratio terhadap return saham-saham di Bursa Efek Jakarta tidak berhasil ditemukan pada penelitian ini.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>