Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 31 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Putu Bida
Abstrak :
ABSTRAK Masalah kualitas kehidupan kerja sangat erat kaitannya dengan masalah psikososial, dimana hal ini dapat dikatakan sebagai penyebab atau pencegah timbulnya penyakit serta kecelakaan ditempat kerja. Bukti-bukti yang didapat dari catatan bagian SHEA (Safety, Health and Environment Affairs) di lapangan block-B, kepulauan Natuna tahun 1993 dan 1994, menunjukkan terjadinya peningkatan frekuensi first aid case dari 35 kasus menjadi 55 kasus, lost work day case dari 0 kasus menjadi 1 kasus, fatality case dari 0 kasus menjadi 1 kasus dan penyakit dengan gejala tidak spesifik dari 981 kasus menjadi 1193 kasus. Hal ini merupakan indikasi adanya stres kerja. Untuk mendapatkan gambaran tentang stres kerja pada karyawan dilepas pantai dilakukan studi "kros seksional" yang mencoba mengkaji hubungan faktor intrinsik pekerjaan, faktor ekstrinsik pekerjaan dan faktor rumah tangga dan mencoba melihat kedudukan masing-masing faktor tersebut. Populasi penelitian adalah seluruh karyawan Conoco dan kontraktor di block-B. Cara pengumpulan data menggunakan teknik "self report measure" melalui kuesioner univariat, kai-kuadrat dan regresi logistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 116 responden (42.33%) dari populasi sebanyak 274 orang tergolong stres kerja. Terdapat 7 faktor yang mempunyai hubungan bermakna dengan stres kerja. Ke 7 faktor tersebut adalah berupa beban kerja yang tinggi (P = 0.010070), gaji yang tidak adil (0.03480), peraturan perusahaan yang dianggap buruk (0.00011), rasa keterpencilan (0.00035), hubungan dengan atasan (0.000810), rekreasi dan olah raga yang kurang (0.03429), dan faktor rumah tangga (0.002). Sedangkan faktor waktu kerja, pekerjaan monoton, task, promosi, rasa takut terhadap bahaya kecelakaan, serta hubungan sesama rekan sekerja tidak terbukti berhubungan dengan stres kerja. Kecenderungan mendapatkan stres kerja akan meningkat 2-3 kali pada responden yang mempunyai persepsi berupa hubungan rumah tangga buruk, hubungan dengan atasan yang buruk, rasa keterpencilan, dan beban kerja yang tinggi. Dilain pihak, faktor rasa keterpencilan mempunyai hubungan yang paling kuat dengan stres kerja (R = 2.3375), hubungan dengan atasan yang buruk (R = 1.8247) dan yang terakhir peraturan perusahaan yang buruk (R = 0.4081). Saran adalah mengingat keterbatasan penelitian seperti kerangka konsep yang diajukan belum dilakukan analisa faktor, kuesioner belum diuji dengan baik dalam hal validitas dan reabilitas dan sebagainya, maka diusulkan untuk dilakukan penelitian lebih mendalam guna mendapatkan hasil yang lebih baik untuk program intervensi.
ABSTRACT Psychosocial factors are recognized as determinant factor in quality of the working life and to be critical in the both the causation and the prevention of disease or accident in work place. Based on the 1993 and 1994 Safety, Health and Environment Affairs (SEA) base data indicated that some kind of accident and disease increased respectively, such as 35 of first aid case in 1993 compared to 55 cases in 1994, zero lost workday case in 1993 compared to 1 case in 1994, zero fatality case in 1993 compared to 1 case in 1994 and 981 cases of unspecific symptoms of disease compared to 1193 cases in 1994.Those indicated the occupational stress among employees. In order to get the figure of occupational stress among offshore employees, a "cross- sectional" study has been conducted to evaluate the relationships of factors intrinsic to the job, factors extrinsic to the job, and home arena and the ranking of those factors. All block-B offshore national Chinook and contractor employees will be the population of study (274 person). Questioner is used for gathering the data through out "self report measure" based on "life event scale". Furthermore, the data will he analyzed by using of univariat, bivariat and logistic regression method. There were 116 person suffered from occupational stress. And 7 from 13 independent variables indicated having significant relationship. Those mentioned factors are work over load (p=0, 010070), unfair salary (p=0,03480), unrealistic of company policy (p=0,00011), sense of remotely area (p=0,00035), bad relationship with supervisor (p=0,000810), unbalance of sport and recreation (p=0,03429) and home arena (p=0,002). On the contrary, some factors like over time, aspect of job monotone, task, promotion wise, accident risk, and individual relationship among the workers indicated no significant relationship to occupational stress. Beside, sense of remotely area showed the strongest relationship to occupational stress (R=2,3375), and then followed by bad relationship with supervisor (R=1,8247), and the last thing is an unrealistic of company policy (R=0,4081). It's considered that some limitation was found in the study. Therefore, it's suggested that factor analysis should be applied to the frame concept and questioner in the next research.
Depok: Universitas Indonesia, 1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Anas
Abstrak :
Male thread connection ( pin thread connection ) 5 % Full Hole merupakan area yang paling rentan terjadi kerusakan retak (crack failure), yang Salah Satunya disebabkan dengan adanya pemusatan tegangan disaat menerima pembebanan. Sehingga untuk menghindari terjadinya kerusakan padanya, dilakukan suatu modifikasi desain, dengan tujuan agar tidak terjadi lagi pemusatan tegangan pada area kritis. Langkah modifikasi yang dilalcukan adalah dengan menambahkan relief groove pada pin connection, yaitu menurunkan diameter pada pin neck length dari kondisi standar. Perubanhan penurunan diameter pin neck length dari kondisi standar itu dilakukan beberapa kali, yang kemudian dianalisa dengan menggunakan simulasi komputasi metode elemen hinnga, dengan pembebanan bengkok dan puntir. Pada analisa terhadap setiap desain hasil modifikasi tersebut dilakukan pengamatan terhadap teijadinya tegangan maksimum serta besarannya. Dari data yang ada memberikan hasil bahwa penambanhan relief groove atau penurunan diameter pin neck length, meniadakan terjadinya tegangan maksimum pada area kritis, yaitu dilembah profil thread. Tegangan mal-csimum yang teljadi setelah pembcbanan bergeser ke area yang lebih halus dan luas kontumya, yailu di area relief groove. Sehingga hal itu akan mengurangi kemungkinan terjadinya kerusakan retak pada area kritis (lembah thread). Juga dengan penambahan relieg groove, kemampuan mulumya lebih baik. Dapat disimpulkan bahwa penambahan relief groove pada male thread connection akan meningkatkan kemampuan defleksi (pemuluran) sehingga pada pengoperasiannya akan lebih aman digunakan pada pengeboran yang terjadi banyak belokan (pengeboran tidak sederhana).
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S37836
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Soemono
Bandung: Institut Teknologi Bandung, 1980
624.176 SOE t
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Mumuh Rohana
Abstrak :
Skripsi ini membahas mengenai besarnya tegangan, beban, dan pergeseran nozzle pada pompa sentrifugal sistem pemipaan Amonia Unitized Chiller. Perilaku pada sistem pipa ini digambarkan oleh parameter-parameter seperti besarnya tegangan, beban, pergeseran, momen, suhu, beban seismik dan parameter lainnya. Analisa dilakukan dengan mengacu kepada kode ASME B31.3 dan dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak Caesar II versi 5.0. Hasil dari analisa ini adalah untuk mendapatkan sistem pemipaan yang aman ditinjau dari berbagai parameter sehingga pipa dapat dioperasikan pada ketentuan yang telah dipilih.
The focus of this study is concerning in stress, load, and nozzle displacement at centrifugal pump on piping system at Ammonia Unitized Chiller. Piping system behavioral described by calculations such as stress value, load, displacement, moment, temperature, seismic load, and other calculations. This analysis performed in accordance with ASME B31.3 and Caesar II software ver. 5.0. Result of this analysis is to get save piping system which evaluated from many parameters so this piping system can be operated based on code selected.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
S50905
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rifky Netriady
Abstrak :
Pada tanggal 10 Mei 1990, terjadi peristiwa runtuhnya sebuah jembatan di atas Kali Krasak akibat kebakaran truk tangki bahan bakar. Sampai saat ini masih terjadi kesimpangsiuran tentang mengapa dan bagaimana sebenarnya keruntuhan tersebut dapat terjadi. Prof. Ir. Sidharta S. Kamarwan, dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa keruntuhan disebabkan turunnya batas tegangan leleh baja menjadi 50% akibat kenaikan temperatur hingga 300 oC yang mengakibatkan struktur rangka atas tidak mampu menahan gaya tekan yang terjadi, kemudian dilanjutkan oleh Arya Perdana menyimpulkan bahwa kegagalan struktur terjadi pada temperatur rata-rata 1125°C. Setelah membaca laporan tersebut, penulis merasa tertantang untuk meneruskan hasil penelitian beliau lebih lanjut, yaitu dengan merekonstruksi peristiwa tersebut melalui membuat prototype percobaan kemudian dari hasil percobaan tersebut dilanjutkan dengan simulasi menggunakan program ANSYS V11.0, salah satu program simulasi terbaik berbasis analisa elemen hingga. Percobaan dengan prototype berbasis pada teori keserupaan dengan menggunakan material aluminium dapat memberikan petunjuk bahwa deformasi struktur yang terjadi dimulai akibat terjadinya kenaikan temperatur pada elemen rangka jembatan yang diikuti dengan buckling pada beberapa titik lokasi. Kegagalan struktur mulai terjadi pada suhu 600 °C memiliki nilai modulus elastisitas sebesar ±62000 Mpa, pada deformasi maksimum, nilai modulus elastisitas dari simulasi model jembatan krasak adalah 22000 MPa (11% dari Modulus Elastisitas awal). ......On May 10, 1990, events in the collapse of a bridge Krasak by fire truck fuel tank. Until now there is still confusion about exactly why and how the collapse could occur. Prof. Ir. Sidhartha S. Kamarwan, in his study concluded that caused the collapse of the yield stress is drop limit to be 50% due to a rise in temperature to 300 ° C which resulted in a frame structure above is not able to withstand compressive force occurs, followed by Arya Prime conclude that the failure of the structure occurs at temperatures average average 1125 ° C. After reading the report, the authors feel challenged to continue his research further, by reconstructing events through prototyping experiments and from the results of the experiment followed by simulation using ANSYS V11.0 program, one of the best simulation program based on the finite element analysis. Experiments with a prototype based on the similarity theory using aluminum materials can provide clues that the structural deformation that occurs due to the temperature rise begins in order to bridge the element followed by buckling at some point locations. The failure of the structure began to occur at a temperature of 600 ° C has a modulus of elasticity values of ± 62 000 MPa, the maximum deformation, modulus of elasticity of simulation models Krasak bridge is 22 000 MPa (11% from early Modulus of Elasticity).
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
T31895
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Huston, Ronald L.
Boca Raton: CRC Press, 2009
624.176 HUS p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Hetenyi, M.
Canada: John Wiley & Sons, 1983
624.177 23 HET b
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Young, Warren C.
New York: McGraw-Hill, 2012
624.176 YOU r
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Timoshenko, Stephen P.
New York: McGraw-Hill , 1970
620.112 3 TIM t
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>