Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 13 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Darmi Setyaningsih
Abstrak :
Di berbagai negara dan industri, manajemen manufakturing dari sudut strategi hanya memainkan peranan pembantu dibandingkan dengan fungsi pemasaran dan keuangan. Kebanyakan perusahaan tidak mempunyai strategi manufakturing formal dan tidak diarahkan sama sekali untuk mencapai sasaran perusahaan. Padahal tanpa strategi yang berarti, perusahaan dapat membuat keputusan jangka pendek yang bisa kontradiksi dengan tujuan jangka panjang, dengan hasil yang tidak sesuai antara aktivitas manufakturing dan strategi perusahaan. PT. X sebagai suatu perusahaan yang bergerak dalam industri farmasi juga tidak terlepas dari kebutuhannya untuk mengelola operasi manufakturingnya agar dapat mendukung strategi perusahaan untuk dapat bersaing dalam pasar farmasi. Penelitian ini menggambarkan bagaimana manajemen operasi di PT. X menggunakan pendekatan audit manufakturing sebagai elemen dalam formulasi strategi manufakturing yang sejalan dengan strategi perusahaan. Formulasi strategi manufakturing menggunakan model dari Menda (2004) dan dilakukan untuk produk obat A dan B yang diproduksi sendiri oleh PT. X. Alternatif strategi manufakturing yang diperoleh adalah strategi penekanan biaya dan variasi rasa produk untuk produk A, serta strategi penekanan biaya untuk produk B. Dari kedua alternatif strategi manufakturing produk A, kemudian dipilih strategi yang paling sesuai untuk kebutuhan perusahaan saat ini dengan menggunakan metode Analytic Network Process (ANP). Kriteria kinerja yang digunakan meliputi biaya, kualitas, pengantaran, dan fleksibilitas. Strategi manufakturing yang dipilih adalah alternatif strategi yang mempunyai skor akhir paling besar, yaitu strategi variasi rasa produk baik untuk metode rata-rata responden dengan bobot yang berbeda maupun bobot yang sama.
In many countries and industries, manufacturing management is still subordinate in strategy making to the marketing and financial functions. Many firms have no formal manufacturing strategy and manufacturing is simply not geared to a business's corporate strategy. Without a meaningful strategy, firms often make short-term decisions that are in conflict with their long-term goals, which invariably results in a poor match between manufacturing activities and the firm's overall strategy. PT. X as a pharmaceutical company also has the need to manage their manufacturing operations in line with corporate strategy to leverage their competitive advantage in pharmaceutical market. This research describes how operation management in PT. X using manufacturing audit approach as key element to formulate manufacturing strategy that fit the corporate strategy. The formulation of manufacturing strategy proposed by Menda (2004) has applied in PT. X. The formulation is particularly used for medicine product A and B. Manufacturing strategy alternatives adopted include production cost reduction and variations of flavor for product A. For product B, manufacturing strategy adopted is only production cost reduction. From both manufacturing strategy alternatives of product A, the most suitable strategy for current condition of the company is selected using Analytic Network Process (ANP) method. Performance criteria used include cost, quality, delivery, and flexibility. The selected manufacturing strategy is variations of flavor that has the highest final score, for different or same weighted average of respondents? methods.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
T18634
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andry Arifin
Abstrak :
Penelitian ini fokus pada permasalahan dalam proses bisnis pembelian di industri jasa konstruksi yang disebabkan oleh harga barang dan/atau jasa tidak kompetitif; barang dan/atau jasa terlambat dibeli dan penawar potensial tidak ikut dalam proses pembelian yang berakar masalah pada proses pembelian yang tidak efektif dan efisien. Metode yang dipakai dalam penelitian ini ada 2 yaitu Peta Aliran Antar Fungsi (Cross Functional Flow Chart) untuk memetakan proses bisnis dan Metode Analisa Struktur Proses Bisnis untuk menganalisa hasil perbaikan proses bisnis pembelian tersebut. Efisien dan Efektif merupakan parameter penilaian proses bisnis tradisional. pengembangan yang dilakukan oleh Tjaden menghasilkan parameter statik yang dapat dipergunakan untuk mengukur hasil perbaikan proses bisnis. Parameter statik tersebut adalah efisiensi siklus, tingkat kesederhanaan (simplicity). tingkat integrasi (integration), dan tingkat fleksibilitas (flexibility).
This thesis focus in describing purchasing business process problems in construction industry which is caused by not competitive price, procurement delay, and potential bidder can not involve in purchasing process. All this problems are caused by in-effective and in-efficient purchasing business process in that industry. Method which is used in this thesis can be divided in two stages. First by using cross functional flow chart for mapping as-is purchasing business process and the second is using business process structural analysis to analyze the result of purchasing business process improvement. Efficient and effective is the old parameter to analyze business process, research by Tjaden has found static parameters which can be used to measure the result of business process improvement. These static parameters are cycle?s time efficiency, simplicity, integration and flexibility.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
T18631
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wilda Sukmawati
Abstrak :
Menghadapi persaingan bisnis yang terus-menerus berkompetisi, ditambah dengan bermunculannya pesaing baru dan kondisi kestabilan ekonomi serta politik yang tidak kondusif, perusahaan dituntut untuk menyusun kembali strategi bisnisnya. Perusahaan harus mempunyai strategi yang tepat untuk mengevaluasi dan menilai kinerja pemasok demi menjamin tersedianya produk/barang jadi yang berkualitas. Penelitian ini dilakukan di perusahaan pelayanan air bersih, yaitu di PT Thames Pam Jaya yang melayani penyediaan air bersih di wilayah Jakarta bagian Timur. Dalam penelitian ini akan dilakukan pengujian terhadap 12 perusahaan pemasok yang memasok 5 jenis material pipa saluran air bersih yang merupakan peralatan teknik untuk menunjang kegiatan perusahaan. Tahap pertama penelitian adalah menentukan tingkat kepentingan yang terdiri dari tujuan, kriteria, subkriteria dan skala intensitas dengan menggunakan kuesioner. Dari hasil pengolahan data diperoleh 6 kriteria yang dianggap panting dalam menilai kinerja supplier yaitu kualitas, harga, waktu pengiriman, pelayanan, kemampuan teknik dan komitmen manajemennya. Keenam kriteria ini diolah dengan menggunakan AHP. Hasil pengolahan AHP ini akan menjadi dasar pembuatan model matematis linear goal programming untuk dapat menentukan pemasok yang memberikan kontribusi terbaik bagi perusahaan.
Facing the evolving competition in business and the fact that many new entrances in business plus the economic and politic situations that are not conducive, a company must review their strategy so that they can survive in this very competitive environment. Management should find a new strategy to evaluate and review supplier performance to ensure they will only get good quality of supplies. This research was conducted in clean water provider, PT Thames Pam Jaya, who supplies clean water for east part of Jakarta. The evaluation was carried out against 12 suppliers who supplies 5 types of clean water pipe as major technical equipment to support company's activities. The first stage of this research was to determine the importance level of goal, criteria, sub-criteria and intensity scale using questionnaire. The result of data processing shows 6 criteria considered the most important to indicate supplier's performance that are quality, price, delivery time, service, technical skill and management commitment. The six criteria to be processed using AHP. The result of AHP process becomes the basic to create linear goal programming mathematics model to determine which supplier brings the best contribution to the company.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
T18629
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mutia Resty
Abstrak :
Sejak tahun 2007 pemerintah Indonesia melaksanakan program konversi untuk penggunaan bahan bakar minyak tanah ke Elpiji. Dengan meningkatnya permintaan LPG, kesempatan usaha Stasiun Pengisian dan Pengangkutan Bulk Elpiji (SPPBE) juga meningkat. Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengevaluasi model bisnis PT ABC sebagai salah satu SPPBE. Pada awal operasional perusahaan, PT ABC adalah satu-satunya stasiun pengisian LPG yang melayani pengisian tabung 3 kg di Bali. Pada tiga tahun pertama operasional, Perusahaan mengalami peningkatan produksi yang signifikan sehinga pendapatan Perusahaan meningkat. Namun, seiring dengan tumbuhnya industri jumlah pesaing pun meningkat yang menyebabkan penurunan pangsa pasar dan laba Perseroan. Penelitian ini kemudian mencoba mengembangkan model bisnis Perusahaan untuk meningkatkan pendapatan dengan melakukan efisiensi dan meningkatkan produksi. Hasilnya meski pertumbuhan industri berdampak negatif terhadap Perusahaan namun PT ABC masih tetap menarik karena terus meningkatnya permintaan akan LPG. Sejak 2004-2011 konsumsi LPG meningkat 57.57% per tahunnya dan diperkirakan terus berlanjut karena pertumbuhan penduduk dan keberhasilan atas program konversi tersebut. ...... Since 2007 Indonesian government started a conversion program to shift kerosene consumption to LPG. With a growing demand of LPG, the opportunity from LPG filling station industry has also rise. This research main purpose is to evaluate PT ABC?s business model as one of LPG filling stations. At the beginning of the Company?s operation, PT ABC is the only LPG filling station that caters LPG 3 kg in Bali. On the first three years operation, the Company has experienced a significant increase on their production which leads to the increase on their revenue. However, due to the industry growth the numbers of competitor has increased resulted a decrease on the Company?s market share and profit. This research tries to develop the Company?s business model to increase the Company?s revenue by conducting efficiency and increase the production. The result is although the Company has been negatively affected by the industry growth but the Company is remaining atrractive due to the growing demands. Since 2004 to 2011 LPG consumption has been increased by 57.57% per year in average and this increasing trend is expected to continue due to the growth of population and the success of the conversion program.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sim Budiman Setiawan
Abstrak :
ABSTRAK
Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang perekonomiannya telah masuk dalam sistem perekonomian global dengan disahkannya hasil Perundingan Putaran Uruguay oleh DPR pada tanggal13 Oktober 1994.

Di satu sisi, liberalisasi menjadi peluang karena adanya penurunan hambatan tarif dan non tarif yang akan meningkatkan volume perdagangan intemasional, yang secara otomatis akan meningkatkan kebutuhan informasi dengan jaringan pita Iebar. Di sisi lain, Liberalisasi perdagangan international dalam barang dan jasa merupakan suatu ancaman, karena masuknya perusahaan-perusahaan multinasional di bidang jasa komunikasi dan informasi yang akan menjadi pesaing PT."XX" dan aliran kapital investasi yang sulit dikendalikan yang dapat membahayakan cadangan devisa Indonesia.

PT."XX" adalah operator jasa multimedia, yang melaksanakan kegiatan perencanaan, rekayasa dan membangun, jaringan akses pita Iebar untuk mendukung terselenggaranya jasa multimedia yang akan dioperasikan perusahaan. Adapun visi dari PT."XX" adalah menjadi penyelenggara jasa multimedia yang mampu bersaing secara global dengan perusahaan yang bergerak di bidang usaha dengan memanfaatkan teknologi canggih yang tersedia.

Tujuan penulisan karya akhir ini pada dasamya untuk mengetahui strategi yang harus diambil dalam menghadapi peluang dan ancaman sebagai dampak dari globalisasi, agar dapat mempertahankan usaha dan dapat tumbuh.

Melalui analisa ekstemal yang dilakukan terhadap pelanggan, pesaing, pasar dan lingkungan dapat diperoleh gambaran mengenai peluang-peluang dan ancaman-ancaman yang terjadi pada saat ini dan pada masa yang akan datang. Kemudian dilakukan formulasi strategi bersaing berdasarkan SWOT analisa dan Grand Strategy Selection Matrix.

Terdapat beberapa peluang dari lingkungan luar yaitu: swasta dapat berperan serta dalam penyelenggaran telekomunikasi bukan dasar, tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan pasar yang luas. Sedangkan ancamannya yaitu: dampak negatif globalisasi dan liberalisasi perdagangan intemasional, kemajuan teknologi yang akan "menghilangkan" batas negara, suhu politik yang meningkat, nilai rupiah yang terdepresiasi lebih dari 80% dan penggantian menteri penerangan.

Melalui analisis lingkungan internal, diperoleh gambaran PT."XX" memiliki kekuatan yaitu: masing-masing shareholder PT."XX" memiliki kekuatan yang hila digabungkan akan menghasilkan sinergi yang positif, budaya perusahaan yang menekankan pada "customer satisfaction" dan memiliki sumber daya manusia yang berpengalaman dalam bidang komunikasi dan penyiaran. Namun kelemahannya yaitu: shareholder tidak fokus pada satu perusahaan multimedia, terjadi "conflic of interest" dan sebagian besar perangkat, program masih di import.

Dari hasil analisa SWOT diketahui perusahaan pada saat ini berada pada posisi kuadran II dari diagram analisa SWOT, sehingga strategi yang dianjurkan adalah strategi diversifikasi. Sedangkan dari analisa Grand Strategy Matrix diketahui perusahaan berada pada kuadran II dari diagram Grand Strategy Selection Matrix, sehingga strategi yang dianjurkan adalah strategi tum around atau retrenchment, divestasi, dan likuidasi, dengan menitikberatkan pada strategi tum around atau retrenchment.

Strategi diversifikasi yang dimaksud adalah diversifikasi yang berhubungan dengan cara merubah segment market dari upper dan lower midle class ke market khusus sebagai reseller dari Program Asing. Dengan diversifikasi usaha tersebut perusahaan tidak perlu membangun "pipa-pipa" karena memanfaatkan satelit yang disewa oleh Program Asing.

Sedangkan strategi turn around yang dimaksud adalah menurunkan tingkat aktivitas perusahaan dalam hal investasi dengan cara menunda pembangunan "pipa-pipa" sampai kondisi ekonomi membaik.
1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Setiawan Hari Purnomo
Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2007
658.401 2 SET m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Yohanes Widjaya Sadguna
Abstrak :
ABSTRAK
Kondisi perhotelan dan pariwisata di Indonesia sejak masa krisis sampai dengan sekarang mengalami pertumbuhan yang tidak menggembirakan. Sektor pariwisata yang dijadikan salah satu tulang punggung penerimaan negara di luar migas tidak bisa pulih karena krisis multi dimensi Indonesia yang tidak kunjung menunjukan perbaikan. Negara- negara tetangga sesama ASEAN telah berhasil menggalakan sektor pariwisatanya, bahkan Thailand sejak tahun 1998 sudah berhasil membalikan keadaan ini dengan mengalami pertumbuhan positif. Kondisi sosial, politik dan keamanan yang buruk adalah faktor yang membuat Indonesia tidak mampu menarik wistawan asing untuk berkunjung ke Indonesia. Wisatawan asing takut berkunjung ke Indonesia karena setiap hari terdapat begitu banyak berita yang menghawatirkan dan mengerikan dengan terjadinya kerusuhan antar etnis, pemboman, dan berita-berita lainnya yang menakutkan.

Memasuki era otonomi daerah kota Semarang yang seharusnya berbenah diri di sektor pariwisata, hal ini tidak terjadi karena terkena dampak buruk dari kondisi di tanah air seperti di atas. Kondisi perhotelan di Semarang, lebih khusus lagi hotel berbintang empat dan lima terlihat harus susah payah mempertahankan bisnis mereka saat ini. Hotel berbintang empat dan lima di Semarang terdiri dari; hotel Ciputra Semarang, hotel Patra Jasa Semarang, hotel Graha Santika Semarang, dan hotel Grand Candi Semarang yang merupakan satu- satunya hotel berbintang lima. Ke empat hotel tersebut memiliki pangsa pasar yang serupa yaitu tamu hotel yang berasal dari kalangan bisnis dan meeting sehingga mereka harus berhadapan satu sama lainnya.

Penyusunan karya akhir ini dilakukan dengan dua pendekatan yaitu secara eksploratori riset atau desk research yaitu melakukan studi literatur dan pengumpulan Analisa persaingan secondary datas. Riset kualitatif dilakukan atas persepsi konsumen dari hotel berbintang empat dan lima di Semarang untuk mendapatkan gambaran tentang persepsi konsumen terhadap hotel- hotel yang ada. Strategi yang diterapkan dari masing- rnasing hotel ini adalah ekstensifikasi di produk yang ditawarkan dan strategi positioning yang membedakan hotel satu sama lainnya.

Strategi ini merupakan bagian dari strategi konsolidasi dari masing- masing hotel untuk mengahadapi tantangan besar di kondisi ekstemalnya seperti kondisi ekonomi yang membuat kemampuan pasar yang menurun, pasar menciut, dan dukungan sektor perbank~ yang sulit. Kesulitan ini ditambah lagi dengan menurunnya tamu dari kalangan tamu bisnis asing yang berkunjung di Semarang karena takut mengunjungi Indonesia. Tamu dari kalangan wisatawan asing hampir tidak bisa diharapkan lagi karena secara keseluruhan mengalami penurunan seperti yang dialami daerah- daerah lain di Indonesia.

Berbicara lebih lanjut tentang produk- produk hotel berbintang empat dan lima di Semarang, terkesan produk yang ditawarkan tidak memiliki perbedaan yang cukup signifikan, karena satu dengan lainnya terlihat mirip dan sangat mudah ditiru. Sebenamya positioning yang ditetapkan masing- masing hotel sudah cukup baik, dengan melihat potensi yang dimiliki. Tampak setiap hotel berusaha mencari segmen tersendiri untuk menarik kehadiran tamu hanya belum terlihat efektif dan masih mencari bentuk yang paling pas.

Dari riset yang dilakukan ditarik suatu kesimpulan bahwa kondisi perhotelan berbintang empat dan lima di Semarang belum memiliki atribut tertentu yang kuat dipersepsi konsumennya. Hal ini cukup menghawatirkan karena tidak terlihat faktorpembeda dari masing- masing hotel, sehingga konsumen cenderung tidak akan loyal terhadap hotel tertentu.

Ketertarikan pasar di hotel berbintang em pat dan lima di Semarang terlihat rendah karena data- data penunjang seperti tingkat hunian kamar dan harga kamar terlihat rendah. Hanya saja apabila kondisi pertumbuhan mulai menunjukan perbaikan di kemudian hari hal ini bisa mengundang pendatang baru yang potensial. Pendatang baru yang mengetahui bahwa konsumen tidak bisa membedakan kekuatan masing- masing hotel akan menetapkan strateginya kepada atribut- atribut yang lemah tadi.

Untuk mensiasati penurunan pendapatan, hotel berbintang empat dan lima di Semarang telah mencoba mengatasi penerimaan yang menurun dari tingkat hunian dan harga kamar (dibandingakn dengan US Doillar) dengan menggenjot sektor penerimaan lainnya, seperti menggencarkan penerimaan dari sektor konvensi, F&B, dan paket- paket yang di tawarkan kepada masyrakat lokal. Strtegi ini diakui cukup berhasil dengan ratarata penerimaan dari sektor non-kamar meningkat menjadi 30% -50%, bergantung dari masing- masing hotel yang ada.

Hotel berbintang empat dan lima di Semarang disarankan agar memperhatikan pembuatan strategi jangka panjang yang lebih jelas untuk mem-positioning-kan hotelnya dengan lebih spesifik. Hotel Ciputra yang di saat ini dipandang sebagai hotel bisnis akan berkonsentrasi pada sisi kuatnya di sektor bisnis dan hotel Patra Jasa yang ingin menjadi hotel resort harus membenahi diri ke arah resort dan leisure hotel. Hotel Graha Santika harus pula menemukan positioning yang jelas ap'*ah ingin menjadi hotel bisnis murni ataukah hotel dengan pendekatan leisure. Sementara itu hotel Grand Candi yang merupakan hotel berkelas bintang lima satu-- satunya di Semarang tidak bisa mengandalkan kategori bintang limanya saja untuk menarik perhatian tamu yang akan menginap. Grand Candi yang ingin menjadi hotel berbintang lima plus, yaitu dengan membidik pasar leisure hotel tampaknya belum berhasil membangun imej seperti yang diharapkan.

Ke empat hotel ini mendapat persaingan keras dari hotel berbintang tiga di Semarang yang semakin memperbaiki diri dari segi kualitas pelayanan dan perbaikan fisik dari kamar- kamar yang ada. Tantangan lainnya adalah investor yang ingin masuk juga ke pasar hotel kategori bintang empat ke atas kelak apabila kondisi sudah mulai membaik nantinya. Strategi yang tepat harus dibuat untuk menghadapi persaingan jangka pendek dan mengantisipasi persaingan di waktu mendatang.
2001
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suhartati
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2000
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kleinsteuber, F.
Jakarta: Damar Mulia Pustaka, 2007
658.816 KLE e
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Glueck, William F.
Tokyo : McGraw-Hill, 1984
658.4 GLU b
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>