Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Eszy Celina Asmi
Abstrak :
Latar Belakang: Kebiasaan bernapas melalui mulut umum memengaruhi anak-anak dan dapat mengakibatkan perubahan kondisi cairan dalam rongga mulut sehingga memengaruhi kebersihan mulut dan memicu terjadinya bau mulut. Keadaan ini dapat pula mengakibatkan kondisi mikroorganisme seperti Streptococcus mutans serotype e dan Candida albicans pada mulut mengalami perubahan. Tujuan: Menganalisis kadar Streptococcus mutans serotype e dan Candida albicans terhadap kondisi bau mulut dan OHI-S pada sampel saliva dan usap lidah. Metode: Sampel saliva dan usap lidah dari subjek di uji dengan menggunakan ELISA-indirect dan dibaca nilai absorbansinya dengan ELISA reader pada panjang gelombang 450nm. Nilai absorbansi dijadikan sebagai nilai kadar antigen mikroorganisme pada subjek dan dibandingkan terhadap hasil pemeriksaan organoleptik dan OHI-S. Hasil: Jumlah anak bernapas melalui mulut ditemukan lebih sedikit pada SD Tugu Ibu 1, Depok. Kondisi bau mulut tidak berkaitan dengan kebersihan mulut subjek. Kadar antigen Streptococcus mutans serotype e dan Candida albicans yang terisolasi pada sampel saliva maupun usap lidah lebih banyak ditemukan pada anak bau mulut. Kadar antigen Streptococcus mutans serotype e yang terisolasi pada sampel saliva dan usap lidah tidak memiliki tendensi pada salah satu kategori OHI-S. Sedangkan kadar antigen Candida albicans memiliki tendensi lebih banyak pada kategori OHI-S sedang pada kedua sampel dan subjek kecuali pada sampel usap lidah anak bernapas melalui hidung, lebih banyak ditemukan pada kategori baik. Kesimpulan: Kondisi bau mulut tidak berhubungan dengan status kebersihan mulut. Banyaknya kadar antigen Streptococcus mutans serotype e dan Candida albicans tidak berpengaruh dengan kondisi kebiasaan bernapas anak dan tidak dapat menentukan bau mulut serta status kebersihan mulut pada subjek anak bernapas melalui hidung maupun melalui mulut ......Background: Mouth breathing is common affects children and can cause changes in fluid conditions in the oral cavity that affect oral hygiene and trigger bad breath. This situation can change the condition of microorganisms such as Streptococcus mutans serotype e and Candida albicans in the mouth. Objective: To analyze the level of Streptococcus mutans serotype e and Candida albicans on the condition of bad breath and oral hygiene status in bad breath and oral hygiene condition in subjects. Methods: Saliva and tongue swabs samples were tested using indirect ELISA, and the absorbance values read with an ELISA reader at a wavelength of 450nm. Absorbance value is used as the value of microorganism antigen levels in the subject and compared to the results of organoleptic examination and OHI-S. Result: The number of mouth breather children is fewer than normal in SD Tugu Ibu 1, Depok. Bad breath is not related to the subject's oral hygiene. Antigen levels of Streptococcus mutans serotype e and Candida albicans used in saliva samples or tongue swabs are more common in children with bad breath. Antigen level of Streptococcus mutans serotype e isolated in saliva samples and tongue swabs didnt have a tendency to any of the OHI-S categories. While antigen levels of Candida albicans had more tendency in the OHI-S category while in both the sample and the subject except for the nose breather childs tongue swabbing samples, more were found in the good category. Conclusion: The condition of bad breath is not related to oral hygiene status. The large number of Streptococcus mutans serotype e and Candida albicans antigens does not affect the childs breathing habits and cannot determine bad breath and oral hygiene status in nose breathing and mouth breathing children
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jeddy Januardi Sardjono
Abstrak :
Dalam mengukur tingkat keparahan karies gigi, jumlah serotipe Streptococcus mutans serta ekspresi gen glukosiltransferase gtfs dan LuxS dapat digunakan sebagai prediktor aktivitas bakteri karies dalam kategori karies rendah dan karies tinggi pada anak-anak di Indonesia. Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan antara jumlah serotipe Streptococcus mutans, ekspresi gen LuxS dan glucosyltransferase dengan aktivitas bakteri karies gigi yang diukur dengan menggunakan Cariostat. Metode: Penelitian observasional potong silang dilakukan pada 76 anak usia 3 - 5 tahun 37 anak perempuan dan 39 anak laki-laki di Jakarta. Sampel plak gigi diambil dari subyek untuk mengukur jumlah serotipe, dan ekspresi mRNA gen glukosiltransferase dan LuxS. Tingkat keparahan karies gigi juga diukur dengan menggunakan indeks dmft, sedangkan aktivitas bakteri karies gigi diukur dengan menggunakan metode Cariostat. Jumlah serotipe, ekspresi mRNA gen glukosiltransferase dan ekspresi LuxS diukur menggunakan metode Quantitative Polymerase Chain Reaction qPCR . Hasil: Hasil analisis regresi berganda menunjukkan bahwa jumlah tingkat ekspresi gen S. mutans serotipe f dan gtfD yang dapat secara signifikan digunakan untuk memprediksi aktivitas bakteri karies gigi atau dengan kata lain berkontribusi terhadap aktivitas bakteri karies gigi. Kesimpulan: Metode Cariostat valid untuk mengukur aktivitas bakteri karies berdasarkan mikrobiologi dan penelitian biomolekuler. Dengan menggunakan instrumen klinis yang relatif sederhana dan ekonomis, seperti Cariostat, praktisi klinis mendapatkan gambaran mikrobiologi laboratorium dan hubungan biomolekuler seperti yang telah dibuktikan melalui penelitian ini. ...... Measuring the severity of dental caries, the quantities of Streptococcus mutans serotypes as well as its genes expression of glucosyltransferases gtfs and LuxS could be used as predictor of the activity of caries in both low and high caries experience in Indonesian children. Aim This study rsquo s aim was to analyze the relationship between Streptococcus mutans serotype quantity, glucosyltransferase LuxS gene expression with dental caries bacteria activity as measured by using cariostat. Methods Cross sectional observational study was conducted in 76 children aged 3 5 years 37 girls and 39 boys in Jakarta. The dental plaques samples were taken from the subjects for measuring serotype quantity, and the mRNA expression of glucosyltransferases and LuxS genes. The dental caries severity was also measured using the dmft index, while dental caries bacterial activity was measured using Cariostat method. The quantity of serotype, expression of the glucosyltransferases and the expression of the LuxS were measured using the quantitative Polymerase Chain Reaction qPCR method. Results Result of the multiple regression analysis shows that the quantity of S. mutans serotype f and gtfD gene expression level that could significantly be used to predict the activity of dental caries bacteria or in other words contribute to dental caries bacterial activity. Conclusions Cariostat method is valid to measure activity of bacteri caries base on microbiology and biomolecular research. Using a relatively simple and economical clinical instrument, such as Cariostat, clinical practitioners get a picture of the laboratory microbiology and biomolecular relationship as has been proven through this study.
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2017
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library