Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 12 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Arya Wicakpradana
Abstrak :
This study examined relationships between occupational stress, management commitment to service, and employee performance, which were mediated by job satisfaction, turnover intentions, and service behaviors. Employing quantitative approach, data was collected from a sample of 338 flight attendants of a flag carrier based in Indonesia using structured questionnaire as survey instrument. The hypotheses and the proposed relationship model were validated and analyzed through structural equation modeling using SmartPLS 3. The empirical results revealed that job satisfaction partially mediated the relationship between occupational stress and turnover intention. Moreover, the results showed that job satisfaction partially mediated the relationship between management commitment and service behaviors. The results further revealed that turnover intentions partially mediated the relationship between occupational stress and employee performance. The results also showed that service behaviors partially mediated the relationship between management commitment to service and employee performance. This study further developed theoretical implications and provided recommendations for managers in the airline industry to maintain the performance of flight attendants, retain them in the organization, and encourage them performing the desired service behaviors toward both customers and coworkers.
Penelitian ini menguji hubungan antara stres kerja, komitmen manajemen terhadap layanan, dan kinerja karyawan, yang dimediasi oleh kepuasan kerja, turnover intention, dan perilaku layanan. Menggunakan pendekatan kuantitatif, data dikumpulkan dari sampel 338 awak kabin maskapai penerbangan nasional Indonesia menggunakan kuesioner terstruktur sebagai instrumen survei. Hipotesis dan model hubungan yang diusulkan divalidasi dan dianalisis melalui structural equation modeling menggunakan SmartPLS 3. Hasil empiris menunjukkan bahwa kepuasan kerja secara parsial memediasi hubungan antara stres kerja dan turnover intention. Hasil juga menunjukkan bahwa kepuasan kerja secara parsial memediasi hubungan antara komitmen manajemen dan perilaku layanan. Selanjutnya, hasil penelitian menunjukkan bahwa turnover intention secara parsial memediasi hubungan antara stres kerja dan kinerja karyawan. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa perilaku layanan memediasi secara parsial hubungan antara komitmen manajemen terhadap layanan dan kinerja karyawan. Penelitian ini selanjutnya mengembangkan implikasi teoritis dan memberikan rekomendasi bagi manajemen di industri maskapai penerbangan untuk menjaga kinerja awak kabin, mempertahankan mereka di Perusahaan, dan mendorong mereka melakukan perilaku layanan yang diinginkan baik bagi pelanggan maupun rekan kerja.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2019
T53394
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rachmawati Ayu Azhariya
Abstrak :

ABSTRAK

 

Nama : Rachmawati Ayu Azhariya

Program Studi : Magister Kedokteran Kerja, FKUI

Judul: Pengaruh Stres Kerja Berat Terhadap Kecenderungan Gangguan

  Mental Emosional Pada Staf Manajerial Perusahaan Penanaman 

  Modal Asing

 

Latar belakang

Staf manajerial merupakan aset krusial sebuah Perusahaan karena peranannya dalam memimpin, mengatur, merencanakan dan mengelola sumber daya guna mencapai tujuan Perusahaan. Oleh karena itu, staf manajerial diharapkan sehat baik secara fisik, mental dan sosial.

 

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan stres kerja berat dengan kecenderungan gangguan mental emosional pada staf manajerial.

 

Metode

Penelitian dilakukan pada bulan Maret hingga Mei 2016 di Perusahaan Penanaman Modal Asing di Jawa Barat menggunakan metode comparative cross sectional. Stres kerja diukur dengan kuesioner Suvei Diagnosis Stres (SDS) sedangkan kecenderungan gangguan mental emosional dinilai dengan kuesioner Symptom Check List 90 (SCL 90). Jumlah responden pada penelitian ini adalah 105 orang yang terlebih dahulu diminta mengisi kuesioner stres kerja. Kemudian untuk menilai kecenderungan gangguan mental emosional, sebanyak 30 responden dipilih secara acak dari masing-masing kelompok stres kerja ringan-sedang dan stres kerja berat dan diminta mengisi kuesioner SCL-90.

 

Hasil

Prevalensi stres kerja berat pada karyawan manajerial adalah sebesar 35,2%. Terdapat hubungan yang bermakna secara statistik antara stres kerja berat dengan kecenderungan gangguan mental emosional (OR 47; 95% CI 7,37-300,17; p<0,001). Komponen stresor kerja yang memiliki hubungan bermakna dengan gangguan mental emosional adalah beban kerja kualitatif (OR 10,67; 95%CI 1,03–109,94; p 0,047) dan perkembangan karir (OR 10,83; 95%CI 1,03–114,15; p 0,047). Pendidikan merupakan faktor individu yang memiliki hubungan yang bermakna secara statistik terhadap kecenderungan gangguan mental emosional (OR 0,17; 95% CI 0,03-0,83; p 0,029). Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara faktor pekerjaan terhadap terjadinya kecenderungan gangguan mental emosional.

 

Kata kunci: stres kerja, gangguan mental emosional, manajer

 


ABSTRACT

 

Name               : Rachmawati Ayu Azhariya

Study Program: Postgraduate program on Occupational Medicine,

              Universitas Indonesia

Title                 : Association of Severe Occupational Stress with Mental Emotional  

              Disorder Tendency among Managerial Staff at a Foreign Cooperation

 

Background

Managerial staff are a crucial asset for their role in lead, organize, plan and manage resources to achieve the Company's objectives. Therefore, managerial staff are expected to be healthy physically, mentally and socially.

 

Objective

This study aims to determine the relationship of severe occupational stress with mental emotional disorder tendency among managerial staff.

 

Method

This study used a comparative cross-sectional design. The aim of this study is to assess the risk of mental emotional disorder tendency in both group with mild-moderate and severe occupational stress. Based on the sample calculation, required respondents from each group are 30 people. Previously, a descriptive study was conducted to sort the respondents into mild-moderate and severe occupational stress. A total of 105 respondents were randomly selected from the total population of 220 people. Respondents were asked to do self-rating survey with SDS (Stress Diagnostic Survey) questionnaire which assess the occupational stress. Furthermore, 30 respondents were randomly selected from each group of mild-moderate and severe occupational stress to assess the tendency of mental emotional disorder. Symptoms Check List 90 (SCL-90) questionnaire was used to measure the tendency of mental emotional disorders.

 

Result

The prevalence of severe occupational stress on managerial staff is 35.2%. There was a significant association between severe occupational stress with the tendency of mental emotional disorder (OR 47; 95% CI 7.37-300.17; p <0.001). Components of occupational stressors which statistically significant with mental emotional disorder is the qualitative workload (OR 10.67; 95% CI 1.03-109.94; p 0.047) and career development (OR 10.83; 95% CI 1.03 -114.15; p 0.047). Education is the individual factor statistically significant against the tendency of mental emotional disorder (OR 0.17; 95% CI 0.03 to 0.83; p 0.029). There was no significant relationship between work factors with the tendency of mental emotional disorder.

 

 

Keyword: occupational stress, mental emotional disorder, manager.

 

 

Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riska Septia Widiana
Abstrak :
Tajur merupakan salah satu sentra penjualan tas terkemuka di Bogor, Jawa Barat. Para pengrajin tas di Tajur dituntut untuk menghasilkan tas sesuai target pada deadline yang telah ditentukan. Hal ini dapat menyebabkan pengrajin tas berhadapan dengan bahaya psikososial sehingga mengakibatkan stres kerja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran stres kerja dan faktor-faktor bahaya psikososial pada pengrajin tas di Tajur tahun 2014. Penelitian ini dilakukan dengan metode cross sectional dengan cara menyebarkan kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengrajin tas di Tajur dikategorikan tidak stres, serta semua variabel content of work dan context to work termasuk dalam kategori baik. Namun, penghayatan bahaya dan risiko serta struktur dan iklim organisasi merupakan faktor bahaya psikososial yang paling buruk persepsinya. ...... Tajur is one of the leading trading centers bags in Bogor, West Java. The bag craftsmen at Tajur required to produce the bags according to the target at a predetermined deadline. This can cause the bag craftsmen dealing with psychosocial hazards resulting work stress. The purpose of this research is to describe the work stress and psychosocial hazards factors of bag craftsmen at Tajur. Research was conducted by cross sectional method by distributing questionnaires. The results showed that the bag craftsmen at Tajur categorized as not stress, and all the variable content of work and the context to work is also categorized good. However, perception of hazards and risks and also organizational structure and climate are the most poor psychosocial hazards factors.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S54791
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Debora Roselita Karo Sekali
Abstrak :
Stress oksidatif berpengaruh kepada banyak hal, termasuk infertilitas pria. Semakin tinggi konsentrasi malondialdehida, indikator dari lipid peroxide, pada seminal plasma berpengaruh pada tingkat motilitas sperma. Namun, ada beberapa penelitian yang menunjukkan bahwa malondialdehida tidak memiliki hubungan dengan astenozoospermia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membandingkan konsentrasi malondialdehida dalam seminal plasma pada normozoospermia dan astenozoospermia. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kadar malondialdehida pada seminal plasma dan motilitas sperma pada pria infertile. Penelitian ini adalah studi analitik observasional yang menggunakan metode kasus-kontrol. Sampel yang digunakan berasal dari 15 pria dengan astenozoospermia dan 20 pria dengan normozoospermia. Metode thiobarbituric acid digunakan untuk mengukur konsentrasi malondialdehida. Tes non-parametrik Mann-Whitney digunakan untuk mencari hubungan antara kadar malondialdehida dan astenozoospermia. Tidak terdapat perbedaan signifikan antara konsentrasi malondialdehida pada seminal plasma dan astenozoospermia p value = 0.194. Rerata kadar malondialdehida pada seminal plasma pria normozoospermia adalah 1.1 0.5 nmol/mL, sedangkan rerata kadar malondialdehida pada seminal plasma pria astenozoospermia adalah 1.68 1.2 nmol/mL. Rerata konsentrasi malondialdehida pada kelompok astenozoospermia lebih tinggi dari konsentrasi malondialdehida pada kelompok normozoospermia. Namun, tidak ditemukan hubungan antara konsentrasi malondialdehida dengan motilitas sperma. Masih dibutuhkan jumlah sampel yang lebih besar untuk mengkonfirmasi hasil ini. ...... Oxidative stress plays an important role in male infertility. Higher malondialdehyde concentration, an indicator of lipid peroxide, contributes to lower sperm motility. However, there are some studies show there is no significant correlation between malondialdehyde and asthenozoospermia. This study aimed to compare the seminal fluid malondialdehyde concentration in normozoospermia and asthenozoospermia. This study asessed the correlation between malondialdehyde concentration and sperm motility in infertile males. It was an observational and analytical study conducted using case control design that studied using human seminal plasma, 15 asthenozoospermia and 20 normozoospermia. Thiobarbituric acid assay was done to assess malondialdehyde level. Independent Samples Mann Whitney non parametric test was used to display the significance level. There was no significant relationship between the concentration of malondialdehyde in seminal fluid analysis and asthenozoospermia p value 0.194. The mean standard concentration of MDA in seminal fluid of normozoospermic males was 1.1 0.5 nmol mL. Meanwhile, the mean standard concentration of MDA in seminal fluid of asthenozoospermic males was 1.68 1.2 nmol mL. The average of malondialdehyde concentration in asthenozoospermia is higher than the average of malondialdehyde concentration in normozoospermia. This research concluded that seminal fluid malondialdehyde concentration has no correlation with asthenozoospermia. Higher sample size is required to confirm this finding. Keywords Malondialdehyde concentration, lipid peroxide, asthenozoospermia, normozoospermia.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kathlene Ronauli Martini
Abstrak :
ABSTRAK
Garam dan lemak merupakan dua substansi yang penting bagi tubuh manusia namun jika jumlahnya berlebih akan mengakibatkan hipertensi dan obesitas yang akan meningkatkan risiko seseorang terpapar penyaki degeneratif. Stres, efikasi diri, dan beberapa faktor lainnya dapat memengaruhi konsumsi garam dan lemak seseorang dengan cara yang berbeda-beda. Studi potong lintang ini bertujuan mengetahui perbedaan stres, efikasi diri, dan faktor lainnya usia, jenis pekerjaan, total asupan energi, IMT, pengetahuan gizi dalam konsumsi garam dan lemak pada pekerja lelaki dewasa di PT X tahun 2018. Responden N = 172 yang dipilih secara acak ditimbang berat badannya, ditanyakan tinggi badan berdasarkan pemeriksaan kesehatan terakhir, diminta mengisi kuesioner mengenai stress PSE , efikasi diri, GSE , dan pengetahuan gizi GNKQ , serta diwawancara 24-hour recall dan FFQ makanan tinggi garam dan lemak. Ditemukan perbedaan stres, jenis pekerjaan, total asupan energi, dan pengetahuan gizi dalam konsumsi garam, namun tidak ditemukan perbedaan faktor-faktor tersebut dalam konsumsi lemak.
ABSTRACT
Salt and fat, both are crucial substances to the human body but if intake is over the limit may cause hypertension and obesity. Futhermore it may also increases the risk of degenerative diseases. Stress, self efficacy, and many more factors may affect one rsquo s salt and fat intake with different ways. This cross sectional study aims to find out the difference of stress, self efficacy and other factors such as age, type of job, total energy intake, BMI, and nutrition knowledge in salt and fat intake among adult male workers at company X in year 2018. Randomized respondents N 172 were weighted, asked height based on the last medical check up, completed questionnaire that tap into stress PSE , self efficacy GSE , and nutrition knowledge GNKQ , and finished with having a 24 hour recall and salty fatty food FFQ interview. Findings indicate difference of stress, type of job, total energy intake, and nutrition knowledge within salt intake, but no within fat intake.
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dainow, Sheila
John Wiley & Sons: CiChester, 1998
302.35 DAI w
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Jajat Darajat Kusumah Negara
Abstrak :

Anak usia remaja sangat rentan mengalami gangguan, diantaranya pola hidup yang tidak teratur, behavior, pertumbuhan fisik dan psikis. Peranan aktifitas fisik atau olahraga menjadi sarana untuk mencegah anak usia remaja dari pengaruh negatif. Akan tetapi aktivitas olahraga ini tidak dilakukan secara teratur dan durasinya sangat singkat baik dilingkungan sekolah maupun dilingkungan sekitarnya. Olahraga disekolah cenderung lebih singkat. Saat ini, banyak anak usia remaja melakukan kegiatan olahraga permainan Futsal. Olahraga futsal bermanfaat untuk meningkatkan kebugaran jasmani, neuroplastisitas. Akan tetapi olahraga futsal juga dapat memengaruhi terhadap stres fisik dan stres oksidatif. Desain pre-post test pada anak usia remaja 13-15 tahun. Subjek penelitian 27 orang (tidak biasa bermain futsal) dibagi secara acak kedalam 3 kelompok perlakuan, frekuensi olahraga (FO) 1x, 3x dan 5x perminggu. Tahap awal penelitian persiapan olahraga futsal dan pengambilan data parameter, tahap perlakuan olahraga futsal selama 8 minggu dan tahap terakhir pengambilan data paramater dilakukan 1 hari setelah perlakuan. Penelitian ini sudah lolos kaji etik dari Komisi Etik FKUI. Kebugaran jasmani ditemukan meningkat secara bermakna pada FO3 dan FO5. Atensi dan memori ditemukan peningkatan pada FO1, FO3 dan FO5. Peningkatan BDNF hanya ditemukan pada kelompok FO3. IGF-1 ditemukan meningkat secara bermakna pada kelompok FO1, FO3 dan FO5. Peningkatan kadar Kortisol dan MDA hanya ditemukan pada kelompok FO5. Hasil penelitian ditemukan olahraga yang optimal dan aman pada anak usia remaja yaitu frekuensi olahraga futsal 3 kali perminggu dibandingkan olahraga futsal 1 kali dan 5 kali terhadap kebugaran jasmani, neuroplastisitas, stres fisik dan stres oksidatif pada anak usia remaja.


Adolescents are susceptible to disorders, including unconventional lifestyle, behavior, physical and psychological growth. The role of physical activity or sports becomes a means to prevent adolescent children from negative influences. However, this sporting activity is not taken out regularly, and the duration is very short both in the school and the enclosing circumstances. Sports at school tend to be shorter. At present, many teenagers do Futsal sports. Futsal exercise is useful for improving physical fitness, neuroplasticity. However, futsal can also affect physical stress and oxidative stress-pre-post test design in adolescents aged 13-15 years. The research subjects were 27 people (unusual for playing futsal) divided randomly into three treatment groups, exercise frequency (FO) 1x, 3x, and 5x per week. The initial stage of the research is preparation for futsal and parameter data collection, the stage of treatment for futsal for eight weeks, and the last stage of data taking post parameters, one day after treatment. This research has passed the ethical review of the FKUI Ethics Commission. Physical fitness normally found to increase significantly at FO3 and FO5. Attention and memory are found to increase in FO1, FO3, and FO5. Surprisingly, BDNF was only detected in only the FO3 group. IGF-1 was found to increase significantly in the FO1, FO3, and FO5 groups. Increased levels of Cortisol and MDA was simply observed in the FO5 group. The results of the study found optimal and safe exercise in adolescents, namely the frequency of futsal exercise 3 times a week compared to futsal one times and five times for physical fitness, neuroplasticity, physical stress and oxidative stress in adolescents.

Jakara: Ilmu Biomedik, 2019
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Desy Natalia
Abstrak :
Caring perawat dapat menurunkan tingkat stres pada orang tua saat menghadapi hospitalisasi anak. Kualitas caring perawat yang baik dapat memberikan dukungan fisik, psikologis, dan psikososial kepada orang tua dalam proses kesembuhan anak. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan antara caring perawat dan tingkat stres orang tua di ruang perawatan anak. Desain yang digunakan adalah pendekatan cross sectional. Jumlah Sampel adalah 100 orang yang diambil dengan teknik Non probability sampling yaitu pengambilan sampel dengan cara acak atau random. Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu analisis data univariat dan bivariat. Kesimpulan hasil penelitian ini adalah ada hubungan yang bermakna (p = 0,027; α = 0,05) antara caring perawat dan tingkat stres. Saran dari penelitian ini adalah perlunya fasilitas kebutuhan caring kepada orang tua pasien dengan adanya waktu dan tempat khusus untuk dapat berkonsultasi dalam upaya menurunkan tingkat stres orang tua pasien.
A nurse caring can lower parents' stress levels during child hospitalization. Good caring quality of a nurse can provide physical, psychological, and psychosocial support to parents during a child recovery process. This study aims to identify the correlation among nurse caring and parental stress level at pediatric care room. The design used was a cross-sectional approach. The number of samples was 100 participants taken with a non probability sampling technique namely sampling randomly. Data analysis conducted in this study was univariate and bivariate data analysis. This study concluded that there was a significant relationship (p = 0.027; α =0,05) between a caring nurse and stress level. A suggestion from this study is the need for caring facilities for patients' parents by providing a specific time and place to consult to lower the stress level of patients' parents.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurrina Riska Amalia
Abstrak :
Stres kerja sebagai salahsatu bagian dari bahaya psikososial telah menjadi perhatian tidak hanya di negara maju namun juga di negara berkembang. Namun belum banyak penelitian yang membahas faktor penyebab stres di industri jasa khsusunya jasa pengujian, inspeksi dan sertifikasi. Penelitian ini berfokus untuk mengungkap hubungan faktor pekerjaan, faktor individu dan lingkungan dengan stres kerja. Faktor pekerjaan meliputi jadwal kerja, beban kerja, gaji/ pendapatan, pengembangan karir, budaya organisasi, kontrol pekerjaan dan hubungan interpersonal. Faktor individu meliputi usia, pendidikan, jabatan, status kepegawaian, status pernikahan dan kebiasaan merokok. Sedangkan faktor lingkungan meliputi dukungan orang terdekat, olahraga/ hoby dan kontak sosial dengan kegiatan . Penelitian dilakukan di perusahaan jasa pengujian, inspeksi, dan sertifikasi di Wilayah Jawa Tengah yang meliputi Cabang Semarang, Unit Pelayanan Kudus, Unit Pelayanan Surakarta, dan Cabang Cilacap, dengan jumlah 123 dari 172 populasi. Penelitian ini menggunakan pendekatan scross sectional dengan kuesioner yang diadaptasi dari kuesioner Perceived Stress Scale (PSS-10) dan NIOSH Generic Job Stress Questionaire yang dimodifikasi sesuai kebutuhan peneliti. Kuesioner dibagikan kepada responden di Wilayah Jawa Tengah secara daring dan dihasilkan bahwa sebanyak 34,1% pegawai mengalami stres kerja rendah dan 65% mengalami stres kerja sedang-tinggi. Penelitian menjelaskan bahwa beban kerja, kebiasan merokok, dukungan orang terdekat dan kontak dengan kegiatan memiliki hubungan dengan stres kerja di PT X. Sedangkan usia, pendidikan, masa kerja, jabatan, status kepegawaian, status pernikahan, jadwal kerja, gaji/ pendapatan, budaya organisasi, pengembangan karir, kontrol pekerjaan, hubungan interpersonal dan olahraga tidak memiliki hubungan dengan stres kerja. Berdasarkan hasil penelitian ini maka perusahaan perlu melakukan tindakan yang dapat menurunkan risiko stres kerja seperti pengaturan beban kerja dan family gathering ......Work stress as a part of psychosocial hazards has become a concern not only in developed countries but also in developing countries. However, there is not much research that discusses the factors that cause stress in the service industry, especially testing, inspection, and certification services. This research focuses on uncovering the relationship between work factors, individual factors, and environmental factors with work stress. Job factors include work schedule, workload, salary/income, career development, organizational culture, job control, and interpersonal relationships. Individual factors include age, education, position, employment status, marital status, and smoking habits. Meanwhile, environmental factors include support from people closest to you, sports/hobbies, and social contact with activities. The research was conducted at testing, inspection, and certification service companies in the Central Java Region which included the Semarang Branch, Kudus Service Unit, Surakarta Service Unit, and Cilacap Branch, with a total of 123 out of 172 populations. This research used a cross-sectional approach with a questionnaire adapted from the Perceived Stress Scale (PSS-10) questionnaire and the NIOSH Generic Job Stress Questionnaire which was modified according to the researcher's needs. Questionnaires were distributed to respondents in the Central Java Region online and it was found that 34.1% of employees experienced low work stress and 65% experienced moderate-high work stress. Research explains that workload, smoking habits, support from those closest to you and contact with activities are related to work stress at PT X. Meanwhile, age, education, length of service, position, employment status, marital status, work schedule, salary/income, organizational culture, career development, job control, interpersonal relationships, and sports have no relationship with work stress. Based on the results of this research, companies need to take actions that can reduce the risk of work stress, such as managing workloads and family gatherings
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Evita Stephanie
Abstrak :
Hipertensi adalah salah satu penyebab kematian utama di dunia dan dapat menyebabkan penyakit lain, seperti chronic kidney disease (CKD) dan hipertensi pada ginjal. Selain obat antihipertensi (captopril), tanaman herbal (Apium graveolens) juga terkenal untuk menurunkan tekanan darah. Malondialdehyde akan meningkat jika reactive oxygen stress (ROS) juga meningkat, sedangkan katalase adalah enzim antioksidan yang memetabolisme H2O2. Penelitian ini bertujuan untuk mengamati efek aditif dari kombinasi captopril dan ekstrak seledri dalam menurunkan tekanan darah, katalase, dan MDA. Studi data eksperimental laboratorium yang menggunakan jaringan ginjal dari tikus Sprague-Dawley. Tikus di induksi dengan metode non-invasive blood pressure selama kurang lebih 60 hari. Setiap sampel dianalisa dengan ELISA untuk menentukan kadar MDA, katalase dengan menggunakan data protein jaringan ginjal. Hasil uji tekanan darah menunjukkan adanya perbedaan signifikan antara grup pengobatan captopril dengan ekstrak seledri (p = 0,000). Hasil uji kombinasi pengobatan captopril dengan ekstrak seledri tidak menunjukkan adanya perbedaan signfikan dengan kelompok negatif dalam menurunkan tingkat katalase (p = 0,355) dan MDA (p = 0,213). Studi analisis data menunjukkan perbedaan bermakna dalam menurunkan tekanan darah, tetapi tidak menunjukkan perbedaan bermakna untuk menurunkan tingkat katalase dan MDA dalam jaringan ginjal tikus yang diberikan kombinasi pengobatan captopril dan ekstrak Apium graveolens.  ......Hypertension is one of the leading causes of death and can cause other morbidities, such as chronic kidney disease and renovascular hypertension. Aside from antihypertensive medications (captopril), herbal medicine (Apium graveolens) is popular to decrease the blood pressure. Malondialdehyde will increase along with ROS activity, while catalase is an antioxidant enzyme to metabolize H2O2. This study aims to examine the additive effect of captopril and celery extract in decreasing blood pressure, MDA, and catalase. Laboratory experimental data using kidney tissue from Sprague-Dawley rats. The rats underwent induction by non-invasive blood pressure method for around 60 days. Samples are analyzed using ELISA, by obtaining data for MDA, catalase, and protein content from kidney tissue. Blood pressure showing significant decreases between combination treatment groups (p = 0,000). There are no significant differences between combination treatment groups with negative groups in decreasing catalase with p = 0,355) and MDA level (p = 0,213). Study data analysis showed significant differences in decreasing blood pressure, but did not show statistically significant differences in decreasing catalase and MDA level in rats treated with combination treatment of captopril and Apium graveolens extract. 
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia , 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>