Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 13 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ratnayani
Abstrak :
ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian mengenai ekspresi sitoglobin (Cygb) dan kaitannya dengan stres oksidatif dalam darah dan jaringan otak penderita strok hemoragik. Penelitian bersifat observasional laboratorik dan pengambilan sampel berdasarkan metode consecutive sampling. Sampel berasal dari darah dan jaringan otak penderita strok hemoragik yang menjalani operasi kraniotomi di rumah sakit Cipto Mangunkusumo dan rumah sakit di sekitarnya. Terhadap darah dan jaringan otak ini dilakukan analisis ekspresi mRNA Cygb, protein Cygb, aktivitas spesifik katalase (CAT) dan kadar MDA. Dalam penelitian ini digunakan darah subyek normal sebagai kontrol. Pengukuran ekspresi mRNA Cygb dilakukan dengan menggunakan real time RT-PCR Mini Opticon (BioRad), pengukuran kadar protein Cygb dilakukan dengan metode ELISA, aktivitas CAT diukur menggunakan metode Aebi. Hasil penelitian menunjukkan terdapat peningkatan ekspresi mRNA Cygb jaringan otak 1.24 kali dibandingkan darah penderita strok hemoragik dan peningkatan ekspresi mRNA Cygb darah penderita strok hemoragik 6.15 kali terhadap darah kontrol. Selain itu juga terjadi peningkatan kadar protein Cygb plasma penderita strok hemoragik dibandingkan plasma kontrol dan peningkatan secara signifikan kadar protein Cygb jaringan otak penderita strok hemoragik dibandingkan plasmanya. Pada jaringan otak penderita strok hemoragik juga terjadi peningkatan signifikan aktivitas spesifik katalase dibandingkan plasmanya. Peningkatan Cygb dan aktivitas spesifik CAT pada jaringan otak kemungkinan disebabkan oleh karena perannya sebagai radical scavenger dalam mengatasi stres oksidatif yang terjadi akibat strok hemoragik.
ABSTRACT
The study on expression of cytoglobin (Cygb) and its relation to oxidative stress in brain and blood of hemorrhagic stroke patients has been done. This is a laboratory observational study with consecutive sampling method. Blood and brain tissue from hemorrhagic stroke patients who underwent craniotomy surgery at Cipto Mangunkusumo hospitals and nearby hospitals are used as samples. The expression of Cygb mRNA and protein, specific activity of catalase and MDA level were measured in blood and brain tissue as parameters. The blood from normal subjects are used as a control. Cygb mRNA expression was analyzed using real time RT-PCR Mini Opticon (BioRad), Cygb protein are determined using ELISA method and specific activity of catalase are measured using Aebi method. The results showed that expression of Cygb mRNA in brain tissue was increased 1.24 folds compared to blood in hemorrhagic stroke patients and expression of Cygb mRNA in patient’s blood was increased 6.15 folds compared to control blood. There was also an increase of plasma Cygb proteins of hemorrhagic stroke patients compared to control plasma and significantly increased level of Cygb proteins in hemorrhagic stroke patients compared to its plasma. The specific activity of catalase in brain of hemorrhagic stroke patient was also significantly increased compared to its plasma. It is suggested that increasing expression of Cygb and specific activity of catalase in brain tissue is caused by its activity as a radical scavenger to overcome oxidative stress present in hemorrhagic stroke.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T59179
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dona Novia Ujiaryani
Abstrak :
Pekerja anak dapat dikatakan telah menjadi masalah sosial yang serius, yang dihadapi tidak hanya oleh Indonesia saja, tapi juga banyak negara lainnya di dunia, meskipun berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah, bahkan Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) untuk mengatasi masalah ini. Hasil dari beberapa studi menunjukkan bahwa sebagian besar pekerjaan yang dilakukan oleh para pekerja anak tersebut mengandung risiko fisik dan psikologis yang dapat merugikan perkembangan mereka Berdasarkan hal tersebut di atas, maka penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran stres pada pekerja anak perempuan dan perilaku coping para pekeija anak perempuan tersebut untuk mengatasi stres yang mereka hadapi. Oleh karena stres dan perilaku coping merupakan sesuatu yang bersifat individual, maka dalam penelitian ini penulis menggunakan metode kualitatif. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode pengambilan sampel kasus tipikal. Dengan demikian, kasus yang diambil adalah kasus yang dianggap mewakili kelompok normal dari fenomena yang diteliti. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah pedoman wawancara yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan selama wawancara berlansung, data kontrol, alat perekam, dan alat tulis. Dari penelitian yang dilakukan didapatkan hasil bahwa keempat subyek dalam penelitian ini mengalami stres. Sedangkan reaksi yang timbul dan taraf yang dirasakan berbeda-beda Demikian pula perilaku caping yang ditampilkan. Disarankan untuk meneliti kembali para pekerja anak dengan usia, latar belakang pekerjaan, dan jenis kelamin yang berbeda Sehingga dapat diperoleh gambaran yang lebih baik menganai stres dan perilaku coping mereka.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2003
S3203
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tika Dwi Ariyanti
Abstrak :
ABSTRAK
Masa perpindahan dari SD ke SMP umumnya berkaitan dengan perubahan pada lingkungan sekolah, aktifitas akademis, dan aktifitas sosial, perubahan-perubahan tersebut dihadapi oleh siswa remaja awal bersamaan dengan perubahan yang berasal dari dalam dirinya karena masa pubertas. Bagi kebanyakan siswa remaja awal kondisi tersebut bisa menjadi pemicu munculnya stress (stressor). Dalam menghadapi stress setiap siswa memiliki perbedaan karena disebabkan oleh kemampuan coping yang dimilikinya dan dukungan sosial yang diterimanya. Penelitian dilakukan pada partisipan sebanyak 106 orang yang berasal dari SMP N 2 Depok, dan memiliki karakteristik anak laki-laki maupun anak perempuan yang sedang menjalani semester pertama sekolah. Seluruh partisipan diukur mengenai pengalaman stress menggunakan Perceived Stress Scale (Cohen, Kamarck, & Mermelstein, 1983), pengalaman stressor menggunakan lembar checklist, penggunaan strategi coping menggunakan Cope Scale (Carver, Scheier, & Weintraub, 1989), dan dukungan sosial menggunakan Social Support Questionnaire for Children (Gordondise, 2011). Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua partisipan mengalami stress namun pada tingkat yang berbeda-beda, situasi khawatir dengan hasil raport jelek merupakan salah satu situasi yang banyak dialami siswa sekaligus dianggap sebagai stressor, strategi coping terpusat emosi sering digunakan oleh paling banyak partisipan, dan dukungan sosial yang sangat sesuai ialah dari orang tua baik dalam bentuk instrumental maupun emotional. Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu seluruh pihak yang terlibat dalam tumbuh kembang siswa remaja awal untuk bisa lebih memahami pengalaman stress, stressor, strategi coping, serta dukungan sosial pada siswa remaja awal di SMP.
ABSTRACT
The transition from elementary school to junior high school is generally associated with changes in the school environment, academic activities, and social activities, the changes faced by students in conjunction with the change that comes from within him or her because of the onset of puberty. For most students these conditions could trigger the emergence of stress (stressors). In the face of stress every student has a different because their own capability of coping and social support their received. Participants totaled 106 people from SMP N 2 Depok, and has the characteristics of boys and girls who are undergoing the first semester of school. All participants were measured on experience of stress using the Perceived Stress Scale (Cohen, Kamarck, & Mermelstein, 1983), the experience of stressor using a checklist sheet, the use of coping strategies using the Cope Scale (Carver, Scheier, & Weintraub, 1989), and social support using Social Support Questionnaire for Children (Gordondise, 2011). The results showed that all participants experienced stress but on a different level, the situation concerned with the results of bad report cards is one of the situations experienced by most students at once regarded as a stressor, coping strategies centered emotions often used by most participants, and social support particularly appropriate is from parents in the form of instrumental and emotional. From the results of this research can help all parties involved in the development of early adolescent students to better understand the experience of stress, stressors, coping strategies, and social support on early adolescent students in junior high school.
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S54496
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maya Damayanti
Abstrak :
Menjadi pegawai sebuah perusahaan multinational di bidang MIGAS memang merupakan suatu kebanggaan tersendiri. Namun bila pekerjaan tersebut harus dilakukan di daerah yang sedang mengalami konflik, merupakan masalah tersendiri. Menjadi pekerja di daerah konflik memang sering menimbulkan dilema. Di lain pihak, pekerjaan tersebut sangat kita butulikan, namun di pihak lain kita berhadapan dengan situasi atau kondisi yang sedang konflik, seliingga hal tersebut menimbulkan stres. Daerah konflik memang menimbulkan stres, karena kondisi-kondisi atau kejadian yang ada di lingkungan merupakan kondisi yang mengancam, merusak atau membahayakan dirinya. Berdasarkan hal tersebut diatas, penulis tertarik ingin mengetahui gambaran sumber stres yang dialami oleh para pekerja di daerah konflik tersebut. Setelah kita mengetahui apa sumber stresnya, penulis juga tertarik untuk mengetahui tentang kegiatan apa saja yang dilakukan oleh para pekerja untuk menanggulangi stres tersebut. Oleh karena itu dalam penelitian ini juga dibahas tentang coping stres para pekerja tersebut. Sebagai dasar dalam melakukan penelitian ini, penulis menggunakan teoriteori yang berkaitan dengan sumber stres dan coping stres. Untuk sumber stres, penulis menggunakan teori dari Safarino (1994) tentang sumber-sumber stres. Menurut Safarino ada 3 jenis stresor, yakni yang berasal dari diri sendiri, keluarga serta komunitas dan masyarakat. Sedangkan untuk strategi coping stres, teori yang digunakan adalah dari Lazarus (1976) dan Steptoe (dalam Cooper dan Payne, 1988) terbagi atas dua orientasi, yaitu: problem-focused coping (coping berorientasi masalah) dan emotion-focused coping (coping berorientasi emosi). Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa secara keseluruhan kondisikondisi yang dinilai paling potensial menimbulkan stres adalah yang berasal dari komunitas dan masyarakat, karena merupakan tempat yang dapat mengancam, merusak atau membahayakan dirinya, keluarganya serta masyarakat sekitarnya. Jadi situasi lingkungan yang mengalami konflik inilah yang menimbulkan stres bagi para pekerja. Kemudian stresor yang dianggap dapat menimbulkan stres yang berasal dari keluarga berada pada urutan kedua, sedangkan stresor yang berasal dari diri sendiri berada pada urutan yang yang terakhir. Untuk coping stres, hasilnya adalah ternyata kegiatan-kegiatan yang berorientasi pada emosi lebih efektif dalam menanggulangi stres daripada yang berorientasi pada masalah. Hal ini dilakukan karena mereka menganggap tidak ada solusi yang bisa mereka lakukan untuk mengatasi konflik di daerahnya. Hal ini menyangkut isu politik yang berkepanjangan seliingga mereka lebih memilih cara mengatasi stres yang berorientasi pada emosi untuk mengatur emosi yang tidak menyenangkan yang diakibatkan oleh stressor.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
S3342
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syifa Sari
Abstrak :
Respon inhibisi merupakan salah satu komponen dari fungsi eksekutif yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Dengan adanya respon inhibisi, individu mampu untuk mengendalikan tingkah laku yang kurang sesuai dengan situasi dan sebagai gantinya memunculkan tingkah laku yang lebih adaptif terhadap situasi tersebut. Stres sebagai hal yang sering ditemui setiap hari menjadi salah satu faktor yang memengaruhi respon inhibisi. Stres terjadi saat hubungan antara individu dengan lingkungannya tidak seimbang, dan individu menilai ketidakseimbangan tersebut membebani atau melebihi kapasitas dirinya sehingga mengganggu kesejahteraan psikologis individu. Penelitian-penelitian terdahulu masih menyatakan hasil yang tidak konsisten dan berbeda terkait pengukuran pengaruh stres terhadap respon inhibisi. Pada penelitian eksperimental ini, peneliti ingin menguji seberapa jauh stres akut dapat memengaruhi respon inhibisi, efek strategi coping adaptif terhadap respon inhibisi, dan juga peran strategi coping adaptif sebagai moderator. Partisipan penelitian ini adalah mahasiswa Universitas Indonesia yang berusia 18-25 tahun. Stop-Signal Task digunakan untuk mengukur respon inhibisi pada individu yang telah terpapar oleh stres akut menggunakan Computerized Paced Auditory Serial Addition Task PASAT-C n=38 dan yang tidak terpapar stres akut n=38. Tingkat coping adaptif sebagai moderator diukur menggunakan skala adaptif dari Brief COPE pada seluruh partisipan. Analisis statistik menggunakan Analysis of Covariance ANCOVA dengan desain 2x2 factorial ANCOVA. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa 1 stres akut tidak memengaruhi respon inhibisi, 2 strategi coping adaptif tidak memengaruhi respon inhibisi, dan 3 strategi coping adaptif tidak memoderasi pengaruh stress akut terhadap respon inhibisi, setelah mengontrol perbedaan jenis kelamin dan tingkat stres kronik. ...... Response inhibition as a component of executive function plays a very important role in humans 39 everyday life. It allows people to inhibit inappropriate behaviors, and thus behave more adaptively in the environment. Past studies suggest that stress that is experienced daily can affect response inhibition, but have not reached a consensus about the direction of the effect. That is, while some studies suggest a facilitating effect of stress on response inhibition, other studies found the opposite. This experimental study aimed to examine the effect of acute stress on response inhibition, as well as the possible moderating effect of adaptive coping on the effect of stress on response inhibition. Participants are university students aged 18 25 years old. A total of 76 participants were randomly assigned to either experiment n 38 or control group n 38. In order to induce acute stress in the experiment group, the Computerized Paced Auditory Serial Addition Task PASAT C was used. Stop Signal Task was used to measure response inhibition in both groups. Participants adaptive coping level was assessed using the adaptive scale of Brief COPE. 2x2 factorial ANCOVA design was used as statistic analysis. Results showed that neither acute stress nor adaptive coping affect response inhibition. It was also found that adaptive coping did not moderate the effect of acute stress on response inhibition even after controlling for sex and chronic stress level.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Azzizah Nurhalisa
Abstrak :
Situasi pandemi COVID-19 berdampak pada kehidupan masyarakat, tak terkecuali remaja. Mereka kesulitan dalam mengikuti pembelajaran daring, terbatasnya bertemu dengan teman sebayanya, dan bosan karena terus berada di rumah. Keadaan tersebut berdampak pada meningkatnya stres dan menurunkan kebahagiaan bagi remaja. Maka, dibutuhkan strategi coping yang efektif untuk menangani stres sehingga meningkat kebahagiaannya. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara strategi coping dan kebahagiaan pada remaja selama masa pandemi COVID-19. Partisipan penelitian berjumlah 235 berusia 15-21 tahun, sedang menempuh pendidikan (SMP, SMA, Perguruan Tinggi), serta belum menikah. Variabel kebahagiaan diukur menggunakan Subjective Happiness Scale dan strategi coping diukur menggunakan Brief COPE. Analisis data menggunakan Pearson correlation dan simple linier regression. Hasil penelitian menunjukan bahwa emotion focused coping merupakan strategi yang paling banyak digunakan oleh remaja selama pandemi COVID-19. Hasil juga menunjukan bahwa peningkatan penggunaan problem focused coping (r = .38, p<.01) dan emotion focused coping (r = .42, p<.01) akan meningkatkan kebahagiaan. Sementara peningkatan penggunaan less useful coping (r = -.31, p<.01) akan menurunkan kebahagiaan remaja. Penelitian ini juga menunjukan bahwa emotion focused coping (β = 0.12, t(235) = 6.982, p < 0.01) merupakan strategi coping yang paling berkontribusi terhadap kebahagiaan. ......The COVID-19 pandemic situation has an impact on society life, no exception adolescent. They have difficulty in participating online learning, have limited with their peers, and bored of being at home. The situation has an impact on increasing stress and reducing happiness for adolescents. Thus, effective coping strategy are needed to deal with stress so that they can lead to more happiness. This research was conducted to determine the relationship between coping strategies and happiness in adolescents during the COVID-19 pandemic. Participants in this study were 235 aged 15-21 years old who were studying at the (Junior high school, Senior high school, University) and were not married. Happiness variable was measured using the Subjective Happiness Scale and coping strategy was measured using Brief COPE. Data analysis uses statistical techniques Pearson product-moment correlation and simple linier regression. The results showed that focused emotion was the strategy most used by adolescents during the COVID-19 pandemic. The results showed that increased the use of problem focused coping coping (r = .38, p<.01) and emotion focused coping (r = .42, p<.01) would increased happiness. Meanwhile, increased the use of less useful coping (r = -.31, p<.01) led to decreased happiness. This study also shows that emotion focused coping (β = 0.12, t(235) = 6.982, p < 0.01) is the coping strategy that most contributes to happiness.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Yunda K. Rusman
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2005
S3526
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jihan Tridho Pamungkas
Abstrak :
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh timbulnya stres pada pendamping sosial PKH karena semakin tingginya beban kerja dan banyaknya kendala yang dirasakan akibat dari perkembangan program bantuan sosial di Indonesia selama masa pandemi Covid-19 sampai saat ini. Padahal posisi pendamping sosial PKH sangat vital bagi keberhasilan program, karena mereka yang mengawal pelaksanaan program di lapangan dan harus berhadapan langsung dengan penerima manfaat. Penelitian ini membahas mengenai gambaran kondisi stres, strategi coping, serta sumber dan bentuk dukungan sosial yang dimiliki pendamping sosial PKH Kecamatan Trowulan dalam menghadapi kondisi stres. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu wawancara mendalam, studi dokumen, dan observasi. Sedangkan teknik pemilihan informan yang digunakan yaitu purposive sampling dengan jumlah informan sebanyak sepuluh orang yang terdiri dari satu orang koordinator kecamatan, tujuh orang pendamping sosial PKH, dan dua orang Keluarga Penerima Manfaat (KPM) PKH. Penelitian ini dilaksanakan pada rentang waktu Oktober 2022-Juni 2023 di Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto. Hasil penelitian menunjukkan bahwa gejala stres yang dirasakan pendamping sosial PKH Kecamatan Trowulan adalah gejala fisik dan psikologis. Gejala fisik yang dialami berupa tekanan darah tinggi, sakit kepala dan pusing, serta kelelahan, sedangkan gejala psikologis yang dirasakan berupa marah dan kesal serta perasaan bersalah. Adapun stressor yang dialami pendamping, diantaranya singkatnya waktu untuk menyelesaikan pekerjaan, permasalahan yang menyangkut KPM, beban kerja yang tinggi dan kompleks, rotasi wilayah dampingan, urusan domestik pendamping, perubahan pada teknologi yang digunakan dalam pengelolaan data KPM, persoalan gaji, dan tantangan graduasi KPM PKH. Untuk strategi coping yang digunakan oleh para pendamping adalah problem-focused coping dimana pendamping berusaha untuk mengurangi atau menghilangkan sumber stres dan emotion-focused coping dimana pendamping berusaha untuk meminimalkan emosi negatif yang timbul dari stres. Sedangkan bentuk dukungan sosial yang didapatkan para pendamping berupa emotional or esteem support, tangible or instrumental support, dan informational support. Berbagai bentuk dukungan sosial tersebut bersumber dari lingkungan pekerjaan (organizational) yaitu rekan kerja, atasan, keluarga penerima manfaat PKH, pemerintah desa, serta pemerintah daerah dan juga lingkungan keluarga (family) yaitu pasangan dan anak. ......This research is motivated by the emergence of stress on PKH social facilitators due to the increasing workload and the many obstacles that are felt as a result of the development of social assistance programs in Indonesia during the Covid-19 pandemic to date. In fact, the position of PKH social facilitators is very vital for the success of the program, because they oversee the implementation of the program in the field and have to deal directly with beneficiaries. This study discusses the description of stressful conditions, coping strategies, as well as the sources and forms of social support that PKH social facilitators in Trowulan District have in dealing with stressful conditions. The approach used in this research is a qualitative approach with a descriptive research type. The data collection techniques used are in-depth interviews, document studies, and observation. While the informant selection technique used was purposive sampling with ten informants consisting of one sub-district coordinator, seven PKH social assistants, and two PKH Beneficiary Families (KPM). This research was carried out in the period October 2022-June 2023 in the Trowulan District, Mojokerto Regency. The results showed that the symptoms of stress felt by PKH social facilitators in Trowulan District were physical and psychological symptoms. Physical symptoms are experienced in the form of high blood pressure, headaches and dizziness, and fatigue, while psychological symptoms are felt in the form of anger and annoyance and feelings of guilt. The stressors experienced by facilitators include short time to complete work, problems related to KPM, high and complex workload, rotation of assisted areas, domestic affairs of companions, changes in technology used in KPM data management, salary issues, and challenges to KPM graduation PKH. The coping strategies used by the facilitators are problem-focused coping where the facilitators tries to reduce or eliminate sources of stress and emotion-focused coping where the facilitators tries to minimize negative emotions that arise from stress. Meanwhile, the forms of social support obtained by the facilitators were in the form of emotional or esteem support, tangible or instrumental support, and informational support. These various forms of social support come from the work environment (organizational), namely co-workers, superiors, PKH beneficiary families, village government, and local government and also the family environment, namely spouses and children.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Trivini Valencia
Abstrak :
Merawat anak dengan kanker dapat menimbulkan stres bagi orang tua. Stres tergantung pada mekanisme koping yang dimilikinya. Penelitian bertujuan mengidentifikasi pengaruh psikoedukasi manajemen stres terhadap stres dan koping orang tua merawat anak kanker. Desain penelitian quasi eksperiment dengan sampel 32 orang tua yang merawat anak kanker terdiri dari 16 orang kelompok intervensi (psikoedukasi manajemen stres) dan 16 orang kelompok kontrol (leaflet). Hasil menunjukkan terdapat pengaruh psikoedukasi manajemen stres terhadap stres dan koping orang tua merawat anak kanker (p<0,05). Tidak terdapat pengaruh karakteristik responden terhadap stres dan koping, kecuali pengetahuan (p<0,05). Intervensi psikoedukasi manajemen stres dapat menurunkan stres dan meningkatkan koping orang tua merawat anak kanker. ...... Caring children with cancer cause stress for parents. Stress is depending on their coping mechanism. This study aims to determine the effect of stress management psychoeducation of parents caring for children with cancer. The study design was quasi eksperiment with 32 parents of children with cancer, consist of 16 parents for intervention group (stress management psychoeducation) and 16 parents for control group (leaflet). The result shown that stress management psychoeducation affected on parents?s stress as well as coping in caring for children with cancer (p<0,05). There had not affect respondent characteristics on parents?s stress and coping, except knowledge (p<0,05). Intervention stress management psychoeducation may decrease stress and increase coping of parents in caring for children cancer.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2015
T43601
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>