Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
New York: John Wiley & Sons, 1971
378.198 HOW
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Rangkuti, Anna Armeini
"Fenomena kecurangan akademik masih terjadi di lingkungan perguruan tinggi. Sebagian besar mahasiswa yang menyaksikan terjadinya kecurangan memilih diam saja dan tidak melaporkannya kepada pihak dosen pengajar atau pihak yang berwenang mengatasinya. Padahal pelaporan kecurangan akademik yang dilakukan oleh mahasiswa yang menyaksikannya akan dapat mencegah atau mengurangi terjadinya peristiwa kecurangan. Disertasi ini bertujuan untuk mengeksplorasi motif yang melatarbelakangi diamnya (silence) mahasiswa yang mengetahui atau menyaksikan kecurangan akademik sekaligus menjelaskan mekanisme pelemahan silence berdasarkan perspektif pengambilan keputusan etis. Disertasi ini terdiri atas 2 studi: studi pertama menggunakan pendekatan exploratory sequential mixed method untuk mengeksplorasi motif-motif silence, dan studi kedua menggunakan pendekatan kuantitatif model persamaan struktural untuk menjelaskan mekanisme pelemahan silence dalam beragam motif yang ditemukan pada studi pertama. Partisipan pada studi 1 kualitatif berjumlah 13 mahasiswa, partisipan pada studi 1 kuantitatif berjumlah 564 mahasiswa, dan partisipan pada studi 2 berjumlah 295 mahasiswa. Temuan pada disertasi ini menunjukkan kebaruan dalam beberapa hal: pertama, penelitian ini berhasil mengidentifikasi dan mengkonfirmasi motif-motif utama silence mahasiswa saksi kecurangan akademik sama dengan motif-motif silence yang selama ini dijelaskan di dalam literatur silence di dunia kerja, yaitu: acquiescent, prososial, oportunistik, dan defensif. Motif prososial dan defensif merupakan motif yang lebih dominan dibandingkan motif acquiescent dan oportunistik. Selain itu, terdapat dua motif silence lain yang belum ada dalam literatur yang ditemukan dari partisipan penelitian, yaitu: a) karena tidak mengetahui cara melaporkan kecurangan; b) karena pernah menjadi pelaku kecurangan. Dua motif ini masih memerlukan pembuktian lebih lanjut dengan melibatkan partisipan yang lebih banyak. Kedua, terujinya ketepatan penggunaan perspektif pengambilan keputusan etis dalam menjelaskan mekanisme pelemahan silence dalam empat motif mahasiswa yang menyaksikan kecurangan akademik. Silence dalam empat motifnya dapat dilemahkan melalui peran academic cheating awareness dengan dimediasi secara serial oleh seriousness of academic cheating dan peer reporting judgment. Pelibatan faktor seriousness of academic cheating sebagai mediator ke dalam model pengambilan keputusan etis memperkaya penjelasan teoretis terkait mekanisme pelemahan silence, khususnya pada mahasiswa saksi kecurangan akademik.
The phenomenon of academic cheating still occurs in the college environment. Most of the students who witnessed the occurrence of cheating chose to remain silent and did not report it to the teaching staff or the authorities. Even though the reporting of academic cheating committed by students who witness it will be able to prevent or reduce the occurrence of fraud events. This dissertation aims to explore the motives behind the silence of students who know or witness academic cheating and to explain the mechanism of weakening silence based on an ethical decision-making perspective. This dissertation consists of 2 studies: the first study used an exploratory sequential mixed method approach to explore silence motives, and the second study used a quantitative approach to structural equation models to explain the mechanism of silence attenuation in the various motives found in the first study. There were 13 students in the first qualitative study, 564 students in the first quantitative study, and 295 students in the second study. The findings of this dissertation indicate novelty in several respects: first, this study succeeded in identifying and confirming the main motives for silence in students who witness academic fraud are the same as the motives for silence that have been described in the literature on silence in the world of work, namely: acquiescent, prosocial , opportunistic, and defensive. Prosocial and defensive motives are more dominant than acquiescent and opportunistic motives. Apart from that, there are two other motives for silence that do not yet exist in the literature which were found among research participants, namely: a) because they did not know how to report academic cheating; b) having been a perpetrator of academic cheating. These two motives still require further proof by involving more participants. Second, the accuracy of the use of an ethical decision-making perspective has been tested in explaining the mechanism of weakening silence in the four motives of students who witnessed academic cheating. Silence in its four motives can be weakened through the role of academic cheating awareness serially mediated by the seriousness of academic cheating and peer reporting judgment. Involving the seriousness of academic cheating as a mediator into the ethical decision-making model enriches the theoretical explanation regarding the mechanism of weakening silence, especially for students who witness academic cheating."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
D-pdf
UI - Disertasi Membership Universitas Indonesia Library
Vanness Callista Lafida
"Kecurangan akademik merupakan masalah yang kerap ditemukan di dunia pendidikan padahal perbuatan tersebut memberikan kerugian pada diri sendiri dan orang lain. Masalah ini semakin berkembang terutama dengan kehadiran internet yang semakin memfasilitasi perilaku tersebut. Salah satu faktor yang berhubungan dengan kecurangan akademik adalah penalaran moral yang berkaitan dengan penilaian mahasiswa terhadap benar atau tidaknya suatu hal. Hipotesis penelitian ini adalah terdapat hubungan yang signifikan antara penalaran moral dan kecurangan akademik dengan internet pada mahasiswa sarjana. Penelitian ini dilakukan pada mahasiswa sarjana (N = 100) di Indonesia yang berusia 18-25 tahun. Pengukuran variabel kecurangan akademik dengan internet menggunakan alat ukur Internet Triggered Academic Dishonesty Scale (ITADS) dan penalaran moral menggunakan Defining Issues Test (DIT). Hubungan kedua variabel diuji menggunakan metode Spearman correlation dan ditemukan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara penalaran moral dan kecurangan akademik dengan internet, (r(98) = -0,100, p = 0,320, two-tailed). Oleh karena itu, penelitian selanjutnya diharapkan dapat lebih menjelaskan hubungan antara kedua variabel. Akan dibahas beberapa permasalahan, limitasi, dan saran untuk penelitian selanjutnya.
Academic dishonesty is a prevalent issue in the educational world, causing harm to both individuals and others. This problem has been exacerbated by the presence of the internet, which increasingly facilitates such behavior. One factor related to academic dishonesty is moral reasoning, which pertains to students' judgments about the rightness or wrongness of actions. The hypothesis of this study is that there is a significant relationship between moral reasoning and internet-facilitated academic dishonesty among undergraduate students. This research was conducted on undergraduate students (N = 100) in Indonesia aged 18-25 years. The measurement of the academic dishonesty variable with the internet used the Internet Triggered Academic Dishonesty Scale (ITADS), and moral reasoning was measured using the Defining Issues Test (DIT). The relationship between the two variables was tested using the Spearman correlation method, and it was found that there was no significant relationship between moral reasoning and internet-facilitated academic dishonesty (r(98) = -0.100, p = 0.320, two-tailed). Therefore, further research is expected to better explain the relationship between these two variables. Several issues, limitations, and suggestions for future research will be discussed."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Sungkar, Saleha
Jakarta : Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012
378.198 INT
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Nurnahdiyah
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pride dengan kecurangan akademik pada mahasiswa. Pride merupakan salah satu dari emosi moral yang berperan dalam mempengaruhi hubungan antara standar moral dan perilaku moral (Tangney, et al., 2007). Pride memiliki dua faset yaitu authentic pride dan hubris pride. Menurut Tracy dan Robins (2007) kedua faset memiliki perbedaan berdasarkan atribusi penyebab dari sebuah pencapaian. Atribusi authentic pride berasal dari penyebab yang bersifat internal, tidak stabil dan terkontrol seperti usaha dan kerja keras. Sedangkan atribusi hubris pride berasal dari penyebab yang bersifat internal, stabil dan tidak terkontrol seperti bakat dan intelegensi. Pengambilan data pada penelitian ini menggunakan kuesioner yang disebarkan secara online dan offline. Hasil utama penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara pride dengan kecurangan akademik.
This research aims to find out the correlation between pride and academic dishonesty among undergraduate students. Pride is a part of moral emotions which plays a role in affecting the relation between moral standard and moral behavior (Tangney, et al., 2007). Pride is divided into two facets, authentic pride and hubris pride. According to Tracy and Robins (2007), those two facets have distinctions based on the cause of attribution from an achievement. Authentic pride attribution comes from internal causes, unstable and controlled, like an effort and a hard work. On the other hand, hubris pride attribution comes from internal causes, stable and uncontrolled, like talent and intelligence. The participants in this research were undergraduate students in Indonesia. The data of this research was accumulated through the distribution of questionnaire, online and offline. The main result of this research shows that there is no significant correlation between pride and academic dishonesty."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
S63132
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Febita Ramadhani Nadiza
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara ketakutan terhadap kegagalan dan perilaku kecurangan akademik. Responden penelitian ini berjumlah 368 orang mahasiswa yang didapatkan melalui metode pengambilan data accidental sampling. Alat ukur yang digunakan adalah PFAI (Performance Failure Appraisal Inventory) yang dikonstruk oleh Conroy (2002) dengan lima konsekuensi aversif yaitu (1) ketakutan mengalami penghinaan dan rasa malu, (2) ketakutan akan penurunan etimasi diri, (3) ketakutan akan ketidakpastian masa depan, (4) ketakutan akan hilangnya pengaruh sosial, serta (5) ketakutan akan mengecewakan orang terdekat.
Kecurangan akademik diukur dengan kuesioner kecurangan akademik yang dibuat berdasarkan tiga teori yaitu Pavela (1978), McCabe dan Trevino (1997), serta Newstead, Stokes, dan Armstead (1996). Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara ketakutan terhadap kegagalan dan kecurangan akademik (r = 0,004, p>0,05, two tailed). Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat ketakutan terhadap kegagalan pada mahasiswa, maka tidak mempengaruhi banyaknya perilaku kecurangan akademik yang dilakukannya selama menjadi mahasiswa.
This study aimed to find the correlation between fear of failure and academic dishonesty. Respondents are 368 undergraduate students which obtained by accidental sampling method. The test are PFAI (Performance Failure Appraisal Inventory) constructed by Conroy (2002) with five aversive consequence: 1) experiencing shame and embarrassment experiences, 2) devaluing one‟s self-estimate, 3) having an uncertain future, 4) losing social influence, and 5) upsetting important others. Academic dishonesty measured by Kuesioner Kecurangan Akademik which constructed from three perspective theory that is Pavela (1978), McCabe dan Trevino (1997), and Newstead, Stokes, and Armstead (1996). The result shows there were no significant correlation between fear of failure and academic dishonesty (r = 0,004, p>0,05, two tailed). That indicates the higher level of fear of failure on college students are not impacting the quantity of academic dishonesty behavior during they are being a student."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
S63090
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library