Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ibrahim
"ABSTRAK
Penelitian ini menggunakan metode elektrolisis Plasma untuk degradasi limbah
LAS. Metode elektrolisis plasma dapat digunakan untuk degradasi limbah organik
karena dapat memproduksi radikal hidroksil dalam jumlah besar. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas degradasi limbah
LAS menggunakan multi-reactor cascade sirkulasi semi-kontinu. Degradasi LAS
terbesar pada penelitian ini mencapai 81,91% dengan konsumsi energi sebesar
2227,34 kJ/mmol pada kondisi tegangan 600 V, konsentrasi KOH 0,03 M,
kedalaman anoda 0,5 cm dan menggunakan 3 reaktor selama 120 menit proses.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa degradasi LAS menggunakan multireactor
cascade sirkulasi semi-kontinu pada kondisi optimum belum dapat
memenuhi baku mutu yang telah ditetapkan pemerintah Indonesia dalam Kep-
51/MenLH/10/1995.

ABSTRACT
This research using Plasma Electrolysis method for degradation LAS waste.
Research plasma electrolysis for degradation of organic waste has been carried out.
Plasma electrolysis method can be used for degradation organic waste because this
method can produce large amounts hydroxyl radicals. The purpose of this research
is to increase the efficiency and effectiveness of the LAS waste degradation using
multi-reactor cascade with semi-continuous circulation system. The greastest LAS
degradation in this study up to 81.91% with 2227,34 kJ/mmol of the energy
consumption that is obtained by using 600 V of the voltage, 0.03 M of the KOH,
0.5 cm of the anode depth and using 3 reactor during 120 minutes of the process.
The results showe that degradation of LAS using multi-reactor cascade with semicontinuous
circulation system at the optimum condition can not fulfill quality
standards from Indonesia Government on Kep-51/MenLH /10/1995"
2016
T45703
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Priscilla Ardianto
"Latar belakang: Kanker serviks merupakan salah satu jenis kanker terbanyak pada wanita. Studi terdahulu telah mendemonstrasikan hubungan antara proses inflamasi yang dimediasi oleh COX-2 dengan proliferasi sel kanker. Asam salisilat telah diteliti dan berpotensi untuk menjadi terapi antikanker karena dapat menghambat enzim COX.
Tujuan: Penelitian ini diadakan untuk menilai dan membandingkan efek derivat asam salisat teralkilasi terhadap proliferasi sel kanker serviks HeLa.
Metode: Derivat asam salisilat teralkilasi disintesis dengan mereaksikan asam salisilat dan n-alkohol menggunakan teknik esterifikasi Steglich. Sifat fisika dan kimia produk reaksi ditentukan dengan observasi, melting point apparatus, dan pelarutan dalam air. Produk reaksi dianalisa menggunakan teknik kromatografi lapis tipis. Derivat asam salisilat teralkilasi diuji menggunakan teknik MTT untuk mengetahui persentase inhibisi dan nilai IC50 terhadap sel HeLa. Nilai IC50 tersebut dibandingkan dengan nilai IC50 senyawa awal asam salisilat.
Hasil: Profil kromatografi lapis tipis dari asam salisilat teralkilasi menggunakan eluen non-polar (n-heksana:etil asetat = 4:1) adalah: metil salisilat (Rf=0.75), etil salisilat (Rf=0.78), butil salisilat (Rf=0.90), isoamil salisilat (Rf=0.95), dan oktil salisilat (Rf= 0.81). Hasil uji MTT menunjukan bahwa baik asam salisilat maupun derivat teralkilasinya menunjukan aktifitas sitotoksik terhadap sel HeLa.
Diskusi: Semua derivat asam salisilat teralkilasi yang diuji memiliki efek anti-proliferatif yang lebih baik dari senyawa awal asam salisilat. Namun, efek tersebut tidak sebaik efek proliferatif dari obat anti-kanker doxorubicin. Panjang rantai alkil tidak mempengaruhi efek anti-proliferatif. Butil salisilat memiliki efek anti-proliferatif yang terbaik dibandingkan dengan derivat asam salisilat teralkilasi lainnya.
Kesimpulan: Asam salisilat teralkilasi, terutama butil salisilat, memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai obat antikanker serviks.

Background: Cervical cancer is one of the most frequently found cancer in women. Various studies have demonstrated the correlation between inflammation mediated by COX-2 enzyme and cancer proliferation. Salicylic acid has been studied for its anti-cancer properties due to its ability in inhibiting COX enzymes.
Purpose: This research was conducted to observe and compare the effects of alkylated salicylic acid derivatives on the proliferation of cervical cancer HeLa cell.
Methods: Alkylated salicylic acid was synthesized by reacting salicylic acid with n-alcohol through Steglich esterification. Its products’ physical and chemical properties were determined by observation, meting point apparatus, and dissolving them in water. The products of reaction were analysed by thin layer chromatography. Alkylated derivatives of salicylic acid were tested using MTT assay to determine their percentage inhibition and IC50 value against HeLa cell. IC50 values were compared with the IC50 value of salicylic acid.
Result: The thin layer chromatography profile for alkylated salicylic acids using non-polar eluent (n-hexane : ethyl acetate = 4 :1 ) are as: methyl salicylate (Rf=0.75), ethyl salicylate (Rf=0.78), butyl salicylate (Rf=0.90), isoamyl salicylate (Rf=0.95), and octyl salicylate (Rf=0.81). The MTT result shows that both salicylic acid and its alkylated derivatives showed cytotoxic activity.
Discussion: All alkylated derivatives of salicylic acid has better anti-proliferative activity compared to salicylic acid, however those properties were lacking compared to established anti-cancer drug doxorubicin. The length of alkyl chain was not related with anti-proliferative activity. Out of all alkylated salicylic acid derivatives, butyl salicylate had the best anti-proliferative activity
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Penelitian ini membahas tentang proses adsorpsi untuk mengeliminasi limbah surfaktan dengan karbon aktif. Surfaktan dipilih sebagai model polutan karena banyaknya pencemaran air akibat penggunaan surfaktan yang melimpah dari detergen, drilling mud pada pengeboran minyak, hingga industri bioteknologi dan mikroelektronik. Kemudian penelitian akan dilanjutkan untuk mendapatkan kecepatan minimum fluidisasi pada bioreaktor yang akan dirancang pada penelitian yang akan datang.
Surfaktan yang digunakan adalah Sodium Dodeayl Benzene Sulfonate branched yang dibuat dengan variasi konsentrasi = 400, 700, 1000, 1500 mg/L dan ditempatkan dalam labu erlenmeyer tertutup. Bioreaktor merupakan tabung kaca (L =30 cm, diameter = 2 cm) dengan unggun terfluidisasi Kondisi operasi penelitian ini adalah l atm dan 28,9°C, Percobaan dilakukan dengan sistem batch dimana pada tiap konsentrasi diamali fenomena adsorpsi hingga ekuilibrium. Kuantifikasi konsentrasi surfaktan dengan menggunakan pengukuran COD-kromat 0 - 1500 mg/L (metoda refluks tertutup, reagen “HANNA Instrument” HI 9375413-25 MR) dan tegangan permukaan (metoda cincin Platinum-Iridium 20, merk : “Kruss”).
Analisis dilakukan dengan membuat kurva kesetimbangan adsorpsi fasa padat (jumlah yang terserap/ massa karbon aktif, dC/m) dan cair (konsentrasi keselimbangan fasa cair, Ce), jumlah yang terserap terhadap waktu operasi, dan konsentrasi surfaktan terhadap tegangan permukaan.
Dari penelitian ini, terlihat bahwa kurva ketimbangan adsorpsi surfaktan akan naik (Ce : 0 - 533,-4 mg/L) kemudian konstan dengan kenaikan nilai Ce. Nilai konsentrasi misel kritis (CMC) surfaktan ABS : 533,4 mg/L, Konstanta kesetimbangan Freundlich (1/n) = 1,906 dan KF = 4.10-4 yang berlaku untuk Ce 252,561 - 481,682 mg/L. Waktu adsorpsi hingga jenuh : 24 jam. Keceparan fluidisasi minimum : 0,716 cm/s."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S49501
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shafira Muzdalifah
"Kebanyakan permasalahan pencemaran air saat ini diakibatkan oleh adanya logam berat. Untuk itu diperlukan adsorben untuk mengurangi permasalahan pencemaran logam berat tersebut. Pada penelitian ini dibuat adsorben ion logam berbasis selulosa dengan gugus fungsional sulfonat. Selulosa terlebih dahulu di iradiasi menggunakan berkas elektron dengan variasi dosis 20, 30 dan 40 kGy. Kemudian dicangkokkan menggunakan metode prairadiasi ke monomer Glycidyl Methacrylate GMA dengan variasi konsentrasi 1 , 2,5 dan 5.
Hasil optimum selulosa yang tercangkok GMA dimodifikasi menggunakan gugus fungsional sulfonat untuk diaplikasikan sebagai adsorben ion logam timbal. Hasil sintesis kopolimer selulosa-GMA-sulfonat dikarakterisasi dengan FTIR, DSC dan AAS. Diperoleh hasil dengan persen pencangkokkan selulosa-GMA efisien pada dosis 40 kGy dan konsentrasi monomer GMA sebesar 107.62.
Sintesis selulosa-GMA-sulfonat optimum adalah pada suhu 80 C dengan konsentrasi 1N. Kapasitas adsorpsi ion logam timbal diperoleh sebesar 8,476 mg/g pada kondisi pH 7, waktu kontak 150 menit dan konsentrasi ion logam timbal 20 ppm. Isoterm adsorpsi yang sesuai untuk adsorben selulosa-GMA-sulfonat ialah model isoterm Langmuir dengan nilai regresi 0,974. Kinetika adsorpsi adsorben selulosa-GMA-sulfonat diperoleh mengikuti orde reaksi pertama. Berdasarkan hasil yang diperoleh, adsorben kopolimer selulosa GMA termodifikasi sulfonat dapat meningkatkan penyerapan ion logam timbal.

Currently the most water pollution problems are caused by the heavy metals. Therefore, an adsorbent to reduce the problem of heavy metal pollution is needed. In this research, an adsorbent metal ion based on cellulose made with sulfonate functional group. First of all, the cellulose is being irradiated using the electron beam with a variation of irradiated dose 20, 30 and 40 kGy then being grafted using a pre irradiation method to Glycidyl Methacrylate monomer GMA with a variation of the concentration 1 , 2,5 and 5.
The cellulose grafted GMA is modified using a sulfonate functional group in optimum conditions to be applied as a lead metal ion adsorbent. The result of copolymer synthesis of cellulose GMA sulfonate was charactherized with FTIR, DSC and AAS. The percent yield of efficient cellulose GMA irradiated with 40 kGy radiation doses and GMA monomer concentration was 107.62.
The optimum condition of cellulose GMA sulfonate synthesis is at 80 C with 1N concentration. The present adsorption capacity of lead metal ion solution equal to 8,476 mg g, the required solution is needed to be at pH 7, 150 minutes contact time and with 20 ppm concentration of lead metal ions. An appropriate adsorption isotherm represented for cellulose GMA sulfonate adsorbent is Langmuir isotherm model with a regression value at 0.974. The adsorbent kinetics of cellulose GMA sulfonate adsorbents is obtained following the first order reaction. Based on the results, the modified cellulose GMA Sulphonate cellulose copolymer can increase the absorption of lead metal ions.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
S67232
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Zulfahmi Ferdiansyah
"ABSTRAK
Adsorpsi Linear Alkylbenzene Sulfonate LAS menggunakan karbon aktif komersial berbahan baku tempurung kelapa dengan tiga merek berbeda: A Haycarb, B MC5, dan C grade teknis dari laboratorium dasar proses kimia telah dilakukan dengan hasil terbaik pada karbon aktif A yang memiliki luas permukaan sebesar 591 m2/g melalui metode analisis luas permukaan BET, serta persentase penurunan kadar LAS dalam air mencapai 89 removal dan qe kapasitas adsorpsi mencapai 44 mg/g. Analisis konsentrasi LAS dilakukan menggunakan metode MBAS. Variasi waktu kontak, konsentrasi awal LAS, dosis karbon aktif, dan ukuran karbon aktif juga dilakukan untuk mengetahui pengaruhnya terhadap penurunan kadar LAS dalam air dan kapasitas adsorpsi karbon aktif A mengadsorpsi LAS. Model kinetika adsorpsi pada eksperimen ini cenderung mengikuti model kinetika adorpsi pseudo-second-order, sedangkan model isoterm adsorpsi cenderung mengikuti model isoterm adsorpsi Langmuir.

ABSTRACT
Adsorption of Linear Alkylbenzene Sulfonate LAS on commercial activated carbon based on coconut shell with three different brands A Haycarb, B MC5, and C from laboratorium dasar proses kimia, technical grade have been conducted with best result on A activated carbon which has surface area 591 m2 g through BET surface area analysis, up to 89 LAS removal and qe 44 mg g. Analysis of LAS content is conducted by MBAS method. Variation of contact time, initial concentration of LAS, activated carbon dose, and adsorben size are performed to see the effect on LAS removal and adsorption capacity of A activated carbon. LAS adsorption on A activated carbon best described by the pseudo second order kinetic model and Langmuir isotherm model."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library