Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 10 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mukhammad Isnaeni
"Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji perkembangan bahasa Sunda yang hidup dan berkembang di luar wilayah asalnya. Dengan menggunakan metode pupuan lapangan di 60 titik pengamatan, penelitian ini menjaring data dengan daftar tanyaan 200 kosakata dasar Swadesh, 52 medan makna bagian tubuh, 25 medan makna sistem kekerabatan, dan 98 medan makna gerak dan kata kerja. Dari perhitungan dialektometri dapat disimpulkan bahwa ada 6 bahasa yang ada di Lampung, yaitu bahasa Lampung-Komering, bahasa Jawa-Jaseng, bahasa Bugis, bahasa Bali, bahasa Semendo-Ogan-Basemah dan bahasa Sunda. Berdasarkan perhitungan dialektometri, bahasa Lampung dapat dikelompokkan ke dalam dua dialek yaitu dialek A dan dialek O. Status bahasa Komering pada penelitian ini juga menunjukkan hubungan masih dalam tataran beda dialek jika dibandingkan dengan bahasa Lampung dan termasuk ke dalam kerabat dialek A dalam bahasa Lampung. Sementara itu, bahasa Ogan, bahasa Semendo, dan bahasa Basemah menunjukkan pada status perbedaaan (sub)dialek sehingga ketiganya dikelompokkan ke dalam bahasa yang sama. Begitu juga dengan bahasa Jaseng (Jawa Serang), isolek tersebut juga masih menunjukkan bukan bahasa yang berbeda dengan bahasa Jawa.
Distribusi variasi dan status bahasa Sunda di Lampung dapat diketahui melalui berkas isoglos dan perhitungan dialektometri. Dari empat berkas isoglos yang dibuat sesuai dengan medan maknanya, keempatnya menunjukkan pola yang identik dengan penebalan berkas di daerah selatan, utara, dan barat Lampung. Sedangkan status bahasa Sunda di Lampung tidak menunjukkan perbedaan ketika dihitung dengan menggunakan dialektometri dari keseluruhan kosakata. Perbedaan mulai terlihat signifikan ketika dihitung dengan menggunakan kosakata sesuai dengan medan maknanya, bahkan ketika dihitung dengan menggunakan medan makna gerak dan kerja, perbedaan mencapai 63% yang artinya terdapat perbedaan dialek dari 2 TP yang dibandingkan.
Perkembangan bahasa Sunda di Lampung memperlihatkan adanya gejala inovasi, baik itu internal maupun eksternal, dan juga adanya kosakata relik yang sejalan dengan teori kontak bahasa dan peminjaman (lexical borrowing). Selain itu, ditemukan juga kosakata arkais yang sejalan dengan teori gelombang. Dalam hal inovasi, bahasa Sunda di Lampung mengalami inovasi internal, yaitu inovasi yang dipicu dari dalam bahasa sendiri, yang terdiri atas penghilangan suatu fonem, penambahan suatu fonem, dan penggantian suatu fonem. Selain inovasi internal, bahasa Sunda di Lampung juga menunjukkan adanya inovasi eksternal yang disebabkan adanya kontak bahasa dengan bahasa daerah di sekitarnya atau karena peminjaman dari bahasa Indonesia. Melalui proses retensi, bahasa Sunda di Lampung juga memperlihatkan unsur-unsur relik yang masih bertahan hingga saat ini, termasuk ditemukan adanya kosakata arkais yang sudah jarang dipakai di pusat penyebarannya.

This study aims to examine the development of the Sundanese language that lives and develops outside its homeland. Using the field survey method at 60 observation points, this study collected data with a question list of 200 basic Swadesh vocabulary, 52 cultural words for parts of the body, 25 kinship system, and 98 action verbs. From the dialectometric calculations, it can be concluded that there are 6 languages ​​in Lampung, namely Lampung-Komering, Javanese-Jaseng, Bugis, Balinese, Semendo-Ogan-Basemah and Sundanese. Based on dialectometric calculations, the Lampung language can be grouped into two dialects, namely dialect A and dialect O. The status of the Komering language in this study also shows that the relationship is still at a different dialect level when compared to Lampung language and is included in the relatives of dialect A in the Lampung language. Meanwhile, Ogan language, Semendo language, and Basemah language show a different status (sub)dialect so that all three are grouped into the same languages. Likewise, Javanese and Jaseng are identified as different dialects, not laguages.
The distribution of variations and status of Sundanese in Lampung can be recognized through the bundles of isoglosses and dialectometric calculations. Of the four isoglosses, all show an identical pattern to the thickening of the beam in the southern, northern, and western regions of Lampung. Meanwhile, the status of Sundanese in Lampung did not show any difference when calculated using dialectometric of the entire vocabulary. The difference starts to look significant when calculated using cultural vocabularies, the difference reaches 63% which means that there are differences in dialects of the 2 observation points being compared.
The development of the Sundanese language in Lampung shows symptoms of innovation, both internal and external, as well as the existence of a relic vocabulary that is in line with the theory of language contact and language borrowing (lexical borrowing). In addition, archaic vocabulary is also found that is in line with the wave theory. In terms of innovation, the Sundanese language in Lampung experienced internal innovation which consisted of removing a phoneme, adding a phoneme, and replacing a phoneme. In addition to internal innovations, the Sundanese language in Lampung also shows external innovations caused by language contact with the surrounding regional languages ​​or because of borrowing from Indonesian. Through the retention process, the Sundanese language in Lampung also shows some relics that still survive today.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1994
499.223 2 AKU
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta : Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Depdikbud, 1983
499.221 5 STR
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1990
499.221 7 KAR g (1)
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Smith, J.N.
"Buku het dialect van tjirebon berisi dongeng fabel (4 buah) dan daftar kata-kata dialek Cirebon yang digunakan di daerah Cirebon dan daerah Indramayu."
Batavia: 'S Gravenhage; Albert Rusche & Co; M. Nijhoff, 1926
BKL.0125-BA 7
Buku Klasik  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1990
499.27 GEO
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
R. Satjadibrata, translator
Djakarta: Bale Poestaka, [date of publication not identified]
499.221 SAT o
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Susi Fauziah
"Penelitian ini meneliti perkembangan arek, salah satu morfem gramatikal penanda futur dalam bahasa Sunda, secara diakronis mulai dari abad ke-18 sampai dengan abad ke-21 dengan meneliti fungsi-fungsi arek dalam teks wawacan Jayalalana , wawacan Barjah, wawacan Surya Mana dan buku kumpulan puisi Jaladri Tingtrim. Berdasarkan penelitian, arek memiliki fungsi yang sama mulai dari abad ke-18 sampai dengan abad ke-21, yaitu sebagai 1) Verba 'Ingin', 2) Verba 'Mau' dan 3) Verba Bantu 'Akan'. Akan tetapi, frekuensi fungsi-fungsi tersebut berubah dari abad ke abad. Berdasarkan analisis, dengan menggunakan teori Gramatikalisasi, skema perkembangan arek adalah Verba 'Ingin' > Verba 'Mau' > Verba Bantu 'AKAN'.

This research studies the development of arek, one of future markers in Sundanese language diachronically from 18th century until 21st century by analyzing functions of arek that are found in wawacan Jayalana, wawacan Barjah, wawacan Surya Mana and Jaladri Tingtrim. Based on the research, arek has the same functions from 18th century until 21st century: 1) Verb 'Desire', 2) Verb 'Willing' and 3) Auxiliary 'Predict'. Nevertheless, the frequency of the functions keeps changing from one century to the next. Based on the analysis, using Grammaticalization theory, the evolution scheme: Verb 'Desire' > Verb 'Willing' > Auxiliary 'Predict'."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2011
T28705
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rohim
"ABSTRAK
Tesis ini bertujuan menghadirkan teks naskah Sunda Carios Tamim yang berbentuk
wawacan melalui suntingan teks dan analisis struktur. Selain suntingan teks dan
analisis struktur, untuk mengetahui keterpaduan peristiwa dalam mengeksplorasi
tokoh digunakan teori aktan dan model fungsional yang dikembangkan oleh Greimas.
Dari hasil pembahasan diperoleh simpulan bahwa struktur formal Carios Tamim
menggunakan 14 jenis pupuh dengan 390 bait, 2644 larik dengan tiga unsur
pembangun cerita yaitu manggala, isi cerita, dan penutup. Hasil analisis struktur teks
naratif Carios Tamim ditemukan jalinan erat alur, tokoh, penokohan, dan latar
sehingga terungkap tema cerita yaitu tegaknya kebenaran di antara dua kebenaran.
Kebenaran dalam teks Carios Tamim berhubungan dengan masalah munakahat atau
pernikahan. Berdasarkan uraian aktan dan model fungsional yang diajukan oleh
Greimas, tokoh Tamim Ibnu Habib Ad-Dāri dan istrinya sebagai subjek berhasil
memperoleh objek berkat peristiwa yang dialami keduanya saling berkaitan dalam
hubungan sebab akibat, sehingga hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini
diterima karena tercapainya kebenaran pada aktan pertama adalah akibat dari
tercapainya kebenaran pada aktan kedua.

ABSTRACT
This thesis aims to present the text of the script in the form of Sundanese Carios
Tamim wawacan through edits text and structure analysis. In addition to the texts and
analysis of structures, to find out the alignment of the explore article used the theory
and model of functional aktan developed by Greimas. From the results of the
deliberations of the obtained conclusions that the formal structure Carios Tamim
using 2 types of Canto with 390 Temple, 2644 array with three elements of the story
Builder manggala, the content of the story, and closure. Narrative text structure
analysis results Carios Tamim found closely interwoven plots, characters,
characterizations, and the setting so that the tegaknya story theme revealed the truth
of the two truths. The truth of the matter is related to Tamim Carios munakahat or
weddings. Based on the description of the functional model and aktan filed by
Greimas, Tamim Ibn Habib Al-Dāri and his wife as a subject was object of thanks to
events experienced by the two interrelated causal relationship, so the hypothesis
presented in this study are accepted because of the achievement of the truth at first
aktan is a result of the achievement of the truth on the second aktan."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2013
T36035
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Utjen Djusen Ranabrata
Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, 1991
499.223 2 UTJ r (1)
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library