Ditemukan 12 dokumen yang sesuai dengan query
Polimpung, Hizkia Yosias
Depok: Kepik, 2014
320.15 HIZ a
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
Ficky Fadhilah
"Artikel ini membahas peran domestik perempuan Belanda di Hindia Belanda dalam majalah De Huisvrouw in Indië 1934. Majalah De Huisvrouw in Indië dikhususkan untuk pembaca di kalangan ibu rumah tangga dan diterbitkan oleh Nederlandse Vereniging van Huisvrouwen in Indië (Organisasi Ibu Rumah Tangga Hindia Belanda), bersamaan dengan naiknya jumlah perempuan Belanda yang datang ke Hindia Belanda pada abad ke-20. Penelitian dilakukan terhadap enam edisi majalah De Huisvrouw in Indië tahun 1934 dengan metode sejarah Kuntowijoyo (2013) dan mengacu pada konsep “The Happy Housewife” dari Friedan (1963) tentang representasi perempuan dalam majalah perempuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa majalah De Huisvrouw in Indië hadir menjadi penunjang untuk perempuan Belanda dalam menjalankan peran domestiknya di Hindia Belanda dan peran domestik ini memiliki signifikansi tersendiri, terutama untuk mempertahankan supremasi kulit putih di daerah koloni. Perempuan Belanda di Hindia Belanda menjalankan peran domestik untuk mempertahankan rust en orde (ketenangan dan ketertiban) sehingga tidak terjadi pencampuran antara orang-orang kulit putih dengan masyarakat pribumi dengan membentuk ruang domestik yang sesuai dengan Hollandse gezellig (kenyamanan Belanda) melalui kehadiran Huisje, Boompje, Beestje (rumah, taman, dan hewan peliharaan), sebagaimana tercermin dalam konten-konten di majalah De Huisvrouw in Indië.
This article discusses the depiction of the domestic role of Dutch women in the Dutch East Indies in De Huisvrouw in Indië. De Huisvrouw in Indië is a magazine tailored for housewives and published by Nederlandse Vereniging van Huisvrouwen in Indië (Association of Housewives in the Netherlands Indies) alongside the rise of Dutch woman arriving in Dutch East Indies during the 20th century. The study analyzes six editions of De Huisvrouw in Indië published in 1934 using historical methods introduced by Kuntowijoyo (2013) and refers to the concept of "The Happy Housewife" introduced by Friedan (1963) regarding the representation of women in women's magazines. The results of this research show that De Huisvrouw in Indië magazine serves to support Dutch women in the Dutch East Indies in carrying out their domestic roles. The study also found that the domestic role of Dutch women in Dutch East Indies has its own significance, especially to maintain white supremacy in the colonies. Dutch women in Dutch East Indies carries their domestic role to maintain rust en orde (tranquility and order) to avoid white people blending with natives by creating domestic space that fits the Hollandse gezellig (the Netherland comfort) through the presence of Huisje, Boompje, Beestje (house, garden, and pet), as reflected in the contents provided by De Huisvrouw in Indië. "
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2025
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Aditya Batara Gunawan
"Artikel ini berpendapat bahwa upaya pemerintah sipil untuk mendorong perubahan kebijakan pertahanan di Indonesia pasca Orde Baru dilaksanakan melalui mekanisme layering. Secara teoretis, mekanisme layering beroperasi dalam kondisi-kondisi institusional yang menjadi ciri khas dalam konteks transisi demokrasi yaitu besarnya jumlah veto players dalam proses pengambilan keputusan di arena politik dan kecilnya ruang diskresi kebijakan dalam institusi yang dijadikan sebagai target perubahan. Oleh karena itu, perubahan didorong lewat penempatan elemen-elemen baru yang berdampingan dengan status quo yang berlaku di sebuah institusi. Melalui analisis deskriptif terhadap kebijakan MEF (Minimum Essential Force) tahap I tahun 2010-2014 ditemukan bahwa penggunaan mekanisme layering lewat kebijakan MEF telah berhasil diimplementasikan tanpa adanya penolakan dari para pendukung status quo di sektor pertahanan Indonesia. Kondisi ini dimungkinan karena program modernisasi alutsista (alat utama sistem persenjataan) yang menjadi inti dari kebijakan MEF memberikan insentif tambahan terhadap status quo yang sesuai dengan preferensi TNI (Tentara Nasional Indonesia) mengenai keberlanjutan organisasi mereka. Akan tetapi tulisan ini juga melihat adanya efek negatif dari penggunaan mekanisme layering tersebut yakni rendahnya derajat kepatuhan terhadap elemen baru perubahan. Sebagai akibat dari tetap utuhnya status quo, militer mempertahankan dominasinya dalam proses formulasi dan implementasi tanpa pengawasan efektif dari kalangan sipil. Dalam kasus MEF, kondisi ini menimbulkan inkonsistensi kebijakan yang kemudian dapat menghambat profesionalisme TNI ke depan serta memberikan celah bagi kembalinya TNI ke ranah politik praktis."
Depok: Departemen Ilmu Politik FISIP UI, 2017
320 JURPOL 2:2 (2017)
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
Tri Desy Angraini
"Black Panther (2018) adalah film superhero kulit hitam pertama dari Marvel Cinematic Universe yang dijadikan sebagai momentum untuk selebrasi kebudayaan orang kulit hitam dengan cara menampilkan kehebatan dan superioritas mereka. Berdasarkan film Hollywood sebelumnya, orang kulit hitam selalu digambarkan dengan cara yang negatif, disaat orang kulit putih digambarkan dengan cara yang lebih positif. Dengan menggunakan konsep supremasi kulit putih dari Leonardo (2004), konsep imperialisme dari Narayan dan Huggins (2017), dan juga konsep kolonialisme dari Emerson (1969), penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana ide-ide supremasi orang kulit putih digambarkan dalam film Black Panther. Dalam penelitian ini ditemukan bagaimana ide-ide dari supremasi orang kulit putih digunakan dalam film Black Panther sebagai selebrasi orang kulit hitam, pada awalnya hal tersebut dikritisi oleh film ini. Penelitian ini berkontribusi untuk studi kebudayaan orang kulit hitam, khususnya dalam kritik terhadap supremasi kulit putih dalam film kulit hitam dengan menunjukan bagaimana dan mengapa hal ini bermasalah.
Black Panther (2018) is the first black superhero film from Marvel Cinematic Universe that wasused as a momentum to celebrate black culture by showing the greatness and superiority of black people. Throughout previous Hollywood films, Black people were usually portrayed negatively, while White people would be depicted more positively. Using Leonardos (2004) method of white supremacy, Narayan and Hugginss (2017) method of imperialism, and Emersons (1969) method of colonialism, this research aims to analyse how white supremacy ideas reflected in Black Panther. The finding of this research is that Black Panther used the ideas of whitesupremacy to celebrate black culture, which at first had been criticized by this film. This research contributes to black culture studies on criticisms towards white supremacy in black films by showing how and why this issue is problematic."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2019
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Huntington, Samuel P.
Cambridge, UK: Belknap Press of Harvard University Press, 1959
342.73 HUN s
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Huntington, Samuel P.
Cambridge, UK: Harvard University Press, c1964
322.5 HUN s
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
Albany: State University, 1976
322.5 CIV
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
New York: George Brasiller, 1960
353.032 ULM
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Lieuwen, Edwin
New York: Frederick A. Praeger, 1960
322.58 LIE a
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
Se-Jin, Kim
Chapel Hill: The University of North Carolina Press, 1971
355.035 19 SEJ p
Buku Teks Universitas Indonesia Library